regional

Menyelami Budaya Nusantara: Rekomendasi Destinasi Cultural Immersion di Indonesia

Penulis Ashila Syifaa
Dec 12, 2025
Desa Wisata Wae Rebo. (Foto: Wikimedia Commons/Mahmur marganti)
Desa Wisata Wae Rebo. (Foto: Wikimedia Commons/Mahmur marganti)

ThePhrase.id – Dalam tren pariwisata, kini wisatawan tidak lagi sekadar mencari destinasi populer, tetapi juga menginginkan pengalaman berlibur yang lebih autentik dan berkelanjutan. Untuk mendapatkan pengalaman yang lebih autentik, terdapat tren wisata cultural immersion, yang memungkinkan wisatawan untuk merasakan langsung budaya lokal.

Perubahan tren pariwisata ini didorong dengan adanya berbagai tantangan global seperti krisis iklim hingga overtourism menjadi salah satu alasan adanya pergeseran tren pariwisata. Sehingga, wisatawan banyak yang mencari perjalanan yang lebih bermakna dan autentik.

Dengan adanya cultural immersion, wisatawan tak hanya datang untuk melihat-lihat destinasi wisata, melainkan turut merasakan kehidupan lokal secara langusng. Wisatawan secara aktif berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari, tradisi, dan praktik budaya komunitas lokal. Bahkan, wisatawan dapat secara langsung merasakan upacara adat, belajar memasak makanan tradisional, hingga tinggal bersama masyarakat setempat. Beberapa contoh dari cultural immersion ini antara lain program seperti residensi seni, pelatihan kerajinan, dan retreat spiritual di desa wisata.

Berikut beberapa rekomendasi desa wisata yang menawarkan pengalaman cultural immersion:

1. Nglanggeran, Yogyakarta

Desa Wisata Nglanggeran, yang berada di Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta, merupakan desa wisata berprestasi tingkat nasional dan internasional. Desa ini meraih Best Tourism Village UNWTO 2021 serta Desa Wisata Terbaik ASEAN 2017 dengan konsep Community Based Tourism (CBT).

Daya tarik utama Nglanggeran adalah Gunung Api Purba, bagian dari Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, dengan bentang alam unik berupa batu-batu raksasa berusia jutaan tahun yang cocok untuk trekking dan fotografi.

Desa ini memiliki 80 homestay untuk program live in, memungkinkan wisatawan belajar tentang pertanian, budaya, kerajinan, pengolahan cokelat, hingga kehidupan masyarakat. Seluruh homestay telah dilengkapi toilet bersih standar, hasil pengembangan fasilitas sejak 1999.

Nglanggeran juga dikenal sebagai produsen olahan cokelat, dipusatkan di Griya Cokelat Nglanggeran, yang menjadi tempat edukasi dan pusat oleh-oleh. Tak hanya itu, desa ini juga menawarkan berbagai macam pake wisata seperti workshop batik craft, hingga eduwisata peternakan kambing.

Dalam perjalanannya, Nglanggeran meraih berbagai penghargaan, di antaranya Desa Wisata Berkelanjutan 2021, ASEAN Sustainable Tourism Award 2018, dan sejumlah apresiasi nasional lainnya.

2. Tetebatu, Lombok

Desa Wisata Tetebatu yang terletak di selatan Gunung Rinjani menawarkan suasana pedesaan yang asri dan autentik, dengan tradisi bertani, gotong royong, dan adat istiadat yang masih dijaga. Wilayahnya yang berbukit dimanfaatkan untuk sawah dan perkebunan. Masyarakat lokal hidup dari hasil pertanian seperti padi, kopi, cokelat, durian, cengkih, dan lainnya.

Keindahan alam Tetebaru meliputi rice terrace, air terjun, hingga monkey forest yang menjadi habitat lutung dan destinasi aktivitas bird watching. 

Wisatawan dapat merasakan pengalaman hidup di desa ini melalui homestay dan mengikuti kegiatan lokal seperti mengolah kopi, bertani, memasak tradisional, membuat anyaman, hingga belajar seni budaya. Selain itu terdapat juga, cycling tour, kegiatan go-green menanam pohoh, dan pendakian ke Gunung Rinjani dan Sangkareang.

Dengan keramahan masyarakat, kekayaan budaya, dan pesona alamnya, Tetebatu telah menjadi destinasi favorit wisatawan Eropa sejak tahun 1970-an dan menjadi salah satu pelopor berkembangnya desa wisata di Lombok. Sebelumnya, pada tahun 2021, desa ini sempat mewakili Indonesia di ajang Best Tourism Village UNWTO.

3. Wae Rebo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur

Desa Adat Waerebo, yang terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, merupakan destinasi wisata budaya dan alam yang terpencil dan dikelilingi pegunungan. Waerebo juga dikenal sebagai “desa di atas awan” berkat panoramanya yang sering diselimuti kabut pagi.

Desa ini hanya dapat dicapai dengan trekking selama kurang lebih 2 jam dari Desa Denge, menjadikannya pengalaman perjalanan yang autentik dan penuh petualangan.

Setibanya di Waerebo, wisatawan akan disambut oleh upacara adat di Mbaru Gendang, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus simbol penerimaan tamu. Selama berada di desa, wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal melalui berbagai aktivitas, seperti belajar menenun, mengenal proses pengolahan dan panen kopi, menikmati kuliner tradisional, mengikuti kegiatan budaya, hingga menginap di rumah adat Mbaru Niang yang masih dipertahankan bentuk dan fungsinya.

Dalam pengelolaannya, Waerebo didukung oleh Lembaga Pelestari Budaya Waerebo (LPBW) serta berbagai mitra konservasi dan pengembangan masyarakat, sehingga upaya pelestarian adat, lingkungan, dan pengembangan ekowisata dapat berjalan berkelanjutan.

Berbagai penghargaan bergengsi yang diraih Waerebo:

  • UNESCO Asia-Pacific Award of Excellence (2012)
  • World Cultural Heritage (UNESCO)
  • Indonesian Sustainable Tourism Award (ISTA) 2018
  • Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 – Kategori Daya Tarik Wisata
  • ASEAN Community Based Tourism Award 2023
  • Green Tourism Village – Kemenparekraf

Artikel Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic