ThePhrase.id - Subvarian Omicron XBB.1.16 atau lebih sering disebut sebagai Covid-19 varian Arcturus dipastikan telah masuk ke Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia per Senin (17/4), Indonesia telah memiliki total 7 kasus pasien yang terinfeksi subvarian tersebut.
Foto: Ilustrasi Petugas Kesehatan (freepik.com)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) subvarian Arcturus sendiri pertama kali terdeteksi dalam sampel dari bulan Januari 2023 dan sekarang telah terdeteksi setidaknya di 29 negara. Ini adalah subvarian dari varian omikron, yang muncul pada akhir tahun 2021 dan menggantikan delta sebagai varian dominan di seluruh dunia.
Pada akhir Februari 2023, strain Arcturus menyumbang 0,21 persen dari kasus di seluruh dunia. Sebulan kemudian, jumlahnya meningkat menjadi 3,96 persen, menurut data WHO. Di Amerika Serikat, subvarian ini diperkirakan menyumbang 7,2 persen dari infeksi virus corona.
WHO menetapkan XBB. 1,16 sebagai "varian dalam pengawasan" pada 22 Maret 2023. Ini berarti varian tersebut memiliki "perubahan genetik" yang dapat memengaruhi karakteristiknya sebagai virus, termasuk kemungkinan "keuntungan pertumbuhan" dibandingkan dengan varian lain, tetapi dampak epidemiologinya belum jelas.
Menurut WHO, Arcturus mirip dengan varian XBB. 1,5 yang dominan, tetapi memiliki satu mutasi tambahan di protein spike, yang dalam studi laboratorium menunjukkan peningkatan infeksi, serta potensi patogenitas yang meningkat. Meskipun ini dapat berarti bahwa virus dapat menyebar lebih cepat, belum ada indikasi bahwa itu akan menyebabkan kasus yang lebih parah.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menyampaikan bahwa subvarian tersebut belum termasuk dalam variant of concern.
“Ini (sub varian Arcturus) asal mulanya dari India itu sangat banyak. Untuk Indonesia kalau kita melihat dalam satu minggu terakhir ada memang kenaikan kasus dan sudah ditemukan dua kasus di awal pada tanggal 5 April, dan hari ini kita umumkan ditambah 5 jadi 7 kasus,” ucap Syahril melalui pernyataan resmi, Selasa (18/4).
Walaupun terjadi kenaikan kasus, angka kematian masih belum melebihi batas yang disyaratkan oleh WHO yaitu saat di bawah 1/100.000 penduduk. Kemudian pasien yang dirawat masih belum di atas 5/100.000 penduduk.
Gejala Arcturus
Meski belum mengkhawatirkan, ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat termasuk penggunaan masker, melakukan tes cepat antigen, menjaga jarak, serta mencuci tangan secara berkala.
Untuk meningkatkan kewaspadaan, penting untuk mengetahui gejala dari subvarian Arcturus. Gejala dari sub varian baru ini hampir sama dengan gejala Covid-19 sebelumnya, yakni:
Demam atau menggigil
Batuk
Sesak napas atau kesulitan bernapas
Kelelahan
Nyeri otot atau tubuh
Sakit kepala
Kehilangan rasa atau bau
Sakit tenggorokan
Hidung tersumbat atau pilek
Mual atau muntah
Diare
Namun sejumlah negara melaporkan gejala khas berupa mata kemerahan atau konjungtivitis dan ada kotoran, terutama pada anak-anak. [nadira]