features

Menebak Ujung Karier Politik Gibran

Penulis Aswandi AS
Apr 18, 2024
Calon Wakil Presiden RI terpilih, Gibran Rakabuming Raka. (Foto: Instagram/gibran_rakabuming)
Calon Wakil Presiden RI terpilih, Gibran Rakabuming Raka. (Foto: Instagram/gibran_rakabuming)

Thephrase.id - Predikat anak haram konstitusi yang disematkan kepada Gibran Rakabuming Raka akan menjadi beban yang disandangnya terus jika status cawapresnya terus berlanjut. Posisinya sebagai cawapres terpilih pun tidak serta-merta menghapus predikat itu karena publik akan selalu mengenang proses lolosnya Gibran menjadi cawapres di Pilpres 2024. Gibran akan menjadi catatan sejarah kelam demokrasi Indonesia karena maju ke arena pemilihan dengan melanggar aturan dan tuna etika.

Gibran mampu menyingkirkan nama besar seperti Yusril Ihza Mahendra, Erick Thohir dan Airlangga Hartarto  menjadi cawapres pendamping Prabowo karena peran bapaknya, Joko Widodo dan pamannya Anwar Usman dengan mengakali aturan dan mengangkangi konstitusi.  Gibran masuk arena Pilpres bukan karena kapasitas dan kapabilitas pribadinya tetapi karena power bapaknya yang menjabat sebagai presiden dan pamannya yang menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi ketika itu.

Pertanyaan besarnya adalah, bagaimana nasib Gibran setelah bapaknya tidak berkuasa lagi?  Apakah Gibran akan tetap dihargai?

Secara politik, posisi Gibran sangat rentan.  Dia bukan kader partai besar yang siap mendukung semua langkah dan melindunginya dari serangan lawan.  Keanggotaannnya di PDI Perjuangan sudah berakhir sejak dirinya menjadi cawapres Prabowo Subianto.

“Mas Gibran tidak lagi beranggota PDI Perjuangan karena sudah pamit, “ kata Sekjen PDI P, Hasto Kristianto, di Denpasar 4 November 2023 lalu.

Kepindahannya ke partai Golkar pun masih belum jelas. Bahkan dia mengelak ketika disebut telah resmi masuk ke Partai Beringin itu.  Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto juga sempat mengatakan kalau kepindahan Gibran ke Golkar itu hanya isu belaka.

“Tidak ada. Hari ini ulang tahun saja,” kata Airlangga  saat perayaan ulang tahun Golkar ke 59 di Jakarta, Senin 6 November 2023 lalu.

Gibran juga tidak memiliki basis massa pendukung yang solid seperti yang dimiliki oleh Wakil Presiden, Makruf Amin dengan ormas NU nya. Selama ini dia hanya didukung oleh para relawan yang terbentuk dan disatukan oleh kepentingan sesaat dan temporal.  Gibran kelihatan kokoh karena ditopang oleh pejabat sipil dan militer yang takut jabatan dan posisinya hilang jika tidak menuruti perintah Presiden Jokowi. Dan topangan ini, dengan sendirinya akan hilang jika perintah dan instruksi  Jokowi  sudah tidak berpengaruh lagi.

Posisi atau jabatannya sebagai wakil presiden pun diperkirakan tidak akan banyak membantu posisi tawar seorang Gibran.  Justru dengan jabatan itu akan semakin mempertegas jika Gibran hanya sebagai pelengkap penderita saja. Atau hanya sekadar sebagai tiket yang akan disobek di depan pintu setelah orang masuk dan naik panggung. Gibran tidak akan banyak memainkan perannya sebagai wakil presiden karena dia akan terdesak oleh orang-orang dari partai koalisinya yang menuntut imbal jasa dukungan selama ini.

Selain itu, kapasitas pribadi dan pengalamannya sebagai politisi dan pejabat publik belum teruji benar. Jabatannya sebagai Walikota Solo itu diraihnya bukan karena prestasi sebagai seorang  kader partai yang mumpuni, tetapi lebih karena pemberian atau hadiah.  Gibran dicalonkan sebagai Walikota Surakarta dengan menyingkirkan Achmad Purnomo, calon yang diusung DPC PDI Perjuangan Surakarta setelah mendapat restu Megawati Soekarno putri.  

“Tiba-tiba Pak Jokowi datangi Ibu Mega mau minta supaya Gibran (yang maju). Mega karena sayangnya sama Jokowi, (nama) yang sudah diproses ini dibatalkan untuk Gibran,” ungkap Politisi senior PDIP, Panda Nababan di channel  You tube, Total Politik.

Sebelum ini, orang mengenal Gibran Rakabuming Raka bukan sebagai politisi tetapi seorang penjual martabak yang tak tertarik dengan politik.  Tahun 2018 lalu, pria kelahiran 1 Oktober 1987 itu mengaku tidak tertarik mengikuti jejak sang ayah sebagai politisi.

“Kalau jadi pebisnis saya tertarik, tapi kalau politikus tidak,” ujar Gibran di Cikini, Jakarta  Ahad 11 Maret 2018 menjawab kemungkinan dirinya mengikuti jejak bapaknya.

Menebak Ujung Karier Politik Gibran
Presiden RI Joko Widodo. (Foto: Instagram/jokowi)

Ketidak-tertarikan Gibran dengan politik ini ditegaskan oleh Jokowi ketika itu.

“Sampai detik ini, saya melihat anak-nak saya tidak tertarik ke dunia politik. Gibran, Kaesang maupun yang lainnya senangnya di dunia usaha,” kata Jokowi, dalam wawancara dengan Tribunnews,com, Kamis 18 Juli 2019.

Tiga tahun setelah menyatakan tidak tertarik menjadi politisi, pada 26 Februari 2021, Gibran menjadi menjadi Walikota Surakarta pada usia 33 tahun.

Dari rentang waktu singkat perjalanan kariernya, Gibran menjalani proses instan untuk menjadi seorang politisi yang menduduki jabatan publik.  Secara natural, proses instan itu tidak cukup memberi bekal kepada Gibran untuk menjadi politisi andal yang memahami seluk-beluk politik termasuk etika dan cara bermain sebagai seorang politisi.  Minimnya jam terbang ini dilengkapi dengan latar belakang pendidikan formalnya yang dipertanyakan dan menuai banyak kontroversi.

Analis politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto menilai Gibran belum punya banyak pengalaman untuk tampil mempresentasikan ide.

“Tampaknya dia punya keterbatasan tentang itu sehingga dikhawatirkan oleh tim suksesnya kalau dia muncul ke permukaan dan menyampaikan sesuatu yang beresiko menurunkan kredibilitas,” kata Agus, Rabu 29 November 2023.

Jam terbang rendah dan proses instan serta latar pendidikan yang kontroversial dapat jadi alat ukur level kapasitas dan kapabilitas seorang Gibran untuk mengetahui daya tawarnya di tengah kawan dan lawan politiknya.  Kondisi ini diperparah dengan ketiadaan back bone politik baik berupa partai politik ataupun ormas dengan massa besar yang solid.

Saat ini, satu-satunya alasan yang membuatnya masih bertahan dan berharga di antara kawan dan lawan politiknya adalah power atau kekuasaan bapaknya, Presiden Joko Widodo.  Dan jika tidak ada perubahan dan masih berjalan seperti ini, dapat diduga karier politik Gibran pun akan berakhir seiring dengan habisnya masa jabatan bapaknya Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia.

Dari perjalanan Jokowi menapaki karier politiknya, tampaknya Jokowi lebih percaya dengan proses instan dan keberuntungan. Jokowi yang semula seorang pengrajin mebel di pinggiran kota Solo  tiba-tiba dapat meraih posisi publik sebagai Walikota Surakarta. Belum habis masa jabatannya sebagai walikota, Jokowi langsung melesat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Keberuntungan pun masih terus berpihak padanya, ketika dia memutuskan melangkah menuju istana ketika jabatan Gubernur baru setengah jalan.

Apakah resep sukses Jokowi ini masih akan tetap bekerja pada Gibran anaknya?  Tampaknya, akan sangat kecil peluangnya. Karena keberuntungan itu jarang dan hampir tidak pernah terjadi berulang-ulang. Biasanya keberuntungan hanya terjadi di langkah pertama.  Selanjutnya sukses harus dilakukan dengan strategi, kerja keras dan proses yang panjang.  Apalagi pemimpin sebuah negara besar seperti Indonesia.  Ada satu hal yang  Jokowi lupa, Pemimpin itu tidak dilahirkan tapi diciptakan. Diciptakan artinya perlu proses, jam terbang dan kerja keras, bukan proses instan. (Aswan AS)

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic