ThePhrase.id - Batik Sragen adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya akan sejarah dan motif-motif yang memikat. Mendarah daging dari tradisi lokal dan kearifan yang telah lama tertanam, batik Sragen telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Kabupaten Sragen, sebuah wilayah kecil yang terletak di Provinsi Jawa Tengah.
Salah satu varian batik Sragen yang terkenal adalah Batik Kliwonan, yang berasal dari Desa Kliwonan, Kabupaten Sragen. Batik ini diyakini telah ada sejak sekitar tahun 1880, seiring dengan keberadaan Bengawan Solo yang melintasi desa tersebut.
Di Desa Kliwonan, kehidupan sehari-hari tidak hanya terbatas pada aktivitas pertanian. Di antara kesibukan di ladang, penduduk desa mengalir ke Laweyan, sebuah daerah yang terkenal sebagai pusat produksi batik. Di sana, mereka menjadi buruh batik, menambah keragaman tenaga kerja dan meningkatkan keterampilan mereka dalam seni tradisional yang berharga ini.
Peran Sungai Bengawan Solo sangatlah penting dalam mendukung kegiatan ekonomi ini. Sungai terpanjang di Pulau Jawa tidak hanya menjadi simbol kehidupan yang kaya akan keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi arteri penting dalam sistem transportasi. Para buruh batik dari Desa Kliwonan dan sekitarnya menggunakan jalur sungai ini untuk menuju Laweyan, di mana para pedagang batik terkemuka berada.
Tidak seperti yang mungkin dipikirkan banyak orang, Sragen sebenarnya menjadi produsen batik terbesar kedua setelah Pekalongan. Batik yang diproduksi oleh pengrajin Sragen umumnya didistribusikan ke Solo dan Yogyakarta, dengan Solo sebagai pelanggan utama. Ada sejarah panjang di balik pendistribusian batik dari Sragen ke Solo yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Motif-motif batik yang sering ditemui di Solo pada masa kini sebagian besar merupakan karya dari pengrajin batik di Sragen. Dahulu, para pengrajin di Sragen sering diminta untuk membuat batik menggunakan bahan baku yang diberikan oleh para pedagang batik di Solo. Setelah proses pembatikan selesai di Sragen, kain-kain tersebut akan dikembalikan ke Solo melalui Sungai Bengawan Solo dengan perahu, untuk tahap finishing di sana. Hal ini terjadi karena sebagian besar desa penghasil batik di Sragen berada di sepanjang tepian Sungai Bengawan Solo. Kerja sama semacam ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya banyak buruh atau pengrajin yang merasa mampu untuk bekerja secara mandiri tanpa bergantung pada pedagang batik.
Dengan pengalaman yang mereka peroleh saat bekerja untuk pedagang batik Solo, para pengrajin tersebut kemudian memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan mendirikan usaha pembuatan batik sendiri di Sragen. Namun, hal ini tidak menghentikan aliran distribusi batik dari Sragen ke Solo. Perbedaannya, sekarang Sragen juga memiliki usaha batiknya sendiri, tetapi tetap menjalin hubungan baik dengan pedagang batik di Solo yang dulunya adalah majikan mereka. Kebanyakan pedagang batik tersebut beroperasi di Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Selain itu, pusat produksi batik juga terdapat di Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Kalijambe. [Syifaa]