regionalBatik

Mengenal Batik Ciprat Silabi Karya Penyandang Disabilitas Kota Metro

Penulis Ashila Syifaa
Oct 21, 2024
Batik Ciprat Silabi Kota Metro. (Foto: djkn.kemenkeu.go.id)
Batik Ciprat Silabi Kota Metro. (Foto: djkn.kemenkeu.go.id)

ThePhrase.id – Batik Ciprat Silabi dari Kota Metro, Provinsi Lampung memiliki keunikan tersendiri. Batik ini sangat istimewa karena diciptakan oleh para penyandang disabilitas yang tergabung dalam komunitas difabel. Batik Ciprat Silabi pertama kali diperkenalkan oleh komunitas tersebut, yang memiliki semangat dan tekad kuat untuk mengembangkan keterampilan mereka.

Meskipun memiliki keterbatasan, para penyandang disabilitas ini memiliki bakat luar biasa dalam seni, khususnya seni batik. Oleh karena itu, komunitas ini mulai mendalami dan mengeksplorasi lebih jauh tentang seni batik. 

Dengan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Wiyata Dharma, para difabel ini mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengasah keterampilan mereka dalam seni batik.

SLB Wiyata Dharma telah memperkenalkan seni batik kepada para siswa dan siswinya sejak tahun 2012. Seiring waktu, teknik membatik yang diajarkan semakin berkembang. Pada tahun 2014, terciptalah teknik Batik Ciprat, yang dikenal lebih mudah dan praktis dalam proses pembuatannya.

Sesuai dengan namanya, Batik Ciprat dibuat dengan cara mencipratkan larutan malam pada kain. Teknik ini tidak menggunakan canting seperti batik pada umumnya, melainkan menggunakan media lain seperti sendok, kuas, dan lidi. Selain metode pembuatannya yang unik, pemilihan warna-warna mencolok menjadi salah satu keistimewaan Batik Ciprat, yang membedakannya dari kain batik lainnya.

Batik Silabi menggabungkan warna-warna terang dan berani, dipadukan dengan motif dan corak khas Kota Metro, seperti Tugu Pena, Tugu Metrem, Siger, dan Pucuk Rebung.

Karya yang dibanggakan ini sering kali ditampilkan dalam berbagai festival seni, baik tingkat kota, provinsi, maupun nasional. Uniknya lagi, karya batik ini telah dijadikan seragam resmi yang wajib dikenakan oleh seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kota Metro, yang juga dikenal dengan julukan Sai Bumi Wawai. 

Permintaan terhadap Batik Silabi semakin meningkat, bahkan mulai datang dari berbagai daerah seperti Jakarta dan Riau. Melihat potensi tersebut, SLB Wiyata Dharma berinisiatif memasarkan produk Batik Silabi melalui platform online shop, sehingga jaringan penjualannya semakin meluas.

Seni batik ciprat sendiri sebenarnya telah berkembang di berbagai daerah. Ratusan kilometer dari Kota Metro, terdapat Desa Banyuasin di Purworejo, Jawa Tengah, yang memberdayakan penyandang disabilitas untuk memproduksi batik ciprat di bawah naungan Yayasan Difable Intelektual Restu Ibu (DIRI). Sementara di Jawa Timur, terdapat Desa Simbatan di Kabupaten Magetan yang juga memiliki seni batik ciprat yang dinamakan "Langitan," yang diproduksi oleh penyandang disabilitas.

Namun, Batik Ciprat Silabi di Kota Metro tidak hanya sebatas pemberdayaan penyandang disabilitas. Kesenian ini telah bertransformasi menjadi bagian dari kearifan lokal Kota Metro. Motif Batik Silabi adalah hasil "reka cipta" para guru SLB Wiyata Dharma, yang menggabungkan pemahaman budaya setempat dengan kondisi dan potensi para siswa-siswinya. Proses produksinya pun tidak berhenti pada satu generasi, tetapi terus berlanjut, seiring berjalannya waktu. [Syifaa]

Tags Terkait

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic