ThePhrase.id - Kota Lama Semarang adalah destinasi wisata bersejarah yang tak pernah kehilangan pesonanya. Terletak di pusat Kota Semarang, kawasan ini menawarkan suasana tempo dulu yang begitu kental, dengan deretan bangunan tua peninggalan kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh hingga kini. Dengan luas sekitar 31 hektar, Kota Lama menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kota Semarang dari masa ke masa.
Kota Lama Semarang juga dikenal dengan julukan "Little Netherland", kawasan ini menyajikan perpaduan menarik antara nuansa sejarah, budaya, seni, hingga geliat ekonomi kreatif yang terus tumbuh. Suasana Eropa sangat terasa di sini, terutama berkat gaya arsitektur bangunannya yang khas, seperti jendela dan pintu berukuran besar, langit-langit tinggi, serta elemen dekoratif yang rumit namun indah.
Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Kota Lama merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda di Semarang. Kawasan ini dulunya dikelilingi benteng berbentuk segi lima bernama Benteng Vijfhoek dan menjadi pusat perdagangan penting di wilayah pesisir utara Jawa. Kini, dengan revitalisasi yang terus dilakukan pemerintah, Kota Lama kembali menjadi primadona wisata sejarah dan budaya di Jawa Tengah.
Jika kamu sedang merencanakan kunjungan ke Kota Lama Semarang, berikut enam destinasi menarik yang dapat dikunjungi
Taman Srigunting bisa dibilang sebagai oase di tengah kawasan heritage Kota Lama. Terletak di Jl. Letjen Suprapto No.22, tepat di depan ikon Kota Lama, yakni Gereja Blenduk, taman ini menjadi tempat favorit bagi wisatawan maupun warga lokal untuk beristirahat sejenak.
Dahulu, taman ini digunakan sebagai area latihan militer oleh pemerintahan kolonial. Kini, fungsinya telah bergeser menjadi ruang publik yang nyaman dan asri. Dikelilingi pepohonan rindang, taman ini kerap dijadikan lokasi piknik, bersantai, hingga tempat berfoto yang instagramable. Taman Srigunting juga kerap menjadi lokasi acara budaya, pertunjukan seni, hingga bazar kreatif pada akhir pekan.
Gedung Marabunta adalah salah satu bangunan paling mencolok di Kota Lama. Yang paling menarik perhatian adalah dua patung semut raksasa di bagian atapnya. Keunikan inilah yang membuat gedung ini tak pernah sepi dari perhatian pengunjung.
Di masa lalu, Gedung Marabunta dikenal sebagai tempat pertunjukan opera bergaya Eropa yang dikenal dengan nama Schouwburg. Bangunannya memiliki interior unik menyerupai bagian dalam kapal terbalik, lengkap dengan aksen kayu dan langit-langit yang melengkung. Meski sempat beralih fungsi menjadi kafe, nilai sejarah gedung ini tetap dipertahankan.
Gedung ini kerap menjadi lokasi pertunjukan seni modern maupun klasik, dan menjadi simbol harmonisasi antara masa lalu dan masa kini.
Bagi kamu yang ingin membawa pulang buah tangan khas Semarang, Semarang Kreatif Galeri adalah tempat yang tepat. Terletak tak jauh dari Taman Srigunting, galeri ini menempati salah satu bangunan heritage yang telah direnovasi menjadi ruang pameran produk UMKM lokal.
Galeri ini menampilkan beragam produk unggulan seperti batik tulis dan cap dengan motif khas Semarang, kerajinan tangan berbahan kayu, logam, kain, serta aneka suvenir unik. Dikelola oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, tempat ini bukan hanya sekadar toko oleh-oleh, tapi juga menjadi ruang apresiasi bagi kreativitas warga lokal.
Jika kamu penyuka seni kontemporer, Semarang Contemporary Art Gallery adalah destinasi yang tak boleh dilewatkan. Terletak di Jl. Taman Srigunting No. 5–6, galeri ini menempati salah satu bangunan klasik di Kota Lama dan menyuguhkan atmosfer yang memadukan seni modern dengan nuansa masa lalu.
Sejak pindah ke lokasi ini pada tahun 2008, galeri ini telah menjadi rumah bagi berbagai pameran seni kontemporer, baik dari seniman lokal, nasional, hingga internasional. Karya yang dipamerkan pun beragam, mulai dari lukisan, instalasi, patung, hingga media seni eksperimental.
Tempat ini cocok untuk kamu yang ingin menikmati sisi artistik Semarang dan melihat perkembangan dunia seni rupa di Indonesia dari dekat.
Gedung Marba merupakan salah satu bangunan ikonik di Kota Lama Semarang. Dibangun pada abad ke-19 oleh saudagar asal Yaman bernama Marta Badjunet, gedung ini memiliki gaya arsitektur neoklasik yang sangat kuat. Nama Marba sendiri merupakan akronim dari nama pemiliknya.
Bangunan ini pernah difungsikan sebagai kantor dagang dan perusahaan ekspedisi pada masa kolonial. Kini, meski tak lagi digunakan untuk kegiatan ekonomi besar, Gedung Marba tetap berdiri megah dan menjadi spot favorit untuk fotografi serta pengambilan gambar film.
Dengan warna dindingnya yang mencolok dan jendela-jendela besar bergaya kolonial, Gedung Marba membawa nuansa eksotis dan elegan yang memikat.
Jembatan Berok adalah titik masuk utama ke kawasan Kota Lama. Jembatan ini memiliki nilai historis tinggi karena dulunya menjadi penghubung antara Kota Lama yang dipagari benteng dengan bagian kota lainnya.
Pada masa kolonial, jembatan ini juga mencerminkan pembatasan sosial antara warga kolonial Belanda dan masyarakat pribumi. Nama “Berok” berasal dari penyebutan kata brug (jembatan dalam bahasa Belanda) oleh masyarakat lokal.
Kini, Jembatan Berok masih digunakan dan telah mengalami renovasi agar lebih aman dan nyaman untuk dilewati. Selain sebagai penghubung, jembatan ini juga menjadi objek foto yang menarik, terutama saat sore hari ketika lampu-lampu kota mulai menyala.
Kota Lama Semarang bukan hanya sekadar kawasan bersejarah, tapi juga simbol dari pelestarian warisan budaya yang berhasil dihidupkan kembali. Dengan semakin banyaknya event seni, pertunjukan budaya, hingga geliat ekonomi kreatif yang tumbuh, kawasan ini terus berkembang tanpa kehilangan identitas sejarahnya.
Berkunjung ke Kota Lama Semarang seperti membuka buku sejarah, namun dalam suasana yang tetap hidup dan dinamis. Setiap bangunan, setiap sudut jalan, hingga setiap jembatan memiliki cerita yang menanti untuk dijelajahi. [Syifaa]