lifestyleRelationship

Mengenal Codependent Friendship dan Cara Menghadapinya

Penulis Ashila Syifaa
Apr 13, 2025
Ilustrasi codependent friendship. (Foto: Pexels/Trinity Kubassek)
Ilustrasi codependent friendship. (Foto: Pexels/Trinity Kubassek)

ThePhrase.id – Pertemanan, seperti halnya hubungan lainnya, bisa berubah menjadi toxic. Kedekatan dengan teman belum tentu menunjukkan hubungan yang sehat dan saling memenuhi kebutuhan. Justru, kedekatan yang berlebihan bisa menjadi salah satu tanda adanya codependent friendship.

Dalam codependent friendship, satu pihak bisa sangat bergantung pada temannya, terutama dalam hal dukungan dan validasi emosional. Ketergantungan ini bisa menciptakan dinamika hubungan yang tidak seimbang, di mana satu orang selalu memberi lebih banyak daripada yang diterima.

Apa Itu Codependent Friendship?

Secara harfiah, codependent berarti saling bergantung. Menurut Sharon Martin, seorang psikoterapis yang mengkhususkan diri dalam isu codependency, hubungan codependent bukanlah sebuah diagnosis medis, melainkan istilah untuk menggambarkan hubungan yang disfungsional.

Dalam konteks pertemanan, hubungan ini muncul ketika salah satu pihak rela mengabaikan kebutuhannya sendiri demi mengurus atau "menyelamatkan" temannya. Ini bisa berupa perilaku seperti:

  • Terlalu mengandalkan teman untuk memenuhi kebutuhan emosional
  • Selalu mencari validasi dan persetujuan dari teman
  • Bersikap mengontrol atau posesif
  • Terlalu terlibat dalam kehidupan pribadi teman
  • Merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan atau masalah teman

Meskipun hubungan ini terlihat seperti bentuk kepedulian yang besar, sebenarnya bisa menjadi racun jika satu pihak terus-menerus mengorbankan dirinya sendiri. Ketika seseorang mulai kehilangan batas pribadi (personal boundaries) dan identitasnya demi menjaga hubungan tersebut, itu adalah tanda bahaya.

Mengapa Bisa Menjadi Toxic?

Hubungan codependent terasa melelahkan dan menekan karena satu orang terus memberikan, sementara yang lain terus menerima. Tidak ada keseimbangan atau ruang untuk tumbuh secara mandiri. Dalam jangka panjang, hubungan seperti ini bisa membuat seseorang merasa terkuras secara emosional, kewalahan, dan bahkan kehilangan jati diri.

Pada akhirnya, hubungan seperti ini tidak menguntungkan kedua belah pihak. Satu pihak kehilangan dirinya, sementara pihak lain tidak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.

Penting untuk membedakan mana pertemanan yang saling mendukung dan mana yang bersifat ketergantungan. Dalam hubungan yang sehat:

  • Kedua pihak saling mendukung, tapi tetap memiliki batasan pribadi
  • Masing-masing bisa mandiri dan tidak merasa bersalah untuk menjalani hidupnya sendiri
  • Tidak ada tekanan untuk selalu "menyelamatkan" satu sama lain

Sedangkan dalam codependent friendship, hubungan terasa berat, penuh tekanan emosional, dan bisa membuat salah satu atau kedua orang merasa kewalahan.

Cara Menghadapinya

  • Kenali tandanya: Sadari apakah kamu atau temanmu menunjukkan perilaku codependent. Refleksi diri sangat penting.
  • Bangun batasan yang sehat: Pelajari untuk mengatakan tidak dan memberi ruang bagi diri sendiri.
  • Fokus pada kebutuhan pribadi: Jangan lupakan dirimu sendiri dalam proses membantu orang lain.
  • Komunikasi terbuka: Bicarakan perasaan dan kebutuhan dengan jujur dan tanpa menyalahkan.
  • Pertimbangkan bantuan profesional: Terapi bisa membantu memahami pola hubungan yang tidak sehat dan memperbaikinya.

[Syifaa]

Tags Terkait

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic