religion

Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan & Idulfitri 2026, Cek Tanggalnya!

Penulis Zuhri Ibrahim
Oct 28, 2025
(Foto: masjidmuhammadiyah.com)
(Foto: masjidmuhammadiyah.com)

ThePhrase.id - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah resmi menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah untuk tahun 1447 Hijriyah, bertepatan dengan tahun 2026 Masehi. Penetapan ini didasarkan pada hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 2/MLM/1.0/E/2025 yang dirilis di Yogyakarta pada 22 September 2025, diputuskan bahwa 1 Ramadhan 1447 H akan jatuh pada hari Rabu Legi, 18 Februari 2026 M.

Sementara itu, Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1447 H ditetapkan jatuh pada hari Jumat Legi, 20 Maret 2026 M.

Untuk bulan Zulhijah, PP Muhammadiyah menetapkan 1 Zulhijah 1447 H jatuh pada hari Senin Kliwon, 18 Mei 2026 M. Dengan demikian, Hari Arafah (9 Zulhijah) akan bertepatan pada hari Selasa Pon, 26 Mei 2026 M, dan Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijah) akan dirayakan pada hari Rabu Wage, 27 Mei 2026 M.

Penetapan ini mengacu pada prinsip, syarat, dan parameter Kalender Hijriah Global Tunggal yang merupakan hasil Musyawarah Nasional XXXII Tarjih Muhammadiyah di Pekalongan pada tahun 2024.

Dalam maklumat tersebut, dijelaskan bahwa ijtimak (konjungsi) jelang Ramadan 1447 H terjadi pada Selasa, 17 Februari 2026 M. Namun, berdasarkan kriteria Kalender Hijriah Global, bulan baru dimulai saat matahari terbenam keesokan harinya. Hal serupa juga berlaku untuk penetapan awal Syawal dan Zulhijah yang telah dihitung secara cermat. Demikian dikutip dari suaramuhammadiyah.id, Sabtu (18/10/2025).

Muhammadiyah menjadi pelopor pengembangan dan penggunaan ilmu hisab di Indonesia untuk menentukan awal bulan qamariah dalam ibadah.

Metode hisab yang digunakan Muhammadiyah berbeda dengan pendekatan rukyat yang mengandalkan pengamatan langsung terhadap hilal.

Sebagian ulama berpendapat bahwa hisab tidak sepenuhnya akurat karena dianggap masih bersifat perhitungan teoritis dan spekulatif. Tokoh seperti Ibnu Taimiyah bahkan menegaskan bahwa awal puasa bisa ditetapkan melalui rukyat.

Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi dan ilmu astronomi, posisi dan ketinggian bulan kini bisa dihitung secara presisi hingga satuan detik sekalipun. Sehingga Muhammadiyah menilai metode hisab bersifat pasti (qath'i) dan dapat dijadikan dasar penetapan awal bulan hijriah. (Z. Ibrahim)

Artikel Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic