regionalBatik

Mengenal Celugam, Kain Khas Lampung Barat

Penulis Ashila Syifaa
Jan 01, 2024
Kain Calugam Lampung Barat. (Foto: Instagram/zelly_zeliaze)
Kain Calugam Lampung Barat. (Foto: Instagram/zelly_zeliaze)

ThePhrase.id - Selain batik, berbagai daerah di Indonesia juga memiliki kain tradisional tersendiri yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Sama halnya dengan batik yang memiliki makna, kain tradisional juga bukan sekadar kain namun memiliki makna mendalam dalam budaya daerahnya.

Lampung Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki kain tradisional bermotif celugam, yang memiliki keunikan bentuk dan susunan sejumlah warna yang menarik. Kain ini bukan sekadar kain, melainkan suatu simbol penting dari warisan budaya yang telah melalui perjalanan panjang dan kini dikenal sebagai identitas kultural yang kaya makna.

Pada masa lalu, celugam sering digunakan dalam acara adat, termasuk sebagai alas kasur berlapis yang digunakan sebagai tempat duduk tokoh adat dalam berbagai upacara. Tradisi ini erat kaitannya dengan budaya lokal, bahkan pudak palsu atau singgasana Kerajaan Sekala Brak, yang merupakan tumpukan kasur yang dilapisi dengan celugam, menjadi bagian penting dalam upacara kerajaan. Singgasana tersebut umumnya memiliki tingkatan yang sesuai dengan gelar pemakainya.

Selain itu, motif celugam yang digunakan dalam setiap tingkatan tempat duduk berbeda-beda, terdiri dari potongan-potongan kain segitiga dengan kombinasi warna merah, orange, hitam, dan putih, membentuk motif-motif unik dan bersejarah.

Kain warisan budaya Lampung Barat ini, serupa dengan karya patchwork yang menggabungkan satu bagian kain dengan kain lainnya hingga membentuk satu buah kain. Setiap potongan kain segitiga tersebut ditempatkan bersama untuk menciptakan pola yang indah seperti puttut manggus, apipon, cumcok, kekeris, dan lalamban. Setiap motif memiliki karakteristiknya masing-masing, serta bermakna tersendiri. Cara pembuatannya pun bervariasi, tetapi sering menggunakan teknik patchwork atau penyambungan kain segitiga.

Motif puttut manggus menggambarkan bagian bawah buah manggus berbentuk bunga dengan warna hitam, putih, merah, dan oranye/jingga. Motif apipon menyerupai gerigi dan umumnya digunakan sebagai hiasan dalam susunan celugam. Begitu pula dengan apipon, motif cumcok berfungsi sebagai pemisah antar motif, dengan bentuk atau corak segi empat yang disambungkan dengan warna berbeda-beda. Motif kekeris menampilkan corak seperti keris dengan memasukkan unsur warna merah, oranye/jingga, hitam, dan putih dari celugam.

Kain celugam biasanya digunakan sebagai pakaian bawahan untuk perempuan dan laki-laki, berupa rok untuk perempuan dan bawahan sedengkul yang dililitkan di pinggang untuk laki-laki, yang dikenakan setelah celana panjang.

Seiring berjalannya waktu, celugam berkembang dan diversifikasi menjadi berbagai produk sehari-hari. Saat ini, selain digunakan dalam upacara adat, kain celugam diaplikasikan sebagai sarung bantal kursi, taplak meja, tatakan gelas, pembungkus galon air, kotak tisu, tas, busana, dan berbagai produk lainnya.

Kain ini yang merupakan warisan budaya perlu dilestarikan, dijaga, dan dikembangkan agar tidak punah. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memberikan sertifikat hak paten kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebagai pemilik motif kain celugam. [Syifaa]

 

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic