
ThePhrase.id – Pernah dengar nama Michelle Santoso? Chef asal Indonesia ini belakangan ramai diperbincangkan karena cara uniknya mendukung perjuangan rakyat Palestina. Bukan lewat aksi politik, Michelle justru melakukan dukungan lewat sesuatu yang akrab di kehidupan sehari-hari, yaitu makanan.
Lewat masakan, Michelle menyuarakan tentang isu kemanusiaan, terutama perjuangan rakyat Palestina. Dari sinilah ia menceritakan perjuangan lewat rasa dan aroma hidangan khas Timur Tengah.
Lahir di tahun 1980-an, Michelle memiliki darah Tionghoa-Indonesia dan tumbuh di lingkungan multikultural. Ia sempat tinggal di Hong Kong dan Shanghai sebelum akhirnya menetap di Jakarta. Meski awalnya menempuh pendidikan di bidang mode di Raffles College of Design and Commerce, minatnya di dunia kuliner membuatnya beralih arah.
Untuk mengasah kemampuannya di dunia kuliner, Michelle terjun ke industri hospitality dan berkarier di sejumlah restoran dan grup kuliner di Jakarta.
Seiring waktu, Michelle mulai aktif membagikan konten memasak di media sosial. Melalui akun Instagram @ms_santoso, ia menampilkan berbagai kreasi resep, eksplorasi bahan lokal, hingga kisah di balik setiap hidangan yang ia buat.

Melalui berbagai postingan yang ia buat, Michelle dikenal sebagai chef yang bukan hanya piawai memasak, tapi juga mampu mengisahkan budaya dan nilai kemanusiaan lewat tiap sajiannya.
Ia mulai vokal menyuarakan dukungan pada Palestina ketika konflik di Gaza kembali memanas pada akhir 2023. Michelle merasa tak bisa tinggal diam melihat penderitaan warga Palestina dan mendukung lewat cara yang paling ia kuasai, yaitu memasak.
Melansir Arab News, Michelle mulai melakukan riset mendalam tentang kuliner Palestina, kemudian memperkenalkan hidangan seperti Maqluba, nasi terbalik yang dimasak bersama daging dan sayuran, yang menjadi simbol keteguhan rakyat Palestina di tengah kesulitan.
Dalam setiap video memasaknya, Michelle tak hanya membagikan resep, tetapi juga kisah dan makna di balik makanan tersebut. Ia menjelaskan bagaimana setiap hidangan menjadi representasi keluarga, budaya, dan identitas bagi rakyat Palestina.
“Saya pikir alasan saya melakukan itu adalah karena saya ingin memanusiakan suara Palestina, atau Palestina secara umum, dengan makanan sebagai gerbangnya,” jelas Michelle melansir Arab News.
Tak sedikit yang mulai tersentuh akan dukungan yang ia berikan pada Palestina. Berawal dari postingan media sosial, Michelle mulai memperluas dukungan dengan terlibat dalam kegiatan amal seperti Dinner for Gaza dan membagikan tautan donasi bagi korban perang. Semua ia lakukan dengan konsistensi untuk menjadikan kuliner sebagai jembatan empati antar-manusia.
Meski sempat mendapat kritik karena bukan berasal dari budaya Arab, ia menanggapinya dengan rendah hati. Menurutnya, menghormati budaya lain bisa dilakukan lewat riset, rasa hormat, dan niat tulus.
Berkat dukungan konsistennya, Michelle menerima penghargaan Influencer of Humanity dari organisasi Friends of Palestine Indonesia pada tahun 2025.
Kini, Michelle terus berkarya lewat dunia kuliner, sambil membuktikan bahwa dapur bukan hanya tempat memasak, tapi juga ruang berbagi cerita, perjuangan, dan harapan. [fa]