regional

Melihat Budaya Kehidupan Masyarakat Pulau Dewata di Museum Samsara Bali

Penulis Ashila Syifaa
Jul 20, 2023
Mengenal 14 tahapan siklus kehidupan di Museum Samsara. (Foto: samsarabali.com)
Mengenal 14 tahapan siklus kehidupan di Museum Samsara. (Foto: samsarabali.com)

 

ThePhrase.id - Terletak di Desa Jungutan, Kabupaten Karangasem, Museum Samsara Bali hadir memberikan gambaran siklus kehidupan masyarakat Pulau Dewata menuju kesempurnaan. Samsara merupakan kepercayaan masyarakat Hindu mengenai siklus atau tahapan kehidupan yang ditandai dengan ritual adat.

Dalam menjalankan ritual atau upacara adat tersebut, masyarakatnya memiliki keyakinan tugas hidup sebagai manusia dalam kelahiran yang berulang-ulang hingga mencapai kesempurnaan. 

Museum Samsara Bali atau Samsara Living Museum, merupakan museum ruang terbuka untuk para pengunjung menikmati keindahan dan kekayaan budaya yang diwariskan dari nenek moyang masyarakat Bali. 

Melihat Budaya Kehidupan Masyarakat Pulau Dewata di Museum Samsara Bali
Belajar tarian tradisional Bali di Museum Samsara. (Foto: samsarabali.com)

Museum ini merupakan tempat konservasi budaya yang hadir karena keprihatinan modernisasi yang sedikit demi sedikit menghilangkan adat dan budaya tradisional, terutama di kalangan generasi muda yang kini jarang dipahami dan dilestarikan. Sejalan dengan itu, museum ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mendalam dan logis mengenai upcara adat dalam siklus kehidupan yang harus dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali.

Siklus kehidupan dalam budaya Hindu memiliki nilai dan tradisi yang melekat sejak bayi dalam kandungan hingga lahir ke dunia, menjalankan hidup dan mati bahkan sampai menyatu dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa dan tercapainya kesempurnaan.

Museum Samsara menggambarkan siklus kelahiran manusia Bali melalui 14 upacara Hindu yang ditampilkan dalam foto dan penjelasan dengan alatnya. Pengunjung dapat memperkaya pengalaman dengan memahami makna simbol-simbol dalam setiap upacara.

Di samping itu, museum ini juga menampilkan berbagai aktivitas sehari-hari masyarakat setempat. Mulai dari pembuatan sarana tetabuhan seperti arak dan brem, meulat-ulatan, mejejahitan, melukis wayang, bahkan hingga kegiatan kesenian khas seperti mecakepung atau genjek, dan ngoncang.

Museum wisata edukasi ini memiliki area seluas 8.000 meter persegi yang terdiri dari ruangan terbuka dan beberapa bangunan tradisional. 14 tahapan upacara adat dijabarkan pada salah satu gedungnya yang dapat dipelajari oleh pengunjung secara mendalam, berikut tahapannya.

Berikut adalah 14 tahapan upacara adat di Bali yang disajikan dalam museum ini:

  1. Ngrujak: Upacara untuk ibu hamil muda dengan tujuan memperkuat kehamilan dan mengurangi risiko keguguran. Berbagai buah-buahan seperti pisang, delima, pepaya, mangga, dan lainnya dikonsumsi pada tahap ini.
  2. Magedong-gedongan: Upacara untuk wanita hamil 3-6 bulan untuk memurnikan dan menjaga keselamatan janin dan ibu.
  3. Nanem Ari-ari: Upacara memohon perlindungan, umur panjang, dan keselamatan bagi bayi yang baru lahir. Ari-ari (urat tali pusar) dibungkus dengan kain kasa, diisi rempah-rempah, dan dikuburkan.
  4. Kepus Wedel: Upacara khusus ketika plasenta terlepas dari pusar bayi, biasanya 5-15 hari setelah kelahiran.
  5. Mapag Rare: Penyambutan bayi yang berusia 12 hari sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan.
  6. Ngeles Kekambuh: Upacara untuk bayi setelah berusia 42 hari (satu bulan tujuh hari).
  7. Nelu Bulanin: Upacara ketika bayi berusia tiga bulan (105 hari).
  8. Ngenem Bulanin: Upacara ketika bayi berusia enam bulan.
  9. Mekutang Rambut: Upacara pemotongan rambut untuk menandai bayi telah menjadi manusia sempurna.
  10. Semayut Meketus lan Menek Kelih: Upacara untuk anak yang kehilangan gigi pertamanya dan ketika anak menginjak remaja.
  11. Metatah: Upacara potong gigi yang dilakukan ketika anak sudah remaja.
  12. Pawiwahan: Upacara pernikahan.
  13. Ngaben: Upacara kematian untuk masyarakat Hindu Bali.
  14. Atma Wedana: Upacara untuk menyatukan kembali dengan Sang Pencipta.

Selain itu, museum ini juga memberikan pengetahuan mengenai nama-nama dalam pohon keluarga Bali, hal ini menyoroti pentingnya mencatat asal-usul dan leluhur dalam tradisinya. [Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic