ThePhrase.id - Pernahkah kamu mendengar istilah slow burn? Istilan ini mungkin sudah tidak asing lagi, karena sering digunakan untuk menggambarkan kisah cinta yang berkembang secara perlahan-lahan, yang banyak diceritakan dalam novel maupun film. Namun, hubungan slow burn juga bisa terjadi di kehidupan nyata dengan dinamika yang sama.
Berbeda dengan cinta pada pandangan pertama yang sering digambarkan seperti menemukan "percikan cinta" atau the spark, slow burn adalah perjalanan cinta yang berkembang secara perlahan dan sering kali tanpa disadari.
Tidak semua hubungan romantis dapat terjadi begitu saja, dan tidak semua orang bisa langsung melanjutkan hubungan ke tahap romantis hanya dalam waktu singkat setelah berkenalan. Proses ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan kedalaman emosional yang bertahap untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan bermakna.
Beberapa hubungan slow burn terjadi karena dua orang memulai hubungan sebagai teman tanpa adanya elemen awal seperti gairah, ketertarikan mendalam, atau ketertarikan fisik. Di sisi lain, faktor situasi eksternal juga bisa membuat sebuah hubungan romantis membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk berkembang.
Misalkan, seseorang memilih untuk berkencan, tetapi pekerjaan atau situasi keluarga membuatnya harus berpisah untuk sementara, sehingga, hubungan mereka membutuhkan waktu untuk berkembang. Contoh lainnya adalah ketika seseorang memiliki hubungan platonis, tetapi setelah bertahun-tahun hubungan tersebut dapat berubah menjadi romantis. Menurut Molly Burrets, PhD, seorang terapis dan dosen di University of Southern California, hubungan slow burn umumnya berlandaskan pada tiga hal utama, yaitu persahabatan, fondasi kepercayaan yang kokoh, dan cinta yang semakin mendalam seiring waktu.
“Hubungan ini sering kali terasa seperti persahabatan yang dihiasi sedikit percikan ketertarikan atau gairah, dibandingkan dengan hubungan yang diawali dengan kobaran besar ketertarikan tetapi minim elemen persahabatan,” jelasnya.
Meskipun hubungan slow burn mungkin tidak menawarkan kemegahan seperti “cinta pada pandangan pertama,” ketika percikan kecil tersebut akhirnya tumbuh menjadi api yang menyala terang, hasilnya biasanya sepadan dengan proses yang dilalui.
Pada dasarnya hubungan slow burn mengedepankan bangunan fondasi koneksi yang kokoh. Pendekatan ini memberi waktu untuk mengenal seseorang secara perlahan dengan menjalani setiap pengalaman satu per satu. Perasaan "membosankan" sebenarnya dapat muncul sewaktu-waktu dan bisa menjadi tanda awal hubungan slow burn yang sehat. Suasana yang tenang saat kencan menjadi dasar bagi keterbukaan dan komunikasi yang berkelanjutan.
Meskipun slow burn terjadi tanpa disadari, konsep tersebut dapat diimplementasikan dalam berkencan. Dengan slow burn dating, hubungan dapat dijalani tanpa tergesa-gesa dan saling mengenal, menikmati momen satu per satu, dan membangun fondasi hubungan yang kokoh sebelum menentukan untuk berlanjut ke tahap romantis. [Syifaa]