ThePhrase.id - Peringatan Hari Raya Idul Adha merefleksi perjalanan Nabi Ibrahim mencari Tuhan. Dengan mujizat kecerdasan yang diberikan Allah, Nabi Ibrahim AS di Abad ke 22 SM dinilai sebagai penemuan terbesar sepanjang kehidupan manusia di Bumi.
"Penemuan Nabi Ibrahim AS adalah penemuan terbaik sepanjang hidup manusia, dibandingkan penemuan lain," ucap Dr Raswan, M.Pd dalam Khotbah Idul Adha yang digelar di Lapangan Beji Timur, Kota Depok pada Rabu, 28 Juni 2023.
Raswan mengisahkan bahwa pencarian adanya Tuhan dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS atau diberi julukan Bapak Para Nabi ini, karena tidak terima dengan kepercayaan Bani Israil yang menjadikan patung berhala sebagai Tuhan. Dengan sikap kritisnya, Nabi Ibrahim AS mengkritik Pamannya yang menciptakan Patung berhala untuk disembah sebagai Tuhan. Baginya, benda yang dibuat oleh manusia tidak layak menjadi Tuhan yang disembah. Nabi Ibrahim AS juga menolak keyakinan bahwa Bintang, Bulan atau Matahari sebagai Tuhan. Karena sifat Tuhan tidak mungkin ada dan kemudian menghilang. Kisah ini diabadikan dalam Al Quran Surat Al An'am 6 : 77-78.
Akhir pencarian Nabi Ibrahim AS terhadap PenciptaNya dikukuhkan dan diabadikan dalam Al Quran Surat Al An'am :79.
"Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik."
Saat Nabi Ibrahim AS meyakini ada Pencipta Langit dan Bumi, Utusan Allah yang digelari Khalilullah (Yang dicintai Allah) ini menunjukkan keyakinannya pada Allah dengan serangkaian ujian dan dijalaninya dengan taat.
Raswan mengurai ujian ketaaatan Nabi Ibrahim AS, dimulai dari keinginannya untuk memiliki seorang putra, sementara istrinya Siti Sarah belum dikaruniai anak.
Nabi Ibrahim AS berdoa "Rabbi Habli Minassolahin" yang artinya “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh” (QS. Ash Shaaffaat: 100).
Melalui istrinya Siti Hajar, Allah memenuhi permintaan tersebut dengan kelahiran Nabi Ismail AS diusia Nabi Ibrahim AS sudah 80 tahun.
Ujian berikut kata Raswan, di tengah kebahagian Nabi Ibrahim yang baru mendapat anak, tiba-tiba turun perintah Allah untuk meninggalkan istri dan putranya di lembah Bakka (sekarang Mekkah). Di padang pasir yang tandus ini, Ibunda Siti Hajar berlari-lari mencari air untuk Nabi Ismail AS. Dengan kemahakuasaan Allah, hentakan kaki Nabi Ismail AS keluar Air yang sekarang dikenal dengan Zam Zam.
Ujian Nabi Ibrahim AS atas ketaatan pada Allah kembali diberikan saat Nabi Ismail memasuki usia remaja. Di dalam mimpinya Ia diperintahkan untuk menyembeli Nabi Ismail AS. Dalam kesedihan yang mendalam Nabi Ibrahim menyampaikan perintah Allah kepada putranya. Sebagai utusan Allah, Nabi Ismail langsung menyetujui perintah itu.
Mengapa Allah SWT memerintah Nabi Ibrahim AS menyembeli Nabi Ismail dan tidak langsung meminta menyembelih hewan, Raswan menjelaskan bahwa perintah Allah kepada Nabi Ibrahim justru menjadi petunjuk bagi manusia yang di zaman itu mempunyai ritual menyembelih manusia.
Di Kartago (sekarang Tunisia) terdapat ritual mempersembahkan bayi dari anak sulung mereka untuk mendapat keberkahan dari Dewa. Pada mitologi Yunani Kuno, Raja Cepheus mengorbankan anak gadisnya Andromeda untuk menghentikan kekacauan yang dilakukan oleh Monster Laut Poseido.
"Hadirnya perintah qurban pada Nabi Ismail dan Allah ganti dengan hewan, itu dimaksudkan untuk menghentikan ritual zaman itu yang tidak berprikemanusiaan yang mengurbankan manusia," ungkap Raswan.
Menapaktilasi perjalanan Nabi Ibrahim AS, ummat Muslim di seluruh dunia memperingatinya dengan perayaan Idul Adha yang dirangkaikan dengan persembahan Hewan Qurban.
Di Mesjid At Taqwa, panitia menerima titipan 15 ekor sapi dan 3 ekor kambing yang sembeli di halaman Mesjid At Taqwa Beji Timur.
Hari Raya Idul Adha 1444 H oleh warga di Lapangan Beji Timur Kota Depok, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Beji Timur, H. Sudirman, SH mengingatkan bahwa perbedaan Hari Raya Idul Adha tidak perlu dibesar-besarkan dan mencari mana yang salah dan yang benar.
"Mari kita jadikan perbedaan ini sebagai ukhuwa karena dengan keyakinan tersebut kita dapat memutus Hari Idul Adha," tandasnya. (IM)