Thephrase.id - Pelatih Manchester United, Ruben Amorim, secara terbuka mengungkapkan tekanan yang ia hadapi sepanjang musim terburuk Setan Merah dalam setengah abad terakhir.
Dalam tur pramusim Manchester United di Amerika Serikat, Amorim menyatakan bahwa ia kerap pergi ke stadion dengan perasaan pesimistis sejak awal.
Manchester United mengakhiri musim Premier League 2024-2025 di posisi ke-15, catatan terburuk sejak degradasi pada musim 1973-1974. Ini juga menjadi peringkat liga terendah klub sejak musim 1989-1990.
Amorim, yang ditunjuk menggantikan Erik ten Hag pada November 2024, mencatatkan tujuh kemenangan dari 27 pertandingan kompetisi. Ia juga gagal membawa Manchester United juara Europa League 2025-2026 setelah kalah dari Tottenham Hotspur di partai final.
Pelatih asal Portugal itu menyebut masa paling berat bukan saat ia pulang ke rumah seusai kekalahan, melainkan sebelum pertandingan dimulai. Ia mengaku kerap merasa timnya tidak akan kompetitif, bahkan sebelum peluit awal dibunyikan.
Amorim juga mengakui ia tidak mengubah pendekatan taktisnya, meskipun mendapat kritik keras. Ia menolak menurunkan standar untuk menyenangkan para pemain dan memilih tetap teguh pada prinsip.
Pelatih berusia 39 tahun itu kini membentuk kelompok kepemimpinan berisi enam pemain senior yaitu Bruno Fernandes, Harry Maguire, Tom Heaton, Diogo Dalot, Lisandro Martinez, dan Noussair Mazraoui. Keenamnya diberi tugas menjaga etika ruang ganti dan mengelola urusan internal tim.
Amorim mengonfirmasi bahwa seluruh sesi latihan kini direkam. Pemain yang tidak menunjukkan performa maksimal akan diperlihatkan cuplikannya di depan rekan-rekan satu tim.
Dalam wawancara di markas latihan Chicago Fire, Amorim juga mengungkap dinamika hubungannya dengan pemilik minoritas klub, Sir Jim Ratcliffe. Ia menyebut Ratcliffe sebagai sosok yang terbuka terhadap komunikasi langsung dan transparan.
Pelatih yang sebelumnya menangani Sporting CP itu sempat meragukan keputusannya pindah ke Old Trafford di tengah musim. Namun, ia menyatakan bahwa kepercayaan manajemen yang mempertahankannya setelah rangkaian hasil buruk adalah bukti dukungan nyata.
Amorim mengatakan ia tidak merasa tertekan secara personal pada musim lalu, membandingkannya dengan tekanan saat harus pensiun dini sebagai pemain akibat cedera. Ia bahkan sempat membuat tabel Excel bersama istrinya untuk mengatur keuangan keluarga saat itu.
Amorim menyatakan bahwa ia butuh waktu lima tahun untuk memilih klub barunya dan tidak ingin gagal di Manchester. Ia bahkan menyatakan target jangka panjangnya adalah bertahan di klub selama 20 tahun.
Lebih jauh, Amorim percaya bahwa Manchester United masih memiliki fondasi kuat untuk bangkit. Ia menyebut sejarah, pendukung, dan sumber daya finansial sebagai kekuatan utama yang tidak dapat dibeli.
"Sejujurnya, bukan soal bagaimana saya pulang ke rumah setelah pertandingan. Tapi bagaimana saya berangkat ke stadion, karena saya merasa bahwa kadang kami akan kesulitan," beber Amorim dilansir dari BBC.
"Semua kesulitan yang kami alami dalam pertandingan, saya sudah merasakannya sebelum laga dimulai. Itu yang paling berat. Pergi ke pertandingan dan tahu bahwa kami tidak akan kompetitif, saya sangat frustrasi," sambungnya.
"Kami berbicara lewat telepon. Dia mengirimi saya pesan. Kadang kirim gif juga, saya bercanda. Mudah berurusan dengan Jim. Kalau Anda tahu apa yang Anda kerjakan dan bisa menjelaskannya, semuanya akan baik-baik saja," ungkapnya.
"Coba ingat satu klub besar yang kalah sebanyak kami, tapi pelatihnya tetap bertahan. Itu sudah menunjukkan lebih dari kata-kata bahwa mereka mendukung saya," tambahnya.
Dalam laga pramusim di AS, Manchester United mengalahkan Bournemouth 4-1 dengan sembilan pemain yang sebelumnya tampil buruk di Europa League. Patrick Dorgu tampil impresif sebagai bek sayap kiri, dan Luke Shaw menunjukkan kebugaran ideal.