leader

Mursia Zaafril Ilyas, Ibu Koperasi Wanita Indonesia

Penulis Firda Ayu
Jul 16, 2022
Mursia Zaafril Ilyas, Ibu Koperasi Wanita Indonesia
ThePhrase.id - Mursia Zaafril Ilyas merupakan sosok perempuan yang sangat berjasa bagi perkembangan koperasi di Indonesia bahkan dunia. Perempuan kelahiran Pamekasan, Madura, 5 Januari 1925 ini dikenal sebagai Ibu Koperasi Indonesia.

Dilansir wartakoperasi, Mursia disebut sebagai pribadi yang gigih dalam berjuang dan belajar. Ia menguasai tiga bahasa asing, yaitu Belanda, Inggris dan Jerman secara aktif serta Perancis secara pasif. Muria merupakan pribadi yang berintegritas kuat dan mandiri.

Mursia muda sering bersinggungan pemikiran langsung dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Sutan Syahrir, Sukarno, dan Moh. Hatta.

Mursia Zaafril Ilyas (Foto: twitter/ Braman Setyo)


Tamat dari pendidikannya di Taman Madya Bagian Sosial, Yogyakarta, Mursia tidak kembali ke Madura melainkan bekerja sebagai sekretaris pribadi Soekarno di Istana Kepresidenan Yogyakarta dengan rekomendasi Sutan Syahrir.

Ia baru bisa pulang ke Madura setelah Indonesia merdeka pada tahun 1948. Namun Mursia yang kala itu baru berusia 23 tahun justru dijebloskan ke penjara Kalisosok Surabaya. Dianggap tahanan politik, Mursia menghabiskan waktu satu bulan dalam bui untuk meresapi arti kebebasan.

Keluar dari penjara, ia justru bertemu suaminya yang merupakan seorang dokter bernama Zaafril Ilyas. Dua tahun selepas menikah, ia kemudian pindah ke Malang karena tugas dinas sang suami.

Mursia, Cetuskan Arisan Hingga Jadi Ibu Koperasi


Di Malang, Mursia menyadari betapa gentingnya perekonomian Indonesia akibat perang dingin Uni Soviet dan Amerika Serikat. Ia kemudian mengingat ide sistem kebersamaan yang dicetuskan Bung Hatta.

Ia memprakarsai sebuah perkumpulan untuk mengubah perekonomian Indonesia, pelan-pelan mulai dari tingkat rumah tangga, kelompok hingga ke komunitas dan organisasi. Ia bersama 17 perempuan lain selalu berkumpul tiap bulannya untuk membahas mengenai bagaimana perempuan bisa mandiri secara ekonomi.

Kelompok yang kini disebut arisan ini ternyata banyak mengalami masalah keuangan. Hal ini kemudian mendorong Mursia mendirikan perkumpulan simpan pinjam bernama Setia Budi Wanita.

Mursia dan perkumpulan yang ia dirikan bersama para perempuan (Foto: sbw.com)


Ia juga mencetuskan sistem tanggung renteng atau pola tanggung menanggung. Perkumpulan ini kemudian disebarkan ke perempuan-perempuan lain dan mereka diperbolehkan membentuk perkumpulan mereka sendiri apabila memiliki anggota 10 orang.

Meski sempat terhenti karena ia kembali dijebloskan ke LP Cipinang pada tahun 1964, Mursia tetap berhasil mengembangkan perkumpulan pra-koperasi ini menjadi sebuah koperasi.

Gagasan ini kemudian didukung oleh antusiasme anggota, hingga berdirilah Koperasi Serba Usaha (KSU) Setia Budi Wanita Malang pada tahun 1977. Sistem tanggung renteng yang ia cetuskan menjadi landasan dasar operasional koperasi ini.

Perjalanan koperasi ini tak sepenuhnya mulus. KSU Setia Budi Wanita Malang sempat bangkrut pada tahun 1982. Untungnya, koperasi ini bisa dibangkitkan dengan bantuan dari Bank Indonesia dan kekuatan sistem tanggung renteng.

Sistem tanggung renteng cipataan Murisa tetap populer hingga kini. Sistem ini telah diterapkan di lebih dari 45 koperasi wanita di Jawa Timur dan 200 koperasi wanita di provinsi lainnya yang tergabung dalam Induk Koperasi Wanita.

Tak hanya itu, Pemerintah melalui Kementerian Koperasi & UKM juga mencanangkan program replikasi sistem tanggung renteng ke seluruh Indonesia sejak tahun 2005.

Atas dedikasi Mursia terhadap koperasi, ia mendapat penghargaan Satyalencana Pembangunan dari Presiden Soeharto pada tahun 1993. Mursia pun dikenal sebagai Ibu Koperasi Indonesia oleh kalangan penggiat koperasi. [fa]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic