features

Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, Oase di Tengah Kegersangan Demokrasi

Penulis Aswan AS
Nov 24, 2022
Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, Oase di Tengah Kegersangan Demokrasi
ThePhrase.id - Di tengah demokrasi kita saat ini yang mahal dan sarat manipulasi, sistem penjaringan dan pemilihan pemimpin di muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, Sabtu (19/11/) yang lalu seperti oase yang memberikan kesejukan. Bagaimana tidak, muktamar pun bisa berakhir dengan sangat damai. Tidak terdengar ada massa yang terbelah berbeda kubu, tidak terdengar ada politik uang, tidak ada black campaign yang saling menjatuhkan dan proses pemilihan yang sangat efektif dan efisien yang dilakukan dengan E-Voting.

13 Pemimpin Pusat Muhammadiyah Priode 2022-2027. (Foto: pwmu.co)


“Enggak lebih dari 3 menit setelah pemilih terakhir memberikan hak suaranya, hasilnya sudah diketahui,” kata Fadhilah Sabri, Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.

Fadhilah menceritakan panitia pemilihan telah bekerja sejak setahun lalu mengumpulkan 200 lebih nama-nama yang diusulkan dari DPW dan DPD. 200 nama itu kemudian diteliti apakah ada yang tidak memenuhi syarat administrasi seperti disebut dalam AD/ART. Hasilnya ada 90 nama yang lolos yang dibawa ke sidang Tanwir Pengurus Pusat Muhammadiyah, dua hari sebelum muktamar.

“Majelis Tanwir inilah yang memilih 90 nama itu menjadi 39 nama untuk dibawa ke muktamar,” kata Fadhilah yang juga anggota Tanwir dari Babel ini.

Setiap peserta muktamar kemudian memilih 13 nama dari 39 nama itu sebagai formatur yang akan menyusun pengurus pusat Muhammadiyah berikutnya. Tim formatur akan memilih salah satu dari 13 nama itu sebagai Ketua Umum dan 12 orang lainnya mendampingi sebagai pengurus pusat.

Fadhilah memastikan semua nama yang terpilih sejak dari masa penjaringan hingga pemilihan adalah mereka yang sudah dikenal dan jelas track recordnya. Tidak ada nama yang ujug-ujug masuk tanpa tercatat sebagai anggota dan pengurus. AD/ART mensyaratkan pernah menjadi pengurus selama 5 tahun untuk bisa menjadi pengurus pusat.

“Ada nama populer yang terjaring seperti ustadz Adi Hidayat, beliau tercatat sebagai anggota namun belum pernah jadi pengurus. Demikian juga ada beberapa nama populer dan memenuhi syarat namun karena kesibukan dan kegiatannya di luar perserikatan sangat padat dianggap tidak memungkinkan untuk bisa fokus mengurus organisasi,” jelas Fadhilah.

Berikut daftar lengkap 13 Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027:
1. Haedar Nashir 2.203

Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si. Ketua Umum Muhammadiyah periode 2022-2027. Haedar Guru Besar Politik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ia pernah menjadi sekretaris ketika Ahmad Syafii Maarif menjabat ketua umum

2. Abdul Mu'ti 2.203

Prof. Dr. Abdul Mu’ti M.Ed adalah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Sekretaris PP Muhammadiyah dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah 2017-2022.

3. Anwar Abbas 1.820
Dr. H. Anwar Abbas, M.M., M.Ag. adalah seorang ulama, dosen, dan ahli ekonomi Islam Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia periode 2020–2025. Sebelumnya, ia merupakan Sekretaris Jenderal MUI dan salah seorang Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah.

4. Busyro Muqoddas 1.778
Dr. H. M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum, adalah ahli hukum yang pernah menjadi akademisi dan dekan di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi 2011-2014.

5. Hilman Latief 1.675
Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. adalah Guru Besar Psikologi Pendidikan Universitas Muhammadyah Yogyakarta. Saat ini menjabat sebagai Dirjen Haji dan Umroh, Kementerian Agama RI.

6. Muhadjir Effendy. 1.598
Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. adalah Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia sejak 23 Oktober 2019 pada Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma'ruf Amin. Pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadyah Malang.

7. Syamsul Anwar. 1.494
Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA adalah Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

8, Agung Danarto. 1.489
DR. H. Agung Danarto, M.Ag. adalah pendakwah dan Dosen di Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta

9. Saad Ibrahim, 1.333
Dr. Saad Ibrahim, Ketua PWM Jawa Timur.

10. Syafiq A. Mughni. 1.152
Prof. Dr. H. Syafiq A. Mughni, MA. Pernah menjadi dosen di IAIN Surabaya dan Rektor Universitas Muhammadyah Sidoarjo.

11. Dadang Kahmad. 1.119
Prof. Dadang Kahmad adalah Guru Besar Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

12. Ahmad Dahlan Rais. 1.080
Ahmad Dahlan Rais adalah adik kandung Amin Rais, dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan juga menjabat sebagai Ketua Badan Pembina Harian (BPH) di kampus tersebut.

13. Irwan Akib. 1.001
Prof Dr H Irwan Akib, M.Pd adalah Direktur Pascasarjana Unismuh Makssar periode 2022 – 2025.

Maka, jika penjaringan dan pemilihan pemimpin negeri ini dilakukan ala Muhammadiyah itu, sangat mungkin kita akan mendapatkan pemimpin berkualitas dengan rekam jejak jelas, penuh kedamaian dan biaya murah. Tidak ada pemimpin ujug-ujug yang asal usul atau keaslian ijazahnya diperdebatkan. (Aswan AS)

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic