Thephrase.id - Miss Myanmar berhasil memenangkan penghargaan the Best National Costume di Miss Universe 2020. Pengargaan ini didapatkan Thuzar Wint Lwin setelah mengalami insiden kehilangan kostum nasional yang berada di dalam koper saat tiba di Florida, tempat ajang Miss Universe diadakan. Namun, bukannya ia bisa bangga pulang ke Myanmar, Thuzar Wint Lwin kini tidak bisa kembali ke negaranya.
Miss Myanmar dalam Ajang Miss Universe 2020 (Foto: instagram.com/thuzar_wintlwin)
Awal mula insiden kehilangan kostum ini ketika Thuzar tiba di Florida, 7 Mei 2021 untuk ikut serta secara langsung dalam Miss Universe 2020. Ia diberitahu oleh maskapai penerbangannya bahwa koper yang memuat semua kostum dan gaun yang akan dikenakannya di ajang tersebut hilang. Setelah seminggu berlalu dan kopernya belum juga datang, pihak penyelenggara acara serta kontestan lain pun membantunya dengan meminjamkan kostum mereka.
Akhirnya ia mendapatkan bantuan dari komunitas Chin, salah satu suku di Myanmmar yang tinggal di Amerika mengenai kostum yang ia akan pakai dalam sesi kostum nasional. Ia pun tampil dalam panggung Miss Universe mengenakan busana etnik suku Chin yang biasa dipakai perempuan pada acara-acara tradisional.
Miss Myanmar di panggung Miss Universe 2020 memakai kostum suku Chin dan membawa banner bertuliskan “Pray for Myanmar” (Foto: instagram.com/thuzar_wintlwin)
Namun tak hanya berlagak di panggung memamerkan kostumnya, Thuzar Wint Lwin juga menyampaikan pesan politiknya kepada dunia. Ia membawa banner kecil bertuliskan “Pray for Myanmar.” Ia buka suara atas kudeta militer yang terjadi di Myanmar dan meminta kebebasan negaranya.
Sejak awalnya kudeta yang terjadi di Myanmar, Thuzar secara aktif memperjuangkan demokrasi negaranya. Ia pernah turun langsung dalam demonstrasi untuk memprotes pemerintahan militer yang otoriter.
Dan tak lama setelah tiba di Florida, Thuzar memposting sebuah video dari kekerasan angkatan bersenjata Myamar yang sedang terjadi dengan pesan tertulis di caption “Semuanya berhak mendapatkan demokarasi. Begitu pula Myanmar.”
Menurut Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), semenjak dimulainya kudeta militer Myanmar pada 1 Februari 2021 lalu, korban meninggal telah mencapai 805 orang dan 4.146 orang masih dalam tahanan. 92 orang diantaranya dijatuhi hukuman, dan 20 diantaranya dijatuhi hukuman mati. Pasukan militer menggunakan penindasan dan kekerasan dalam penangkapan warga yang pro demokrasi. “Mereka membunuh kami layaknya kami adalah hewan,” ujar Thuzar dalam wawancaranya kepada New York Times.
Sebelum Thuzar berangkat ke Amerika Serikat, ia cemas dan ketakutan kalau-kalau namanya terdapat di dalam daftar tangkapan militer junta. Ia telah menyaksikan aksi militer otoriter Myanmar semenjak umurnya 7 tahun, ketika tentara menembaki senjatanya ke udara dan Thuzar serta ibunya pun sibuk lari untuk melindungi diri.
Thuzar Wint Lwin memegang selempang Myanmar (Foto: New York Times/Ysa Pérez)
Semenjak dimulainya ajang Miss Universe 2020, Thuzar secara tegas terus menyerukan ke dunia internasional soal kondisi di negaranya. Puncaknya yaitu ketika ia menjuarai Best Costume dengan membawa pesan “Pray for Myanmar” tersebut. Namun akibat dari sikap tegasnya, kini Thuzar tak bisa pulang ke Myanmar.
Menurut Thuzar, ia sudah tidak aman lagi untuk kembali ke negaranya setelah menyerukan secara lantang atas apa yang terjadi di Myanmar dan meminta kebebasan. Saat ini, ia pun masih belum mengetahui ke mana dia akan pergi setelah ajang Miss Universe 2020 berakhir. (nadia)