ThePhrase.id - Dalam beberapa tahun terakhir, istilah franchise auto pilot kian populer di kalangan pebisnis pemula maupun investor yang ingin terjun ke dunia usaha tanpa harus terlalu repot mengurus operasional harian.
Konsep ini memang terdengar menarik, bahkan menggiurkan, karena menjanjikan model bisnis yang berjalan sendiri, minim campur tangan pemilik, dan tetap menghasilkan keuntungan.
Tapi benarkah franchise auto pilot semudah itu?
Melansir Rumah Franchise, franchise auto pilot adalah jenis kemitraan waralaba yang mengintegrasikan sistem otomatisasi dalam operasi harian, mulai dari manajemen karyawan, pasokan produk, hingga promosi.
Model ini banyak digemari karena memungkinkan pemilik bisnis untuk tidak terlalu terlibat langsung dalam operasional sehari-hari, sehingga bisa lebih fokus pada strategi jangka panjang atau ekspansi usaha.
Namun, justru karena terdengar terlalu praktis, franchise auto pilot perlu diwaspadai. Evi, Franchise Advisor dari Franchise Academy Indonesia, mengingatkan bahwa tidak semua hal yang berlabel “auto pilot” berarti mudah dan aman.
"Jangan terlalu tergoda karena auto pilot seolah-olah gampang. Yang namanya bisnis, sekalipun cuma 10 juta atau 10 miliar, tetap harus hati-hati," tegasnya dalam konferensi pers acara FLEI Business Show 2025 pada 30 April 2025.
Menurut Evi, calon investor harus lebih jeli dalam mengamati latar belakang franchisor, termasuk rekam jejak, sistem bisnis, dan konsistensi mereka dalam memberikan dukungan kepada mitra. Ia menekankan bahwa sebuah bisnis waralaba idealnya sudah berjalan minimal lima tahun untuk bisa dikatakan stabil dan layak diikuti.
Lantas, apa saja kelebihan yang membuat konsep franchise auto pilot ini diminati dan apa risikonya?
Model franchise ini cocok bagi mereka yang memiliki pekerjaan utama atau kesibukan lain, karena memungkinkan pemilik tetap mendapatkan penghasilan pasif.
Franchisor umumnya telah menyediakan standar operasional (SOP) lengkap, sehingga pemilik tidak perlu memulai dari nol.
Bagi orang yang belum pernah terjun ke dunia bisnis, model franchise ini bisa menjadi awal yang ramah untuk pemula atau “beginner-friendly”.
Berbagai kebutuhan seperti rekrutmen, pelatihan karyawan, pengadaan bahan baku, hingga promosi biasanya ditangani langsung oleh franchisor.
Karena pemilik tidak terlibat langsung, kualitas layanan atau pengelolaan bisa tidak sesuai harapan jika franchisor tidak menjalankan sistem dengan baik.
Banyak penawaran yang terlalu menjanjikan, seperti “balik modal dalam 3 bulan” atau “penghasilan puluhan juta tanpa kerja”, yang perlu diwaspadai karena berisiko menyesatkan.
Beberapa sektor usaha membutuhkan sentuhan dan pengawasan langsung dari pemilik agar dapat berkembang optimal, terutama services atau bidang jasa.
Model ini kerap disertai biaya manajemen tambahan di luar biaya awal dan royalti, yang bisa mengurangi margin keuntungan.
Dalam acara FLEI Business Show 2025 yang akan digelar pada 16–18 Mei 2025 di JICC Senayan, banyak franchise baru yang akan memamerkan konsep-konsep bisnis yang inovatif dan out of the box. Namun, menurut Evi, investor sebaiknya tidak langsung terburu-buru mengambil keputusan.
“Bisa mampir dulu ke booth WALI (Waralaba & Lisensi Indonesia) dan Franchise Academy Indonesia, pelajari strategi ambil franchise. Nggak perlu keburu nafsu DP atau ambil franchise. Harus dipelajari dulu potensi, proyeksi, dan kekuatan franchisor-nya,” tutup Evi. [fa]