regional

Mengenal Paruki’ dan Sarita Kain Tenun untuk Upacara Sakral Toraja

Penulis Ashila Syifaa
Dec 04, 2023
Kain tenun Toraja. (Foto: infobudaya.com)
Kain tenun Toraja. (Foto: infobudaya.com)

ThePhrase.id - Budaya dan Tradisi Toraja tak hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia tetapi juga hingga mancanegara. Berbagai warisan budaya nenek moyang seperti upacara telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Toraja yang juga menarik perhatian banyak orang.

Selain upacara keagamaan, masyarkat Toraja juga memiliki kearifan lokal berupa kerajinan tangan kain tenun tradisional yang menjadi bagian penting dari budaya dan tradisinya yaitu kain tenun Paruki’ dan Sarita.

Mengenal Kain Tenun Pariki’ dan Sarita

Dalam upacara adat di Toraja, kain tenun yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni Paruki' dan Sarita. Paruki' merujuk pada teknik menenun yang kompleks, dilakukan dengan cara yang terbalik.

Paruki' merujuk pada teknik menenun yang kompleks, dilakukan dengan cara yang terbalik. Sedangkan Sarita dikenal sebagai kain yang hanya dikenakan oleh parengnge’ (pemuka adat) dan patutungan bia’/tominaa (pemuka agama). Keduanya merupakan kain yang sakral dan penting dalam keberlanjutan upacara keagamaan. 

Pada zaman dahulu, kain Paruki' hanya digunakan dalam upacara keagamaan. Namun, kini kain tradisional ini bisa dikenakan dalam berbagai situasi, baik oleh pria yang memadukannya dengan baju atau jas, maupun oleh perempuan yang memakai satu set lengkap terdiri dari baju, sarung, atau rok.

Warna dan motif pada kain dapat disesuaikan dengan berbagai acara, seperti pernikahan atau acara berkabung. Sebagai perbedaan, kain yang digunakan dalam upacara kematian memiliki dasar hitam dengan motif yang disesuaikan dengan pesanan.

Kain tenun Paruki' umumnya terbuat dari serat kapas yang dipintal, memberikan tekstur yang kasar dan berat. Motif pa’sekong kandaure menjadi ciri khas kain ini dan dianggap sebagai simbol kebesaran perempuan Toraja. Ketika seorang wanita meninggal, kain dengan motif ini dipasangkan pada peti mati.

Sementara itu, kain Sarita tak hanya digunakan untuk manusia saja namun juga dapat ditemukan di hewan atau objek yang berperan penting dalam upacara adat, seperti kerbau dan babi yang akan disembelih, hiasan penari, atau dipasang di ujung pondok tempat orang meninggal.

Kain sarita khususnya digunakan dalam upacara rambu solo’ jika yang meninggal adalah keturunan bangsawan. Motif pada kain sarita melibatkan simbol-simbol seperti babi, ayam, kerbau, ukiran matahari, dan tau-tau, menciptakan personifikasi bagi orang yang telah meninggal. Melalui motif-motif ini, kain Sarita menjadi lambang kekuatan, kemakmuran, dan kebangsawanan masyarakat suku Toraja, menggambarkan kehidupan dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam budaya mereka. [Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic