regional

Mengenal Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan

Penulis Ashila Syifaa
Aug 08, 2023
Persembahyangan saat Galunga. (Foto: Wikimedia Commons/Laurent Houmeau)
Persembahyangan saat Galunga. (Foto: Wikimedia Commons/Laurent Houmeau)

ThePhrase.id - Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang dikenal dengan budaya dan upacara keagamaannya. Salah satunya adalah hari Raya Galungan dan Kuningan yang dirayakan oleh masyarakat Hindu di Bali selama berabad-abad.

Perayaan ini dilakukan oleh umat Hindu Bali setiap 210 hari sekali berdasarkan kalender Bali yaitu pada Budha Kliwon Dungulan atau Rabu Kliwon wuku Dungulan. Hari raya itu diperingati sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (Kejahatan).

Hari Galungan dan Kuningan dirayakan dua kali, tahun 2023 ini perayaan pertama dilakukan pada 4 Januari untuk Galungan dan 14 Januari untuk perayaan Kuningan. Sedangkan perayaan kedua dilakukan pada 2 Agustus untuk Galungan dan 12 Agustus mendatang untuk perayaan Kuningan.

Makna Filosofi Perayaan Galungan

Melansir laman Dinas Pariwisata Gianyar, perayaan ini merupakan ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widi Wasa yang dilakukan pada puncak upacara Galungan saat Budha Kliwon Dungulan.

Sedangkan secara filosofis, upacara ini memiliki makna sebagai kemenangan antara dharma melawan adharma. Tegaknya kebenaran itu ditandai dengan pelaksanaan tapa, brata, yogya dan semadi. Sedangkan, dalam mitologi, Galungan dianggap sebagai tanda kebenaran dari Bhatara Indra kepada Mayadenawa (sesuai pustaka Usana Bali). Juga merupakan perwujudan Bhatari Durgha kepada Sri Jayakusuma (sesuai pustaka Jayakasanu).

Selain itu, upacara yang sakral ini juga menjadi simbol bahwa manusia harus selalu dapat menegakkan dharma di atas adharma. Manusia diharuskan untuk menjauhi sifat-sifat buruk seperti nafsu buruk yang dapat menggangu ketentraman hidup.

Rangkaian perayaan ini kemudian dilanjutkan dengan hari Raya Kuningan yang dilaksanakan sepuluh hari setelah hari Raya Galungan.

Simbol Peryaan Kuningan

Dalam perayaan Kuningan, berbagai simbol perang seperti "tamiang," "ter," dan "endongan" dipasang di bangunan-bangunan rumah. Simbol-simbol ini memiliki makna penting yang relevan dalam kehidupan saat ini. "Tamiang" melambangkan pertahanan, mengajarkan untuk selalu meningkatkan ketahanan diri dalam menghadapi tantangan hidup. "Ter" merupakan simbol senjata perjuangan, sementara "endogan" melambangkan logistik.

Atribut tersebut sebagai pesan bagi manusia untuk selalu berjuang melawan “musuh” dalam kehidupan. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat ketahanan diri, meningkatkan kecerdasan pikiran, dan memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan.

Dalam konteks kehidupan zaman sekarang, "musuh-musuh" yang dimaksud adalah kegelapan, kebodohan, kemiskinan, dan masalah lainnya. Perayaan Kuningan mengajarkan pentingnya bersiap menghadapi tantangan kehidupan dan berjuang untuk melampaui batasan-batasan yang menghalangi kemajuan kita. Dengan memaknai simbol-simbol tersebut, kita diingatkan untuk selalu berusaha meningkatkan diri dan membawa sinar kebaikan dalam kehidupan kita dan masyarakat. [Syifaa]

 

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic