
Thephrase.id - Dunia NBA diguncang skandal besar setelah dua sosok ternama, Terry Rozier dan Chauncey Billups, resmi ditangkap oleh FBI dalam operasi pengungkapan praktik perjudian ilegal. Keduanya termasuk dalam puluhan orang yang dijerat dalam dua dakwaan berbeda.
Kasus ini mencakup penyelidikan besar-besaran terhadap jaringan taruhan olahraga ilegal dan permainan poker yang diduga dikendalikan oleh mafia. Penangkapan diumumkan oleh FBI dan Kejaksaan Federal Amerika Serikat pada Kamis, 23 0ktober 2025.
Terry Rozier, pemain Miami Heat berusia 31 tahun, didakwa dalam kasus manipulasi taruhan olahraga yang melibatkan sejumlah pemain NBA lain. Beberapa di antaranya dituduh sengaja berpura-pura cedera untuk memengaruhi hasil taruhan.
Sementara Chauncey Billups, pelatih Portland Trail Blazers sekaligus legenda NBA, termasuk dalam 31 orang yang dituduh terlibat dalam jaringan poker ilegal yang melibatkan mantan pemain dan empat keluarga mafia besar New York.
Pihak berwenang menyebut permainan poker tersebut sengaja diatur untuk menipu korban dengan melibatkan teknologi canggih. Mereka menggunakan lensa kontak khusus, kacamata pembaca kartu, hingga meja berteknologi sinar-X.
Dalam pernyataannya, NBA menegaskan bahwa Rozier dan Billups langsung dinonaktifkan dari semua aktivitas liga sambil menunggu proses hukum berjalan. "Kami memandang serius tuduhan ini, dan integritas permainan tetap menjadi prioritas utama," tulis NBA.
Kuasa hukum Rozier membantah semua tuduhan dan menyebut kliennya tidak memiliki kebiasaan berjudi. "Terry bukan penjudi, tetapi ia tidak takut menghadapi tuduhan ini. Kami siap membuktikan kebenaran," kata pengacaranya kepada CBS News.
Rozier dijadwalkan hadir di pengadilan federal Orlando, sementara Billups telah ditahan di Portland untuk menjalani pemeriksaan awal. FBI menyebut operasi ini melibatkan koordinasi di 11 negara bagian dan menyita puluhan juta dolar hasil perjudian.
FBI Director Kash Patel menyebut pengungkapan ini sebagai "operasi luar biasa". Ia menegaskan bahwa kasus ini telah diselidiki selama beberapa tahun dengan temuan penipuan dan pencurian dalam jumlah besar.
Jaksa AS untuk Distrik Timur New York, Joseph Nocella Jr, menambahkan bahwa para terdakwa masih dianggap tidak bersalah sampai terbukti. Namun ia menegaskan, "Rangkaian kemenangan kalian sudah berakhir. Keberuntungan kalian habis."
Dalam kasus yang menjerat Rozier, penyidik menemukan dugaan manipulasi hasil pada tujuh pertandingan NBA antara Februari 2023 hingga Maret 2024. Salah satunya terjadi saat Charlotte Hornets melawan New Orleans Pelicans.
Rozier disebut memberi tahu seorang teman bahwa ia akan keluar lebih awal karena cedera. Temannya dan rekan-rekannya kemudian memasang taruhan lebih dari 200 ribu dolar bahwa performa Rozier akan di bawah ekspektasi.
Sesuai laporan resmi NBA, Rozier hanya bermain sembilan menit dan mencetak lima poin akibat cedera kaki kanan. Padahal sebelumnya, ia rata-rata bermain 35 menit dengan 21 poin per pertandingan.
Mantan pemain NBA, Damon Jones juga ditangkap dalam kasus ini. Ia diduga terlibat dalam dua pertandingan lain yang termasuk dalam daftar investigasi, saat Los Angeles Lakers menghadapi Milwaukee Bucks dan Oklahoma City Thunder.
Sementara itu, dakwaan kedua menyangkut Chauncey Billups dan jaringan mafia yang mengatur permainan poker curang. Korban yang terjebak disebut kehilangan uang hingga 7 juta dolar, bahkan ada satu korban yang rugi 1,8 juta dolar.
Jaksa menyebut para korban dipancing untuk bermain dengan mantan atlet ternama di Las Vegas, Miami, Manhattan, dan Hamptons. Mereka kemudian dipaksa menyerahkan uang dengan ancaman dan kekerasan jika menolak membayar.
FBI menyebut konspirasi ini melibatkan anggota dari keluarga Bonanno, Genovese, dan Gambino. Tuduhan yang diajukan mencakup pemerasan, penipuan bank, pencurian, dan perjudian ilegal.
Christopher Raia, asisten direktur FBI untuk wilayah New York, menegaskan bahwa penyelidikan masih terus berjalan. "Ini baru puncak gunung es. Kami akan memastikan mafia tidak lagi menebar kekacauan di komunitas kami," ujarnya.
Skandal ini menjadi salah satu kasus korupsi olahraga terbesar sejak legalisasi taruhan daring di Amerika Serikat pada 2018. Kasus tersebut juga membuka kembali perdebatan mengenai hubungan industri olahraga dengan dunia perjudian profesional.