ThePhrase.id - Kota Madiun tak hanya dikenal dengan hidangan pecelnya saja, kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur ini juga memiliki batik khas yaitu Batik Madiun yang memperkaya warisan budaya batik Nusantara. Meski tak setenar Batik Solo atau Pekalongan, Batik Madiun memiliki keistimewaan tersendiri.
Awal mula batik dapat berkembang di wilayah ini karena Kerajaan Majapahit yang memperkenalkan batik hingga ke Jawa Timur melalui seseorang bernama Raden Katong, adik dari Raden Patah. Sehingga, batik dapat berkembang di sekitar wilayah Ponorogo termasuk Madiun.
Namun, geliat batik Madiun sempat meredup dan kembali bangkit pada masa penjajahan Belanda, lalu mengalami kejayaan di era 1960-an hingga 1980-an. Tonggak penting terjadi pada tahun 1991, ketika motif batik kenanga lahir sebagai motif batik khas Madiun yang pertama.
Namun, motif ini sempat kurang diminati masyarakat, sehingga pemerintah setempat mengadakan sayembara penciptaan motif batik bertema Madiun. Hasilnya, lahirlah beragam motif baru yang kini menjadi kebanggaan daerah.
Filosofi dan makna batik Madiun sangat erat dengan identitas, sejarah, serta lingkungan alam dan budaya setempat. Motif-motifnya tidak hanya sekadar ornamen, melainkan sarat pesan moral, harapan, dan penghormatan terhadap leluhur.
Misalnya, motif kenanga yang menjadi pionir batik Madiun, terinspirasi dari bunga kenanga yang dalam budaya Jawa bermakna “keneng-a”, yaitu anjuran untuk meraih segala keluhuran seperti yang telah dicapai para pendahulu. Motif ini menjadi simbol jati diri dan kesinambungan nilai-nilai luhur antar generasi.
Sementara itu, motif parang yang juga diadopsi dalam batik Madiun, melambangkan ketegasan, kewaspadaan, serta semangat pantang menyerah dan konsistensi dalam memperbaiki diri dan hubungan dengan Tuhan, alam, serta sesama manusia.
Makna filosofis juga tampak pada motif-motif lain, seperti motif keris Retno Dumilah, yang mengisahkan pahlawan wanita Madiun, Raden Ayu Retno Dumilah, yang dikenal cerdas dan pemberani. Keris Tundhung Madiun yang menjadi pusakanya divisualisasikan dalam motif batik sebagai simbol keberanian, keanggunan, dan kemewahan.
Warna biru yang mendominasi motif ini melambangkan kesejukan, menyesuaikan dengan letak geografis Madiun yang diapit dua gunung besar, Wilis dan Lawu. Ada pula motif pring sedapur yang terinspirasi dari rumpun bambu; motif ini menggambarkan persatuan, kekuatan, serta pentingnya menjaga hubungan erat antar sesama, sebagaimana bambu yang tumbuh bergerombol dan saling menguatkan.
Ragam motif batik Madiun sangat kaya dan terus berkembang. Motif pecel, misalnya, terinspirasi dari kuliner khas Madiun, yaitu pecel. Motif ini memadukan berbagai elemen seperti daun singkong, kacang panjang, kembang turi, dan cabai, yang tidak hanya merepresentasikan kekayaan kuliner namun juga harapan akan kejayaan dan kemakmuran masyarakat.
Motif batik porang terinspirasi dari tanaman porang, salah satu komoditas unggulan Madiun yang diekspor hingga mancanegara. Motif ini menjadi simbol produktivitas dan kearifan lokal masyarakat yang hidup dari hasil bumi. Selain itu, terdapat motif serat jati dan serat sengon yang juga diambil dari tumbuhan hasil hutan dan perkebunan setempat, memperkuat identitas Madiun sebagai daerah agraris.
Motif-motif lain yang tak kalah unik adalah motif Melati Pandanwangi dan Sejuta Bunga, hasil karya pembatik lokal yang terinspirasi dari keindahan lingkungan sekitar.
Motif Melati Pandanwangi melambangkan harapan akan hadirnya generasi baru yang membawa kebaikan, sementara motif Sejuta Bunga menggambarkan kemajemukan dan keindahan Kota Madiun sebagai kota sejuta bunga. Ada pula motif Songsong dari Desa Sewulan yang sarat nilai sejarah lokal, serta motif Seger Arum yang menggabungkan unsur hasil bumi dan pusaka keris, menampilkan harmonisasi antara alam dan budaya.
Keunikan batik Madiun juga tercermin dari penggunaan warna-warna cerah dan berani, serta perpaduan motif klasik dan kontemporer yang terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman. [Syifaa]