ThePhrase.id - Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menghindari penundaan, dan menjadi pribadi yang produktif adalah impian banyak orang. Namun, fokus berlebihan pada produktivitas dapat memicu toxic productivity, yaitu perilaku yang justru berdampak buruk bagi kesehatan.
Fenomena ini semakin sering terjadi seiring dengan kemunculan hustle culture, di mana produktivitas berlebihan sering kali dianggap sebagai hal positif, meskipun sebenarnya dapat merugikan. Akibatnya, banyak orang terjebak tanpa menyadari bahwa mereka telah memasuki pola yang tidak sehat, yang dapat memicu berbagai masalah fisik maupun mental.
Lalu, apa sebenarnya toxic productivity, dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan?
Terlalu berfokus pada produktivitas hingga berlebihan dapat menyebabkan toxic productivity, yaitu perilaku yang justru berdampak buruk bagi kesehatan.
Toxic productivity dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, seseorang yang terus-menerus mendorong diri untuk bekerja tanpa henti sering kali mengabaikan kebutuhan tubuh seperti istirahat yang cukup, pola makan yang teratur, dan olahraga. Hal ini dapat memicu masalah kesehatan seperti kelelahan kronis, gangguan tidur, dan penurunan sistem imun.
Selain itu, secara mental, toxic productivity dapat meningkatkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi akibat tekanan yang terus menerus untuk selalu produktif. Dalam jangka panjang, pola ini juga dapat merusak hubungan sosial, karena seseorang cenderung memprioritaskan pekerjaan di atas kehidupan pribadi, sehingga mengorbankan waktu untuk keluarga, teman, atau diri sendiri. Kombinasi dari dampak fisik dan mental ini membuat toxic productivity menjadi ancaman serius bagi kesejahteraan individu.
Toxic productivity dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan fisik. Seseorang yang terus-menerus memaksakan diri untuk bekerja tanpa henti sering kali mengabaikan kebutuhan dasar tubuh, seperti istirahat yang cukup, pola makan yang seimbang, dan olahraga. Kondisi ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan, seperti kelelahan kronis, gangguan tidur, dan menurunnya daya tahan tubuh, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit.
Dampak pada kesehatan mental juga tidak kalah serius. Tekanan untuk selalu produktif dapat meningkatkan tingkat stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Perasaan tidak pernah puas dengan hasil kerja atau takut dianggap kurang produktif sering kali menghantui, sehingga menciptakan beban psikologis yang berat. Dalam jangka panjang, hal ini dapat merusak keseimbangan emosional dan mengurangi kualitas hidup.
Selain itu, toxic productivity juga dapat mempengaruhi hubungan sosial seseorang. Kecenderungan untuk memprioritaskan pekerjaan di atas kehidupan pribadi seringkali mengorbankan waktu bersama keluarga dan teman. Akibatnya, hubungan sosial menjadi renggang, dan individu kehilangan dukungan emosional yang seharusnya membantu menjaga keseimbangan hidup. Kombinasi dari dampak fisik, mental, dan sosial ini menjadikan toxic productivity sebagai ancaman serius bagi kesejahteraan secara keseluruhan. [Syifaa]