regional

Mengenal Stasiun Klaten, Stasiun Bersejarah Berusia 153 Tahun

Penulis Ashila Syifaa
May 14, 2025
Stasiun Klaten, Jawa Tengah. (Foto: kai.id)
Stasiun Klaten, Jawa Tengah. (Foto: kai.id)

ThePhrase.id - Stasiun Klaten merupakan salah satu stasiun penting dalam jaringan perkeretaapian di Pulau Jawa. Tak hanya sebagai stasiun kereta api, Stasiun Klaten menyimpan sejarah yang panjang dengan bangunannya yang berusia 153 tahun.

Stasiun Klaten terletak di Tonggalan, Klaten Tengah, Jawa Tengah, dan termasuk dalam wilayah operasional Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta. Stasiun kereta api kelas satu ini tidak hanya melayani perjalanan jarak jauh dan aglomerasi, tetapi juga menjadi titik penting dalam layanan kereta komuter.

Stasiun Klaten resmi dibuka pada 9 Juli 1871 oleh perusahaan kereta api swasta asal Belanda, Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Kala itu, stasiun ini dikenal dengan nama, dan menjadi bagian dari jalur kereta api pertama yang menghubungkan Semarang dengan Vorstenlanden (Solo–Yogyakarta), khususnya pada segmen Ceper–Klaten.

Mengenal Stasiun Klaten  Stasiun Bersejarah Berusia 153 Tahun
Station Klatten. (Foto: kai.id)

Bangunan awal stasiun didesain cukup sederhana, dengan atap model pelana, pintu besar, jendela krapyak, serta peron yang dilindungi oleh teritisan atap panjang.

Keberadaan stasiun ini menjadi penopang perkembangan ekonomi wilayah Klaten yang saat itu tengah tumbuh pesat berkat industri perkebunan, terutama komoditas gula. 

Di masa awal pengoperasiannya, Stasiun Klaten melayani enam perhentian kereta, yaitu dua perjalanan pulang-pergi Solo–Yogyakarta dan satu perjalanan pulang-pergi Semarang–Yogyakarta. Waktu tempuh dari Klaten ke Solo sekitar 45 menit, sedangkan ke Yogyakarta hanya 30 menit.

Memasuki awal abad ke-20, NISM melakukan renovasi terhadap stasiun-stasiun di jalur Semarang–Solo–Yogyakarta, termasuk Stasiun Klaten. Sekitar tahun 1903, stasiun ini diperbarui dengan bangunan memanjang dan fasad tengah yang lebih tinggi. Overkaping (atap pelindung peron) ditambahkan, serta gudang dibangun di sisi timur untuk mendukung aktivitas logistik.

Renovasi besar juga dilakukan pada tahun 1990, ketika atap bangunan utama diubah dari bentuk pelana menjadi prisma. Beberapa ruangan juga mengalami penataan ulang sesuai kebutuhan baru.

Sebelumnya, Stasiun Klaten memiliki enam jalur, namun setelah pengoperasian jalur ganda Srowot–Ketandan pada 2001 dan Brambanan–Delanggu pada 15 Desember 2003, terjadi penyesuaian fungsi jalur. 

Jalur 1 menjadi sepur lurus ke arah Yogyakarta, jalur 2 ke arah Solo, dan jalur 3 digunakan untuk pemberhentian berbagai jenis kereta api, termasuk Commuter Line Yogyakarta dan Kereta Api Bandara (Bias). Sementara jalur 4, 5, dan 6 difungsikan sebagai jalur parkir KRL.

Hingga kini, Stasiun Klaten tetap mempertahankan keaslian arsitekturnya, namun tetap melakukan perbaruan, seperti fasilitas publik yang diperbarui untuk memberikan kenyamanan bagi pelanggan.

Jumlah pengguna jasa stasiun ini pun terus mengalami peningkatan. Pada 2022, tercatat 1.015.835 penumpang yang naik dan turun di Stasiun Klaten. Angka ini meningkat menjadi 1.420.117 penumpang pada 2023. Hingga pertengahan 2024, atau tepatnya Juni, jumlah pengguna sudah mencapai 875.073 orang, dan terus bertambah hingga akhir tahun. Sedangkan, sepanjang Triwulan I tahun 2025 volume penumpang di Stasiun Klaten mencapai 277.036 orang.

Stasiun Klaten menjadi contoh nyata pelestarian bangunan bersejarah yang tetap berfungsi secara aktif. Di tengah modernisasi, keberadaan stasiun ini menjadi penghubung masa lalu dan masa kini—sebuah warisan sejarah yang tetap berdetak di jalurnya. [Syifaa]

Tags Terkait

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic