ThePhrase.id - Indonesia memiliki berbagai macam batik dengan cerita sejarah, makna, dan kekhasan masing-masing, salah satunya adalah Batik Bakaran yang berasal dari Desa Bakaran, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Selain terkenal dengan kuliner dan keindahan alamnya, Batik Bakaran ini menjadi warisan budaya khas Kabupaten Pati yang indah dan memiliki cerita sejarah yang unik.
Batik ini termasuk jenis Batik Pesisir karena secara geografis wilayah tersebut terdapat di pesisir pantai. Meskipun begitu, motif-motif Batik Bakaran memiliki corak yang beraliran Batik Tengahan dan Pesisir karena pengharuhnya dari Kerajaan Majapahit.
Awal mula masuknya seni membatik di Desa Bakaran ini dimulai pada abad ke-14 oleh kalangan Kerajaan Majapahit. Melansir laman Jalur Rempah Kemendikbud, yang memperkenalkan seni membatik ini adalah Nyi Banoewari yang merupakan pembuat seragam prajurit dan penjaga museum pusaka.
Dalam memperkenalkan seni membatik, Nyi Banoewari memperkenalkan beberapa motif batik Majapahit, seperti sekar jagat, padas gempal, magel ati, dan limaran.
Namun, terdapat salah satu motif khas yaitu motif yang diciptakan oleh Nyi Banoewati yang terinspirasi dari kekasihnya, Joko Pajuwon. Motif ini dikenal dengan sebutan Motif Gandrung dan memiliki cerita dan makna yang mendalam.
Terbentuknya batik tersebut berawal dari rasa gembira Nyi Banoewati yang sedang membatik atas kedatangan Joko Pakuwon yang menemuinya. Rasa kegembiraan tersebut membuat Nyi Banoewati tak sengaja mencoret kain batik dengan canting yang berisikan malam.
Coretan tersebut membentuk motif garis pendek, kemudian di sela-sela waktu, ia menyempurnakan motif garis pada kain. Hasilnya motif tersebut melambangkan kegandrungan atau kerinduan yang tak terobati.
Motif yang khas ini membutuhkan perawatan yang khusus dalam pewarnaanya dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti kulit pohon tingi yang menghasilkan warna coklat, kayu tegoran warna kuning, dan akar kudu warna sawo matang.
Pada saat itu, bahan-bahan warna yang dipakai sulit ditemukan namum minatnya semakin tinggi. Bahkan sempat menjadi komoditas perdagangan antar pulau melalui Pelabuhan Juwana dan menjadi tren pakaian para pejabat Kawedanan Juwana.
Hingga saat ini, motif karya Nyi Banoewati masih terus dilestarikan oleh masyarakat Bakaran. Tak hanya itu masyarakat juga terus mengembangkan motif batik Bakaran dengan motif yang lebih kontemporer. Beberapa motif batik Bakaran, antara lain motif pohon druju (juwana), gelombang cinta, kedele kecer, jambu alas, dan blebak urang. [Syifaa]