ThePhrase.id - Kota Pekalongan sudah dikenal oleh masyarakat Indonesai sebagai kota kerajinan batik. Tak hanya diakui oleh masyarakan Indonesia, UNESCO pun menobatkan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif Dunia kategori Kerajinan dan Kesenian Rakyat (Craft & Folk Arts). Kekayaan batik kota ini dipamerkan di Museum Batik Pekalongan yang menyimpan batik tertua.
Diresmikan pada tahun 2006, Museum Batik Pekalongan menjadi pusat pelatihan batik dan pembelajaran batik. Tak hanya itu, museum tersebut juga menjadi destinasi yang tepat untuk mengajak anak-anak berlibur sambil belajar mengenai batik sekaligus mencoba membatik.
Museum Batik ini memiliki koleksi sebanyak 1.307 batik dari seluruh Nusantara, tak hanya batik khas Peklalongan saja. Batik yang dipajang dibagi pada tiga ruangan. Pertama Ruang Pesisir yang menyimpan koleksi kain dari berbagai wilayah pesisir utara jawa seperti Madura, Lasem, Pati, Semarang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon dan Banten.
Ruang koleksi batik Museum Batik Pekalongan. (Foto: tourism.pekalongankota.go.id)
Kedua, adalah Ruang Nusantara yang menampilkan kain dengan ciri khas motif atau corak seluruh daerah/kota-kota besar di Indonesia. Ketiga, Ruangan Pedalaman yang menampilkan batik-batik pedalaman Solo, Yogyakarta yang didominasi warna sogan dan motif sesuai pakem.
Tentunya yang menjadi daya tarik utama museum ini adalah koleksi batik tertuanya yang usianya sudah memasuki satu abad dan dibuat sekitar tahun 1900an. Batik tersebut memiliki motif khas Pekalongan yaitu motif Jlamprang.
Motif Jlamprang ini memiliki bentuk yang geometris dengan lingkaran ataupun segitiga yang memiliki pengaruh dari pedagang asal Gujarat, India. Warna pada batik Jlamprang biasanya cerah seperti halnya warna khas batik pesisir Pekalongan.
Kain batik tertua. (Foto: Dinkominfo Kota Pekalongan.)
Motif tersebut merupakan peninggalan dari budaya agama Hindu dan Budha dengan motif ceplokan berbentuk lunglung dengan hiasan bunga padma yang memiliki arti lambang kehidupan. Sedangkan untuk motif ceplokan berbentuk lunglung menggambarkan cakra berupa panah yang juga menjadi ikon meditasi dewa Syiwa.
Keseluruhan motif tersebut menunjukan makna keseimbangan antara Tuhan, alam dan manusia. Selain itu, dahulu kain tersebut menjadi sebuah medium atau benda upacara yang menunjukan jalan menuju dunia atas.
Masih banyak lagi cerita dan sejarah dari tiap motif batik yang dapat dipelajari di Museum Batik Pekalongan. [Syifaa]