ThePhrase.id – Belakangan ini beredar beragam metode diet, salah satunya adalah diet water fasting yang dikatakan ampuh untuk menurunkan berat badan secara cepat. Namun, metode ini juga sering dikaitkan dengan beberapa risiko dan bahaya, dan mungkin tidak cocok untuk diterapkan oleh semua orang.
Water fasting atau diet air merupakan metode diet yang dilakukan dengan hanya mengonsumsi air putih tanpa mengonsumsi makanan atau minuman lainnya. Karena itu, dalam menerapkan metode ini perlu berhati-hati agar tidak menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya.
Tak hanya untuk mengurangi berat badan saja, nyatanya water fasting juga dapat menghilangkan racun dalam tubuh. Bahkan menjadi salah satu metode diet yang digunakan untuk persiapan sebelum operasi.
Beberapa studi juga menyebutkan bahwa water fasting memiliki beberapa manfaat, seperti menurunkan risiko penyakit kronis dan menstimulasi autofagi, suatu proses yang membantu tubuh memecah dan mendaur ulang bagian-bagian sel lama.
Selain itu, water fasting sering dikaitkan dengan beberapa manfaat untuk kesehatan yang luar biasa seperti menurunkan risiko kanker, penyakit jantung, dan diabetes. Penelitian juga menemukan bahwa diet water fasting yang diawasi secara medikal dapat membantu orang dengan tekanan darah tinggi.
Ada juga yang mengatakan air putih dapat memperbaiki sensitifitas insulin dan leptin. Ketika tubuh memiliki sensitifitas insulin yang tinggi maka tubuh akan semakin efektif menurunkan kadar gula darah. Sedangkan, sensitifitas leptin yang tinggi dapat membantu memproses sinyal lapar lebih baik sehingga menurunkan risiko obesitas.
Meski demikian, penelitian mengenai diet water fasting sangat terbatas, sehingga membutuhkan lebih banyak penelitian sebelum dijadikan sebagai rekomendasi. Selain itu, puasa air juga memiliki banyak risiko kesehatan dan mungkin tidak cocok untuk semua orang.
Water fasting ini membatasi kalori, kemungkinan besar tubuh akan kehilangan banyak berat badan dengan cepat. Namun sayangnya, sebagian besar berat badan yang hilang di awal mungkin berasal dari air, karbohidrat, dan bahkan sejumlah massa otot.
Meskipun hanya minum air putih dan tidak mengonsumsi makanan dan minuman lain, metode ini dapat membuat tubuh dehidrasi. Pasalnya, sekitar 20-30% asupan air harian berasal dari makanan yang dikonsumsi. Jika minum air dalam jumlah yang sama tetapi tidak bersamaan dengan mengonsumsi makanan, tubuh mungkin tidak akan mendapatkan air yang cukup
Gejala dehidrasi meliputi pusing, mual, sakit kepala, sembelit, tekanan darah rendah, dan produktivitas rendah. Untuk menghindari dehidrasi, perlu minum lebih banyak dari porsi biasanya.
Dehidrasi yang disebabkan oleh water fasting dapat menyebabkan hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah yang terjadi saat tiba-tiba berdiri, dan dapat membuat pusing, pening, dan berisiko pingsan.
Jika mengalami gejala-gejala ini selama diet, metode tersebut mungkin bukan pilihan yang tepat untuk menurunkan berat badan
Metode water fasting ini juga dapat meningkatkan produksi asam urat dan menjadi faktor risiko serangan asam urat.
Ada bukti bahwa puasa dapat mendorong perilaku makan yang tidak teratur pada sebagian orang sehingga menimbulkan hubungan yang tidak sehat hingga menjadi sebuah masalah kesehatan mental seperti eating disorder.
Tidak ada pedoman ilmiah yang baku tentang cara memulai puasa air, namun beberapa kelompok orang sebaiknya tidak melakukan puasa air tanpa pengawasan medis. Kelompok tersebut termasuk penderita asam urat, diabetes (baik tipe 1 maupun tipe 2), gangguan makan, lansia, ibu hamil, dan anak-anak.
Bagi yang belum pernah menjalani puasa air, disarankan untuk mempersiapkan tubuh selama 3–4 hari sebelumnya. Caranya bisa dengan mengurangi porsi makan di setiap waktu makan atau berpuasa sebagian dalam sehari.
Selama menjalani puasa air, Anda hanya diperbolehkan minum air. Kebanyakan orang minum sekitar dua hingga tiga liter air setiap harinya saat menjalani puasa ini. Durasi puasa air berkisar antara 24 hingga 72 jam, dan disarankan untuk tidak melakukannya lebih lama dari itu tanpa pengawasan medis karena dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Beberapa orang mungkin merasa lemah atau pusing saat berpuasa, sehingga disarankan untuk menghindari kegiatan seperti mengoperasikan mesin berat atau mengemudi demi menghindari kecelakaan.
Setelah selesai berpuasa, penting untuk tidak langsung makan dalam porsi besar. Mengonsumsi makanan berlebihan setelah puasa bisa menyebabkan ketidaknyamanan. Sebaiknya mulai dengan makanan ringan seperti smoothie atau porsi kecil, lalu secara perlahan memperkenalkan porsi lebih besar ketika merasa lebih nyaman.
Tahap setelah puasa ini sangat penting, terutama bagi mereka yang berpuasa lebih dari tiga hari. Hal ini disebabkan oleh risiko terjadinya sindrom refeeding, sebuah kondisi berbahaya di mana tubuh mengalami perubahan cepat dalam kadar cairan dan elektrolit.
Biasanya, fase ini berlangsung selama satu hari, namun bagi yang berpuasa lebih dari tiga hari, mungkin membutuhkan waktu hingga tiga hari untuk bisa kembali merasa nyaman makan dalam porsi besar. [Syifaa]