ThePhrase.id – Guna membina dan mengisi keseharian para warga binaan lapas agar tetap produktif, pengelola Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Surabaya bekerja sama dengan PT Bahari Mitra Surya, melibatkan para penghuni lapas dalam kegiatan produksi di sektor industri mebel.
Sejak diresmikan pada tahun 1992, industri berbasis lapas tersebut telah menghasilkan ribuan alumni dan kini telah berkembang pesat hingga merambah pasar ekspor. Memasuki 30 tahun beroperasi, industri mebel ini telah menyumbang Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB) mencapai ratusan juta rupiah.
Tujuan awal dibangunnya industri mebel adalah untuk mempersiapkan warga binaan sebelum kembali ke masyarakat. Program tersebut telah beroperasi sejak Lapas Kelas I Surabaya masih berlokasi di kawasan Kalisosok hingga kini telah berpindah ke wilayah Porong.
"Kalau dulu masih garap pengolahan rotan, namun karena permintaan pasar yang besar terkait perkayuan, akhirnya kami menyesuaikan," ungkap Aruan selaku Direktur PT Bahari Mitra Surya pada Rabu (22/9).
Proses produksi mebel yang dilakukan para warga binaan di lapas disesuaikan dengan mekanisme kerja yang diterapkan di pabrik. Sehingga, produk hasil karya warga lapas juga terjamin kualitasnya dan memiliki standar internasional. Beberapa furnitur yang telah menembus ekspor di antaranya berbagai jenis meja dan kursi yang telah mendarat di Australia, Eropa, Jepang, dan Korea.
Namun demikian, berbagai persyaratan juga harus dipenuhi dalam proses ekspor barang-barang industri mebel tersebut. Salah satunya adalah beberapa negara sasaran ekspor yang memiliki pertimbangan tinggi dalam hal pemenuhan hak tenaga kerja, terutama para warga binaan.
"Ada negara yang sampai melakukan inspeksi, memastikan bahwa kami menunaikan kewajiban dan memenuhi hak warga binaan," lanjutnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, diberlakukan sistem premi dan insentif yang disetorkan oleh PT BMS ke pendapatan negara. Setelahnya, pihak lapas akan menyalurkan premi dan insentif tersebut kepada warga binaan. Insentif tersebut dapat ditabung maupun dimanfaatkan untuk membeli makanan atau kebutuhan sehari-hari di dalam lapas.
"Banyak juga yang dikirim ke keluarga di rumahnya masing-masing," imbuh Kalapas Kelas I Surabaya, Gun Gun Gunawan.
Gunawan melanjutkan bahwa pihak lapas sangat selektif dalam menentukan tenaga kerja yang dilibatkan dalam produksi mebel. Para warga binaan yang disiplin, tekun, dan konsisten dalam melakukan pekerjaannya adalah kriteria utama untuk menjadi bagian dari produksi meubel.
"Kami mendahulukan kualitas, jadi ada proses assessment, karena ada risiko kerjanya," tegas Gunawan.
Selama 30 tahun beroperasi, industri mebel Lapas Kelas I Surabaya telah menyumbang PNBP ke negara hingga mencapai Rp 1 miliar. Hingga saat ini, jumlah permintaan produk mebel yang masuk terhitung tinggi. Sehingga pihak pengelola industri terkait tengah melakukan seleksi ketat untuk calon tenaga kerja yang berbasis lapas.
“Dengan adanya lapas produktif merupakan salah satu wujud perkembangan SDM yang terus menerus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman,” tandasnya. [re]