features

Mobil Mewah Kades Kohod dan Pagar Bambu di Laut Tangerang

Penulis Aswandi AS
Jan 17, 2025
Pagar Laut di Tangerang disegel KKP. (Foto: kkp.go.id)
Pagar Laut di Tangerang disegel KKP. (Foto: kkp.go.id)

ThePhrase.id - Kisah PIK 2 yang diberi label proyek strategis nasional atau PSN di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, terus berlanjut.  Bak cerita bersambung, publik disuguhkan dengan episode-episode dengan tema-tema menarik yang memancing rasa ingin tahu. Sebelumnya, ada episode tentang status  PSN PIK2 dan perampasan tanah masyarakat, kini PIK2 masuk dalam episode pagar laut  dan kepala desa yang memiliki mobil mewah.

Kisah tentang pagar laut sendiri, viral setelah banyak pihak mengungkapkan adanya pagar bambu yang tiba-tiba berdiri di perairan pantai utara Kabupaten Tangerang, Banten sepanjang 30,16 kilometer.  Pagar tersebut membentang dari pesisir Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, hingga pesisir Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten.  Pagar itu diduga berkaitan dengan proyek PIK 2 yang dimiliki Sugianto Kusuma alias Agun, Bos perusahaan properti PT Agung Sedayu Group.

Polemik pun terjadi tentang siapa pemilik atau figur di balik pagar misterius itu. Seorang artis terkenal sempat disebut-sebut sebagai pemiliknya. Beredarnya Informasi tentang artis ini bermula dari pengakuan Heru, seorang nelayan Pulau Cangkir  yang sehari-hari beraktifitas sekitar lokasi pagar.  Heru mengaku sering melihat artis itu datang ke lokasi  untuk meninjau pembangunan pagar.

"Wah semua juga tahu itu, anak kecil juga tahu dalangnya, siapa lagi kalau bukan selebriti sekarang yang lagi booming, kalau disebutin satu persatu takutnya banyak abcd-nya, yang jelas semua orang pasti tahu," kata Heru di  Youtube Wartakotalive, Minggu (12/1/2025).

Namun sampai hari ini, artis yang dimaksud tidak ada kejelasan dan hanya menjadi spekulasi dan dugan-dugaan saja.  Kalaupun ada artis yang berhubungan dengan proyek itu, netizen menduga dia hanya pemilik antara saja dan bukan pemilik sejatinya.  

Setelah informasi tentang sosok artis, lalu muncul lagi kelompok nelayan  Jaringan Rakyat Pantura (JRP) yang mengaku membangun pagar bambu itu.  Pengakuan itu muncul setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel pagar laut itu karena tidak mengantongi izin dari Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL).

Koordinator JRP Sandi Martapraja di Tangerang mengatakan pagar laut tersebut dibangun untuk mencegah abrasi. Dia mengklaim pemagaran laut yang sedang menjadi topik pembicaraan ini memang dibangun oleh masyarakat setempat.

"Pagar laut yang membentang di pesisir utara Kabupaten Tangerang ini sengaja dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Ini dilakukan untuk mencegah abrasi," kata Sandi dikutip dari Antara, Senin (13/1/2025).

Sandi pun dengan sangat fasih menjelaskan fungsi pagar yang disebutnya dibangun secara swadaya itu. Namun netizen punya logika sendiri dengan menghitung biaya pembuatan pagar yang dikaitkan dengan pendapatan nelayan dan keuntungan yang didapat nelayan  dari pembangunan pagar itu.  

Episode ini pun ditutup dengan penyegelan pagar laut oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Penyegelan itu berlangsung pada Kamis, 9 Januari 2025. KKP memberikan waktu 20 hari bagi pembangun dan pemilik pagar tersebut untuk membongkar sendiri bangunan yang mereka buat tanpa izin itu.  Penyegelan ini diharapkan akan mengakhiri episode pagar bambu di laut Tangerang dan pemiliknya akan segera terungkap setelah ada pihak yang membongkar pagar sebelum tenggat waktu yang diberi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan berakhir.

Namun sebelum habis tenggat waktu dari KKP itu, muncul episode baru lagi yakni Kepala Desa  yang punya mobil Robicon dan garasi rumahnya yang seperti showroom.  Kepala Desa yang dimaksud adalah Arsin bin Sanip, Kepala Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang,.  Arsin yang terpilih menjadi Kades pada tahun 2021  itu diduga punya hubungan dengan proyek pagar bambu di laut Tangerang itu.   Kohod  sendiri adalah desa yang terletak di pinggir Sungai Cisadane di sebelah timurnya dan laut Jawa di sisi utara desa.  

Di tengah desa ada kali kecil  yang  mengalir ke sungai Cisadane yang membelah desa itu menjadi dua bagian utara dan selatan.  Dan Desa Kohod sendiri masuk dalam site plan  1.756 hektar PSN PIK 2. Bila sesuai rencana awal, maka wilayah desa bagian utara akan menjadi bagian proyek dan warganya akan direlokasi.

Dugaan kuat adanya hubungan Kades Arsin  dengan pagar bambu di utara desanya itu setelah beredarnya video berdurasi 95 detik  tentang Arsin yang sedang memberi arahan kepada para pekerja yang sedang mengerjakan proyek tersebut.  Dalam video itu memuat  gambar tumpukan bambu dan tabung biru dalam jumlah besar itu,  berada di tepi laut yang diduga ada di wilayah Kohod.  Suara atau audio dalam video itu menyebutkan momen itu sebagai kunjungan bapak lurah Kohod pada hari jum’at tanggal 6  tanpa menyebutkan bulan dan tahun.  Namun bila dilihat di kalender, hari jum’at tanggal 6 itu ada di bulan desember 2024.

Arsin sendiri membantah vidio yang dinarasikan dirinya tengah memantau proyek pemagaran laut itu.  Dia mengaku video itu video lama ketika dirinya sedang melakukan monitoring kegiatan warga yang tengah mengamankan lahannya yang terkikis abrasi.

“Itu Video saya lagi monitor warga saya yang lagi ngamanin lahannya, jadi dia pasang patok pagar di lahannya sendiri dan dipastikan bukan bagian dari proyek manapun, kalau mau lihat ada nih leter c nya mau saya tunjukin?, ” kata Arsin kepada Tangerang Pos, Rabu (15/1/2025).

Hal lain yang memunculkan dugaan adanya keterlibatan Arsin dengan PIK2 khususnya pemagaran laut itu adalah perubahan pada kehidupan Arsin setelah menjabat sebagai Kades.  Terutama pada kendaraan yang ada di garasi rumahnya, yang mirip dengan showroom mobil.  Di situ biasa terparkir Jeep Wrangler Rubicon, Toyota Fortuner atau Mitsubishi Pajero, Toyota Hiace, Toyota Innova  dan minibus lain berbagai merek dan jenis.  Namun sejak, berita tentang dirinya viral dan menjadi topik pembicaraan di media sosial,  garasinya lengang dan hanya ada satu kendaraan roda empat dan sepeda motor yang sering terparkir di situ.

Setelah proyek PIK 2 berjalan yang ditandai dengan pemagaran dan pengurukan lahan, hanya wilayah Kohod di pesisir saja yang dibebaskan.  Pembebasan tidak berjalan sesuai rencana awal karena di sebelah utara kali ada 22 hektar lahan  milik seorang ulama betawi, KH.Saadi AlBatawi yang membangun majelis dengan puluhan ribu Jemaah dan pengikutnya.  Majelis itu selalu ramai dengan warga yang datang untuk berobat di siang hari dan mengikuti pengajian sang kiyai di malam hari.  Sebulan sekali ada puluhan ribu jemaah yang berkumpul di situ mengikuti pengajian bulanan yang membuat jalanan Kohod ramai dengan jemaah dan pedagang.

“Saya tidak membeli tanah dan membangun majelis ini untuk diri sendiri. Saya membelinya untuk membangun umat,” ujar Kyai Saadi ketika kami menanyakan alasannya tidak melepaskan lahan miliknya itu. (Aswan AS)

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic