ThePhrase.di - Dian Sastrowardoyo terlihat menggunakan kebaya bewarna hitam dalam film Gadis Kretek yang dikatakan serupa dengan pakaian tradisional Jawa untuk pria yaitu beskap. Namun nyatanya, kebaya yang digunakan adalah kebaya janggan khas Keraton Yogyakarta.
Kebaya janggan ternyata jauh berbeda dengan beskap dan lebih serupa dengan surjan (busana abdi dalem laki-laki di lingkungan Kraton Yogyakarta) yang dilengkapi dengan kancing hingga menutup leher.
Kebaya janggan merupakan salah satu busana tradisional di Keraton Yogyakarta yang secara khusus digunakan sebagai busana bagi abdi dalem keraton.
Sekarang, kebaya janggan juga dikenal dengan sebutan janggan hitam, penamaan ini merujuk pada warna pada kain janggan.
Di lingkungan keraton, kebaya yang digunakan harus berwarna gelap seperti hitam atau cokelat dan tidak boleh berbahan brokat. Selain itu, busana harus polos atau bermotif kembang batu. Maka dari itu, dapat dilihat bahan kebaya janggan bukan dari brokat dan bewarna hitam.
Menurut hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal berjudul “Kajian Etnolinguistik Busana Kebaya Janggan Hitam Khas Kraton Yogyakarta”, abdi dalem perempuan yang diperbolehkan memakai kebaya janggan adalah keparak, wiyaga putri, pesinden, atau abdi dalem punakawan perempuan saat sedang bertugas.
Pada umumnya, kebaya dalam lingkup keraton menunjukan pangkat. Namun, khusus Hajad Dalem Ngabekten, abdi dalem Keparak berpangkat magang dan jajar belum boleh mengenakan janggan karena hanya duduk sowan bekti dan tidak melakukan sungkem pada Ngarsa Dalem.
Kebaya janggan hitam memiliki ciri khas tertutup dari atas hingga bawah, termasuk bagian pinggang dan leher. Tidak ada sisi terbuka, berbeda dengan jenis kebaya tangkeban atau kutubaru. Secara keseluruhan, kebaya janggan hitam memiliki 21 kancing yakni ada 6 kancing di bagian leher, 2 kancing di bagian dada atas, 3 kancing di bagian depan yang tersembunyi, dan 5 kancing di masing-masing pergelangan tangan yang lebih berfungsi sebagai asesoris tetapi memiliki makna simbolis yang mendalam.
Selain sebagai busana keraton, kebaya ini memiliki maknanya tersendiri dan menjadi simbol kesucian dan ketegasan pada perempuan. Kebaya ini menggambarkan kesucian, ketakwaan, dan kecantikan alami pada perempuan.
Selain itu, menurut cerita dari Manu J. Widyaseputra melansir laman Tradisi Kebaya, kebaya janggan ini selalu digunakan oleh istri Pengeran Diponegoro, yaitu Ibu Ratna Ningsih yang selalu setia mendampingi pangeran saat perang melawan Belanda. Menariknya lagi, di balik janggan yang digunakan, Ibu Ratna Ningsih menyembunyikan keris putri yang biasa ditaruh di balik kebaya. (Syifaa)