regionalBatik

Mengenal Keindahan Batik Sidomukti yang Penuh Makna

Penulis Ashila Syifaa
Jan 29, 2024
Kain batik tulis motif Sidomukti bledak asal Yogyakarta. (Foto: museum.kemdikbud.go.id)
Kain batik tulis motif Sidomukti bledak asal Yogyakarta. (Foto: museum.kemdikbud.go.id)

ThePhrase.id - Batik Sidomukti merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memukau, mencerminkan keindahan seni tradisional yang kaya akan makna dan sejarah. Batik ini juga menjadi salah satu motif batik yang cukup dikenal di Indonesia dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya adat Jawa.

Tidak hanya berasal dari satu daerah saja seperti batik pada umumnya, motif batik Sidomukti dapat ditemukan di beberapa daerah, seperti Solo, Yogyakarta, dan Magetan. Meski begitu, batik ini memiliki kekhasan tersendiri yang sudah ada sejak zaman Kesultanan Mataram.

Pada awalnya, batik Sidomukti berasal dari Kota Solo atau Surakarta, Jawa Tengah, yang termasuk dalam batik keraton dengan ciri khas warna alami cokelat-kemerahan, cokelat-kekuningan, atau cokelat tua karena diwarnai dengan pewarna soga alami.

Pada zaman dahulu, batik Sidomukti hanya digunakan di Keraton saja, karena memang hanya diperuntukkan bagi para raja dan bangsawan keraton. Beberapa menyebutkan bahwa batik Sidomukti merupakan perkembangan dari motif batik Sidomulya dengan latar belakang putih yang berasal dari zaman Mataram Kartasura, namun diganti dengan latar belakang ukel oleh Paku Buwono IV.

Lalu seiring dengan perkembangan batik yang semakin pesat dan semakin dikenal oleh masyarakat luas, Batik Sidomukti telah menjadi pakaian sehari-hari yang dapat digunakan oleh siapapun. 

Motif-motif Batik Sidomukti memiliki keunikan yang bervariasi dam sering kali terinspirasi oleh alam sekitar, mitos dan legenda lokal, serta simbol-simbol yang memiliki makna mendalam dalam budaya Jawa.

Selain motif yang bermakna, nama sidomukti sendiri memiliki arti yang berasal dari dua kata bahasa Jawa yaitu, sido dan juga mukti. Sido berarti jadi atau menjadi sedangkan mukti memiliki makna kecukupan, kebahagiaan, dan juga tidak mempunyai kekurangan. 

Maka sidomukti bermakna menjadi bahagia atau sejahtera yang merupakan harapan agar penggunanya mendapatkan kebaikan tersebut.

Batik Sidomukti Solo

Corak tradisional dengan lekukan simetris merupakan ciri batik Sidomukti Solo. Pembuatannya masih mengikuti aturan tertentu, dan setiap motif memiliki filosofi dan pengaruh budaya yang khas.

Motifnya bervariasi dengan kesan feminin yang dominan. Warna batik ini umumnya coklat kemerahan, biru tua, dan putih gading atau krem, masih menggunakan bahan alami seperti soga Jawa.

Proses pembuatannya yang masih mengikuti aturan baku yang menjadi pedoman dan melalui beberapa tahapan, sehingga setiap motif dari batik Sidomukti memiliki filosofi dan makna tersendiri. Secara umum, motif batik Sidomukti Solo memiliki makna berusaha mendapatkan kebahagiaan secara lahir dan batin.

Batik Sidomukti Magetan

Kampung Batik Sidomukti Magetan terletak di kecamatan Plaosan. Salah satu jenis batik unggulan yang terkenal adalah batik Pring Sedapur atau batik Sidomukti Magetan, yang sering disebut dengan istilah batik Pring Sedapur.

Motif batik Sidomukti Magetan ditandai dengan corak dan warna yang segar, menggabungkan flora dan fauna Indonesia. Penggunaan piring atau bambu sebagai ikon memiliki filosofi khusus. Bambu erat dengan kearifan lokal dan tumbuh bergerombol, melambangkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Hal ini menekankan pentingnya menjaga kerukunan dan kebersamaan dengan sesama manusia. Selain itu, ada makna keberanian dalam simbol bambu di mana para pejuang menggunakan bambu sebagai senjata melawan penjajah di masa lampau.

Batik Sidomukti Yogyakarta

Motif batik Sidomukti Yogyakarta memiliki pola geometris yang teratur, dengan kombinasi warna tegas yang mencolok. Coraknya sesuai dengan pakem formal yang sedikit kaku, sejalan dengan filosofi anti-kolonial keraton Yogyakarta.

Warna khas Yogyakarta meliputi coklat tua atau kemerahan, biru tua, dan putih bersih, semuanya dihasilkan dari bahan-bahan alami. Misalnya, warna biru hitam berasal dari wedel atau daun indigofera, sementara warna coklat dari kulit pohon tinggi seperti mahoni atau rambutan. Penggunaan kayu secang menghasilkan warna merah, sementara bunga Srigading atau kayu Tegeran memberikan warna kuning. Kulit buah Jalawe digunakan untuk warna hitam, abu-abu, dan kuning kehijauan. [Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic