ThePhrase.id - Manchester United mengalami musim terburuk sepanjang sejarah Premier League sejak 1989-1990 dari pencapaian peringkat dan total poin selama semusim.
Manchester United baru menelan kekalahan ke-15 di Premier League 2024-2025 seusai dipermalukan Wolverhampton Wanderers 0-1 di Old Trafford, Manchester pada Minggu, 20 April 2025 malam WIB.
Manchester United turun dengan beberapa pemain muda seperti Tyler Fredricson, Harry Armass dan Chidozie Obi-Martin. Setan Merah kebobolan pada menit ke-77 oleh Pablo Sarabia.
Hasil ini membuat Manchester United turun ke peringkat ke-14 klasemen Premier League. Setan Merah mengoleksi 38 poin dari 33 pertandingan hasil 10 kemenangan, 8 seri, dan 15 kalah.
Di sisa lima penampilan, Manchester United hanya bisa maksimal meraup 53 poin, terendah sepanjang Setan Merah berpartisipasi di Premier League, seusai terendah kedua dengan 58 angka pada musim 2021-2022.
Manchester United juga telah kalah delapan kali di kandang pada Premier League musim ini, terparah sejak musim 1962-1963 ketika Setan Merah kalah sembilan kali.
Manchester United memang hancur lebur di musim ini. Dinamika terjadi mulai dari pergantian pelatih dari Erik ten Hag ke Ruben Amorim sampai perselisihan pemain.
"Kami akan membahasnya pada akhirnya. Tentu saja, kami punya rencana, kami membicarakannya setiap hari, tetapi musim belum berakhir, jadi mari kita fokus pada itu," beber Ruben Amorim, manajer Manchester United.
"Saya pikir sekali lagi ini masalah tim. Tentu saja, kami punya gambaran tentang apa yang dibutuhkan tim ini, tetapi juga para pemain yang kami mainkan," lanjut Amorim.
"Dengan setidaknya tiga pemain di depan, mereka bisa mencetak gol. Kami bermain dengan gelandang yang bisa menjangkau dan Anda melihatnya hari ini dalam permainan," sambungnya.
"Jika Anda melihat pertandingan, kami adalah tim yang lebih baik. Tetapi pada akhirnya, itu tidak penting karena jika kami tidak mencetak gol, tidak ada yang penting. Pada akhirnya, yang penting adalah hasilnya, terutama di saat-saat seperti ini," tegas Amorim.
"Kami menciptakan banyak peluang, kami menguasai permainan, kami memblok beberapa pemain bagus lawan dan satu bola mati mengubah permainan dan hanya itu. Sungguh membuat frustrasi mengakhiri pertandingan seperti ini," tandasnya. (Rangga)