ThePhrase.id - Tradisi Ketuk Pintu merupakan kegiatan mengunjungi sembilan kelenteng yang berada di Kawasan Pecinan Kota Semarang untuk menandai awal perayaan Imlek. Rombongan mulai mengunjungi kelenteng-kelenteng sejak pagi yang diiringi oleh suara musik dan barisan atraksi liong menambahkan suasana meriah untuk menyambut Imlek.
Kebiasaan ini juga bertujuan untuk meminta izin atau restu dari warga Pecinan untuk mengadakan kegiatan besar. Acara ini tak hanya melibatkan masyarakat Tionghoa namun juga masyarakat Islam, hal ini menjadi penanda adanya akulturasi budaya di Semarang. Rangkaian acara Tradisi Ketuk Pintu juga menggabungkan tradisi Jawa dan didoakan oleh pemeluk agama Islam.
Meskipun orang Tionghoa tinggal di kawasan Pecinan, tetapi tetap di Indonesia. Sehingga doa restu tidak hanya untuk dewa-dewa di kelenteng, namun ada juga selametan secara Jawa dan Islam yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada penjaga tanah Jawa.
Tradisi ketuk pintu dimulai dengan serangkaian doa dan parade berkebaya ketuk pintu lintas agama agar kegiatan multukultural Pasar Imlek Semawis 2025 dengan tema Kepercayaan Kesetiaan dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2576 dapat berjalan dengan lancar.
Tradisi mengunjungi sembilan kelenteng di kawasan Pecinan dengan Parade Kebaya dimulai dari Kelenteng Tay Kak Sie, menunju Tong Pek Bio, Ling Hok Bio, Tek Hay Bio, Hok Bio, Hwie Wie Kiong, See Hong Kiong, Siu Hok Bio, dan kembali ke Tay Kak Sie.
Parade Kebaya tersebut melibatkan ibu berkebaya yang mendampingi peserta sejumlah 200 orang menuju sembilan kelenteng yang juga diiringi oleh barongsai. Penggunaan kebaya bagi pengunjung perempuan dan sarung bagi pria merupakan simbol akulturasi budaya China, Jawa, dan Islam yang terdapat di Pecinan Semarang.
Acara menyambut Tahun Baru Imlek tersebut dilanjutkan dengan sembahyangan bagi penganut Tridharma, menunjukkan kebersamaan dalam kebinekaan. Kemudian, dengan diiringi barongsai, rombongan tamu undangan berkeliling ke kelenteng-kelenteng untuk membagikan tebu dan terong susu. Terong susu yang berwarna kuning dan berbentuk seperti susu sapi diharapkan dapat memberikan rezeki yang selalu mengalir dan tidak kekurangan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang mengapresiasi prosesi Ketuk Pintu dan Pasar Semawis yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan ini menunjukkan tingginya toleransi beragama di Kota Semarang, yang menjadi daya tarik unik bagi wisatawan. Selain itu, kawasan Pecinan juga telah menjadi bagian dari pariwisata berbasis sejarah dan warisan budaya. [Syifaa]