lifestyleHealth

Merasa Depresi saat Menstruasi? Ini Cara Menanganinya!

Penulis Ashila Syifaa
Mar 08, 2025
Ilustrasi kram perut saat menstruasi. (Foto: Freepik.com)
Ilustrasi kram perut saat menstruasi. (Foto: Freepik.com)

ThePhrase.id - Menstruasi dapat menimbulkan berbagai macam gejala yang tidak nyaman, mulai dari rasa sakit fisik seperti kram perut, kelelahan, hingga sakit kepala. Namun, banyak juga yang mengalami gangguan emosional, termasuk gejala depresi.

Beberapa gejala emosional memang umum terjadi selama menstruasi seperti mudah marah, cemas, sulit berkonsentrasi, mood rendah, menangis, dan perasaan sedih. Gejala ini biasanya muncul beberapa hari sebelum menstruasi dan berlanjut hingga beberapa hari setelahnya. Bahkan, beberapa orang dapat mengalami gejala emosional tersebut setelah menstruasinya berakhir. 

Lalu mengapa gejala seperti depresi dapat terjadi pada saat atau bahkan setelah menstruasi selesai?

Menurut para ahli, perubahan mood dan suasana hati pada saat siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon. Hormon seperti estrogen dan progesteron dapat memengaruhi neurotransmiter seperti dopamin dan serotonin, yang berperan dalam regulasi suasana hati. 

Maka dari itu, mengetahui fase dalam siklus menstruasi dapat membantu memahami perubahan suasana hati. Berikut fase dalam siklus menstruasi:

  • Fase Menstruasi: Periode dimulai, dan kadar hormon estrogen dan progesteron berada pada titik terendah.
  • Fase Folikuler: Dimulai bersamaan dengan menstruasi dan berakhir saat ovulasi. Hormon mulai meningkat kembali.
  • Ovulasi: Estrogen mencapai puncaknya sebelum ovulasi dan kemudian turun drastis setelahnya.
  • Fase Luteal: Setelah ovulasi, progesteron meningkat dan kemudian menurun jika tidak terjadi pembuahan, yang memicu menstruasi.

Pada umumnya orang mengalami premenstrual syndrome (PMS) yang dapat terjadi sebelum atau saat menstruasi. PMS biasanya menyebabkan rasa kembung, sakit kepala, dan suasana hati yang buruk. Namun, terdapat juga gejala gangguan depresi atau kecemasan, hal ini merupakan gejala PMS yang lebih buruk.

Jika yang dirasakan lebih buruk seperti kram intens, insomnia, kelelahan ekstrem, hingga perubahan mood drastis, gejala ini mengacu pada Premenstrual dysphoric disorder atau Premenstrual exacerbation.

Premenstrual dysphoric disorder

Premenstrual dysphoric disorder atau PMDD mungkin terdengar asing, namun gejala ini lebih parah dari PMS dan membutuhkan pengobatan secara khusus.

Sekilas, gejalanya serupa dengan PMS namun biasanya orang yang mengalami PMDD dapat merasakan kecemasan yang lebih hingga panic attack dan pemikiran ingin menyakiti diri sendiri. 

Pada umumnya, PMDD terjadi satu hingga dua minggu sebelum menstruasi dan membaik beberapa hari setelah menstruasi 

Premenstrual exacerbation

Jika perasaan depresi tak kunjung selesai setelah menstruasi atau gejala muncul pada saat-saat yang tak tertentu pada siklus menstruasi, hal ini kemungkinan besar adalah Premenstrual exacerbation atau PME. 

PME merupakan kondisi yang memperparah gejala setelah PMDD, bahkan dapat menimbulkan kondisi seperti asma, epilepsi, bipolar, hingga skizofrenia. 

Menurut penelitian PME jarang terjadi, namun, gejala ini membutuhkan perhatian yang lebih intens dan khusus karena lebih sulit untuk dikenali. 

Untuk mengatasi gejala-gejala yang dapat terjadi pada saat menstruasi terdapat beberapa pilihan seperti terapi, obat antidepresan, pil KB kombinasi, serta suplemen vitamin B6, magnesium, dan kalsium. Selain itu, suplemen herbal seperti evening primrose oil juga dipercaya membantu keseimbangan hormon. 

Perubahan gaya hidup seperti olahraga ringan, meditasi, dan teknik pernapasan juga efektif meredakan gejala. Dukungan dari keluarga dan teman sangat penting untuk membantu melewati masa sulit ini. Jika gejala berdampak besar pada kehidupan sehari-hari, segera cari bantuan medis. [Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic