lifestyleTravel

Menyelami Tradisi Thailand: Sewa Baju Tradisional di Wat Arun

Penulis Ashila Syifaa
Mar 11, 2024
Suasana Wat Arun penuh dengan wisatawan yang menyewa baju tradisional Thailand. (Foto: ThePhrase.id/Rudi)
Suasana Wat Arun penuh dengan wisatawan yang menyewa baju tradisional Thailand. (Foto: ThePhrase.id/Rudi)

ThePhrase.id - Wat Arun, yang juga dikenal sebagai "Kuil Fajar," merupakan salah satu kuil Buddha tertua di Thailand. Kuil ini terkenal dengan arsitekturnya megah dan cantik menarik wisatawan dari berbagai belahan dunia yang ingin menikmati kebudayaan Thailand.

Secara harfiah, "Wat" dalam bahasa Thailand berarti "candi Buddha," sedangkan "Arun" diambil dari nama Aruna, Dewa Fajar dalam mitologi dan sastra Hindu. Wat Arun merupakan peninggalan dari Kerajaan Ayutthaya yang berjaya dari tahun 1351 hingga 1767. Pada masa itu, kuil ini dikenal sebagai Wat Makok karena berada di daerah Desa Bang Makok.

Selain menikmati keindahan kuil dan mempelajari sejarahnya, Wat Arun juga menjadi destinasi populer bagi wisatawan yang ingin menyewa baju tradisional Thailand untuk berfoto. Pasalnya, baju tradisional Thailand juga memiliki sejarah yang panjang dan telah dikenal oleh dunia, seperti halnya Wat Arun.

Pakaian tradisional Thailand, yang dikenal sebagai "ชุดไทย" atau chut Tha yang berarti baju Thailand, menjadi salah satu simbol penting dari warisan budaya negara tersebut. Terbuat dari kain sutera yang berwarna-warni dan dihiasi dengan sulaman indah, pakaian ini mencerminkan keindahan dan keanggunan budaya Thailand.

Sejarah Chut Thai

Menyelami Tradisi Thailand  Sewa Baju Tradisional di Wat Arun
Suasana Wat Arun penuh dengan wisatawan yang menyewa baju tradisional Thailand. (Foto: ThePhrase.id/Rudi)

Dari abad ke-6 hingga ke-13 di bawah Kerajaan Dvaravati, pakaian Thailand sangat dipengaruhi oleh India. Selendang pinggang, kalung emas, dan ikat pinggang logam adalah gaya yang memengaruhi model fesyen Thailand. Lalu, pada abad ke-7, model fesyen di Thailand dipengaruhi oleh Khmer, dengan gaya pakaian seperti gaun yang lebih pendek.

Kemudian, kerajaan Ayutthaya juga memiliki pengaruh fashion di Thailand Tengah yang cukup panjang, selama hampir 200 tahun. Wanita mengenakan rok tabung hingga mata kaki dan generasi lebih tua mengenakan rok katun tenun tangan tradisional. 

Tak hanya itu beberapa kelompok lainnya juga memiliki ciri khas tersendiri seprti, kelompok suku di Thailand Utara, termasuk Thai-Lue, Thai Kern, dan Thai Yai, terus menggunakan blus bewarna indigo dan rok tabung yang dirancang dengan elegan. Lalu, di Thailand Selatan, baik pria maupun wanita mengenakan sarung batik berwarna cerah dengan blus renda dan selendang, yang dipengaruhi oleh gaya 'yaya' Malaysia.

Namun, Chut Thai yang disewakan di Wat Arun merupakan baju yang baru berkembang dan diakui sebagai baju tradisional Thailand pada saat ratu Sirikit Kitiyakara menyadari bahwa Thailand kekurangan busana resmi. Lalu pada tahu 1964 Ratu Sirikit mendesain beberapa baju tradisional Thailand yang dapat mewakili budaya Thailand pada kancah internasional.

Model baju tradisional ini mencakup rok tabung panjang dengan dua lipatan depan dan sabai. Sabai merupakan atasan yang terbuat dari sutera yang melingkar di sekitar bahu dan menjuntai ke tanah di satu sisi.

Kain yang digunakan dibuat dengan teknik tenun tradisional yang disebut yok yang menghasilkan kain yang lebih tebal. Teknik khusus ini menciptakan ketebalan tambahan tanpa menambahkan benang ekstra pada kain. Dalam beberapa kasus, para pengrajin akan menambahkan benang-benang halus berwarna emas atau perak ke dalam tenunan untuk hasil akhir yang elegan.

Banyak toko sewa pakaian tradisional Thailand berjejer di sepanjang jalan dekat Wat Arun, dengan harga sekitar 150-400 baht untuk dua jam. Terdapat juga tambahan ornamen dan aksesori yang dapat disewa bersamaan untuk melengkapi pengalaman menggunakan baju tradisional Thailand. [Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic