leader

Moorissa Tjokro: Perancang Mobil Autopilot Tesla

Penulis Rahma K
May 04, 2021
Moorissa Tjokro: Perancang Mobil Autopilot Tesla
Thephrase.id - Moorissa Tjokro adalah seorang anak muda dari Indonesia yang bekerja di perusahaan mobil listrik dunia, Tesla. Di perusahaan mobil listrik yang berpusat di California, Amerika Serikat ini, Moorissa berprofesi sebagai Autopilot Software Engineer, yang merancang mobil listrik Tesla tanpa sentuhan manusia. Profesi ini hanya digeluti oleh 6 perempuan di Tesla, dan Moorissa adalah salah satu dari perempuan hebat tersebut.

Sebagai Software Engineer, perempuan kelahiran tahun 1994 ini sedang berfokus pada pengembangan Full Self Driving (FSD) yaitu fitur mobil yang dapat membuat mobil tersebut jalan dengan sendirinya tanpa dikemudikan manusia.

Melalui wawancaranya dengan VOA Indonesia, Moorissa mengatakan bahwa pekerjaannya mencakup computer vision dimana ia sebagai insinyur harus memastikan bagaimana mobil tersebut mendeteksi lingkungan sekitar, control and behavior planning untuk memanuver mobil di jalanan tikungan ke kanan dan ke kiri, dan masih banyak lagi.

Moorissa Tjokro dengan rekan-rekan kerjanya. (Foto: VOA Indonesia / Dok: Moorissa)


Rekan kerja Moorissa di Tesla, Toby Sachs-Quintana, mengatakan bahwa perempuan kelahiran Malang ini adalah seorang junior engineer yang gigih, selalu ingin belajar hal baru, memiliki inisiatif untuk memulai, tidak takut mengutarakan opininya, pekerja keras, dan tidak mudah menyerah.

Sebagai engineer perempuan, Moorissa dihadapkan pada tantangan dan juga kesulitan seperti kurangnya role model seorang perempuan yang menggeluti dunia STEM (Science, Technology, Engineering, Math).

Dalam mengembangkan mobil listrik auto pilot ini, Morisssa harus bekerja dengan jam kerja yang panjang, 60 hingga 70 jam dalam setiap pekannya. Dalam wawancaranya dengan VOA Indonesia, ia mengatakan bahwa dia dapat bekerja dari jam 9 hingga jam 12 malam.

Moorissa Tjokro di dalam mobil Tesla. Moorissa Tjokro dengan rekan-rekan kerjanya. (Foto: VOA Indonesia / Dok: Moorissa)


Untuk mengatasi kendala yang dihadapinya, Moorissa berkata bahwa apabila kita mengikuti kata hati, kita tidak akan menyesali apa yang kita lakukan. “Ketika kamu tahu apa yang kamu suka atau mau, walaupun seberapa susahnya, pasti akan ada semangat untuk menekuni bidang tersebut,” ujar Moorissa.

Anak Malang

Moorissa mengenyam pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama di Malang, Jawa Timur. Kemudian, berangkat dari keinginan orang tua Moorissa agar ia mendapatkan pendidikan bahasa Inggris dan terekspos dengan berbagai kultur di Indonesia, Moorissa disekolahkan di SMA Pelita Harapan di Jakarta.

Di umurnya yang saat itu berusia 13 tahun, Moorissa sudah tinggal sendiri di Jakarta. Saat bersekolah, Moorissa berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa fast track ke luar negeri. Berkat program tersebut, Moorissa melanjutkan studinya di Seattle Central College dan mendapatkan gelar Associate Degree atau D3 di bidang sains meski tidak menamatkan pendidikan menengah atasnya.

Morrissa kemudian melanjutkan pendidikan S1-nya di Georgia Institute of Technology di Atlanta, Amerika Serikat, menekuni jurusan Teknik Industri dan Statistik dan lulus dengan gelar Summa Cum Laude. Sempat bekerja di MarkeTeam setelah lulus S1, Moorissa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2-nya di New York, Amerika Serikat, di Columbia University dan menekuni jurusan Data Science.

Moorissa Tjokro dan keluarganya. (Foto: VOA Indonesia / Dok: Moorissa)


Tahun 2016, Moorissa berhasil meraih juara 1 dalam Columbia Impact Hackathon dan dalam Columbia Annual Data Science Hackathon pada tahun 2017. Melalui podcast di laman youtube Dahlan Iskan, Moorissa mengatakan bahwa saat bersekolah di S2 ia tidak hanya belajar tetapi juga menambah koneksi, memperkaya kesempatan serta pengalaman hidup.

Dari koneksi dan kesempatan yang ia dapat selama kuliah S2 tersebut, Moorissa kemudian dapat bekerja di NASA Goddard Space Flight Center sebagai Machine Learning Researcher yang meneliti pemanasan global atau global warming dan perubahan iklim. Ia bekerja di NASA selama setengah tahun yang kemudian pindah bekerja di Tesla.

Setelah menjalani masa magang selama 4-5 bulan, Moorissa diangkat menjadi pegawai tetap di Tesla. Mulanya ia berprofesi sebagai Data Scientist di Tesla, kini Moorissa menekuni pekerjaannya sebagai Autopilot Software Engineer.

Moorissa Tjokro. (Foto: instagram.com/ lifeinbayarea)


Diluar pekerjaannya sebagai insinyur, Moorissa memliki hobi berenang, menjadi sukarelawan, dan menulis. Melalui lamannya yakni moorissa.medium.com, Moorissa kerap membagikan tulisan-tulisannya mengenai berbagai hal yang diharapkan dapat memberikan inspirasi. [rk]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic