Thephrase.id - Windy Cantika Aisah dan Eko Yuli Irawan sudah mengoleksi medali Olimpiade Tokyo 2020. Mereka meraihnya dari cabang olahraga angkat besi. Medali perunggu dikoleksi Windy Cantika setelah menempati peringkat ketiga lomba di kelas 49kg. Kemudian Eko Yuli mendapatkan medali perak, setelah naik podium kedua di kelas 61 kg.
Foto: Eko Yuli (dok. NOC Indonesia)
Bicara soal medali Olimpiade, ada yang unik dari bahan pembuatannya. Ternyata medali seperti yang diraih Windy Cantika dan Eko Yuli, terbuat dari limbah elektronik.
Maksud limbah elektronik seperti telepon genggam, televisi, komputer, laptop, dan lain-lain yang sejenis. Semua dihancurkan kemudian materialnya diolah, hingga akhirnya menjadi medali yang diperebutkan di Tokyo 2020.
Kita tahu Jepang adalah negara maju di bidang teknologi. Semua serba teknologi tinggi. Dunia robot tumbuh subur di Negeri Sakura ini. Wajar bila negara ini lebih banyak menghasilkan limbah elektronik. Karena barang-barang elektronik yang sudah tidak dipakai, langsung dibuang, kemudian dihancurkan lalu diolah lagi atau didaur ulang, untuk dibuat barang-barang berguna lainnya.
Foto: Windy Cantika (dok. NOC Indonesia)
Untuk bahan pembuatan medali Olimpiade Tokyo ini material limbah elektronik paling banyak adalah telepon genggam. Barang yang sudah tidak dipakai diserahkan ke panitia Tokyo 2020, untuk dihancurkan lalu didaur ulang.
Dari laporan panitia Tokyo 2020 ada sekitar 6,2 juta telepon genggam atau ponsel tidak terpakai lagi, yang disumbangkan masyarakat Jepang untuk diolah jadi medali. Angka itu menghasilkan 32 kilogram emas untuk disepuh ke medali terbaik.
Begitu pula untuk medali perak dan perunggu. Ada 3,5 ton perak dan 2,2 ton perunggu yang diekstraksi untuk menjadi medali Tokyo 2020.
Foto: Medali Tokyo 2020 (dok. IOC)
Podium buat para atlet yang mendapatkan medali juga tidak luput dari bahan daur ulang. Sampah plastik yang dikumpulkan selama beberapa tahun, lalu dihancurkan dan dibuat jadi podium.
Semua itu bisa dilakukan karena kembali lagi Jepang adalah negara dengan teknologi maju. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk memanfaatkan barang-barang tidak terpakai, buat diubah lagi jadi barang yang bermanfaat.
Bahkan tempat tidur di perkampungan atlet Tokyo 2020 juga terbuat dari kardus-kardus bekas. Dengan teknologi tertentu tempat tidur dari kardus itu bisa menahan berat hingga 200 kilogram. Ajaib, bukan?
Ramah Lingkungan
Foto: Proses pembuatan medali Tokyo 2020 (dok. IOC)
Pembuatan medali dari daur ulang limbah elektronik itu membuat penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 menjadi ramah lingkungan, karena memanfaatkan barang-barang bekas untuk diubah jadi sesuatu yang bermanfaat.
Di Olimpiade Rio 2016 pembuatan medali juga melibatkan elemen daur ulang. Tapi tidak sepenuhnya, malah hanya sedikit.
Sekarang di Tokyo 2020 sebanyak 100 persen medali terbuat dari limbah elektronik. Hal ini memberi contoh tersendiri buat penyelenggaraan Olimpiade pada banyak edisi berikutnya. (Nadira)