ThePhrase.id - Kekayaan batik Indonesia sangatlah melimpah yang merupakan warisan budaya dan terbukti dari adanya motif tertua yaitu batik kawung. Menurut Koeswadji dalam bukunya “Mengenal Seni Batik di Yogyakarta” motif batik kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo di Mataram yang hidup pada 1593-1645. Di sisi lain, ada juga yang menyebutkan bahwa motif kawung sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya yang saat itu memerintah pada 1293-1309 telah memakai kain batik motif kawung.
Tak hanya sebuah motif, tentunya setiap batik memiliki nilai dan makna tersendiri. Selain menjadi batik tertua, batik kawung juga menjadi salah satu motif yang sangat dikenal oleh masyarakat. Batik ini merupakan batik khas Yogyakarta yang terinspirasi dari buah kawung, sejenis kelapa yang juga dikenal sebagai aren atau kolang kaling.
Pada motif ini, umumnya tertata rapi dan geometris. Motif ini juga dapat ditafsirkan sebagai gambar bunga lotus atau teratai yang memiliki empat lembar mahkota yang merekah. Bunga teratai ini memiliki makna yang melambangkan umur yang panjang dan kesucian.
Foto: Wikimedia Commons/Alteaven
Motif ini yang sebenarnya terinspirasi dari buah kawung juga memiliki filosofinya sendiri. Dilansi dari Kompas, dalam buku Motif Batik Klasik Legendaris dan Turunannya oleh Adi Kusrianto, motif kawung merupakan perwujudan dari konsep mandala.
Konsep tersebut berasal dari agama Buddha yang kemudian berkembang di Jawa. Kemudian pada budaya kejawen konsep mandala disebut sedulur papat limo pancer yang diartikan sebagai simbol keempat penjuru arah mata angin atau kiblat. Kemudian titik tengah pada motif tersebut menggambarkan pusat kehidupan manusia di dunia
Namun ada juga yang memaknai motif ini sebagai kesempurnaan, kemurnian dan kesucian. Selain itu kalau dilihat dari pengertian suwung dalam masyarakat Jawa ini memiliki makna kosong yang menggambarkan kekosongan nafsu dan hasrat duniawi yang menghasilkan pengendalian diri yang sempurna.
Potret Ratu Kencana, istri Hamengkubuwono VII, mengenakan batik kawung. (Foto:Wikimedia Commons/Kassian Cephas-Troppenmuseum)
Batik ini termasuk dalam salah satu batik larangan yang digunakan di dalam lingkungan keraton dengan aturan ketat atas siapa yang menggunakan dan kapan digunakan. Namun, masyarakat umum juga dapat menggunakan batik kawung pada berbagai acara mulai dari upacara adat turun tanah, pernikahan hingga pemakaman.
Motif batik ini memiliki berbagai jenis yang dibedakan bedasarkan besar dan kecilnya motif bulat-bulat. Selain itu juga dapat dibedakan dari desainnya yang dilihat dari apakah batik ini mempertahankan desain asli atau memiliki modifikasi yang ditambahkan dengan hiasan lainnya. Kemudian, ada bebrepa jenis yang didapatkan dari kombinasi motif kawung dan hiasan lain yang menonjol. [Syifaa]