leader

Naftali Bennett, Perdana Menteri Baru Israel Pengganti Netanyahu

Penulis Z Ibrahim
Jun 15, 2021
Naftali Bennett, Perdana Menteri Baru Israel Pengganti Netanyahu
Foto: Inauguration of Naftali Bennett as Prime Minister of Israel 2021 in The Knesset (https://main.knesset.gov.il/)


Thephrase.id - Pemilihan legislatif Israel telah selesai dilaksanakan pada selasa, 23 Maret 2021 untuk memilih 120 anggota parlemen (Knesset). Ini merupakan pemilu keempat dalam dua tahun terakhir, dan ini mengindikasikan terjadinya krisis politik yang mendera Israel beberapa waktu belakangan. Menariknya, ternyata pemilu kali ini tidak menghasilkan pemenang yang kuat untuk membentuk pemerintahan baru. Terbukti setelah anggota parlemen yang beranggotakan 120 orang tersebut menentukan pilihannya dengan memilih Naftali Bennett sebagai Perdana Menteri Israel yang baru dengan selisih hanya 1 suara yakni, 60 berbanding 59 suara.

Keberhasilan Bennett merebut kepemimpinan Netanyahu yang telah berkuasa selama 12 tahun tidak terlepas dari kepiawaian seorang Yair Lapid, politisi oposisi dari Partai Yesh Atid (partai tengah). Ia berhasil menggalang delapan partai di parlemen yang pada kenyataannya partai-partai tersebut sebenarnya memiliki pandangan ideologis yang berbeda namun disatukan karena kemuakan mereka terhadap Netanyahu. Berdasarkan perjanjian pembagian kekuasaan di antara delapan koalisi partai politik tersebut, Bennett akan menjadi perdana menteri selama dua tahun dan selanjutnya pada tahun ketiga akan diserahkan kepada Yair Lapid.

Foto: twitter.com/naftalibennett


Hari minggu (13/6/20) Naftali Bennett yang juga Ketua Partai Yamina telah resmi dilantik sebagai perdana Menteri Israel dan membentuk pemerintahan baru. Pada saat yang sama, 27 menteri baru dari koalisi pemerintahan baru juga dilantik termasuk Lapid yang diangkat sebagai Menteri Luar Negeri.

“Warga Israel semua melihat kami sekarang, dan beban pembuktian ada pada kami,” kata Bennett pada pidato pertamanya saat pelantikan kabinet.

Naftali Bennett yang kini berusia 49 tahun, sejatinya adalah mantan sekutu Netanyahu dan pernah menempati beberapa posisi stategis antara lain Komandan Pasukan Khusus (Sayeret Matkal) dan Kepala Dewan Pemukiman Tepi Barat sebelum masuk parlemen di tahun 2013.

Bennett juga pernah ditunjuk menjabat Menteri Urusan Diaspora, Pendidikan dan Pertahanan di masa kepemimpinan Netanyahu. Namun, dia akhirnya membelot dan membentuk Partai Yamina dan dalam pemilu yang dihelat Maret 2021 silam mendapatkan 6,2% suara yang menempatkannya sebagai partai penentu dalam proses pembentukan koalisi.

Bennet adalah seorang Yahudi religius yang merupakan jutawan di sektor teknologi. Dia mendukung gerakan pemukiman yang tinggal di pinggiran kota Tel Aviv. Dia penentang kemerdekaan Palestina dan sangat mendukung permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang dipandang Palestina dan sebagian besar masyarakat internasional sebagai hambatan utama bagi perdamaian Palestina – Israel.

“Dia adalah pemimpin sayap kanan, garis keras keamanan, tetapi pada saat yang sama sangat pragmatis,” kata Yohanan Plesner, kepala Institut Demokrasi Israel, yang telah mengenal Bennett selama beberapa dekade dan bertugas bersamanya di militer.

Menyangkut isu Palestina, Bennett belum memberikan pernyataan jelas soal sikapnya seusai dilantik. Namun, ia pernah mengatakan bahwa akan mengesampingkan isu pencaplokan Tepi Barat Palestina untuk sementara waktu, walaupun ia mendukung hal tersebut. Menurutnya, ada isu yang lebih penting untuk ditangani seperti pandemi COVID-19 dan pemulihan perekonomian di Israel.

Lalu bagaimana tanggapan pemimpin negara-negara yang kerap berseteru dengan Israel, yakni Palestina dan Iran setelah terjadinya pergantian kepemimpinan di Israel? Kedua negara tersebut memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda dan tetap beranggapan bahwa kebijakan-kebijakan Israel terhadap negara mereka tidak akan berubah meski Netanyahu telah lengser.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan administrasi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, pandangan Israel terhadap Palestina (sebagai musuh) tidak akan berubah dan begitupula sebaliknya. Mungkin baru akan berubah jika ada perubahan status Yerusalem di bawah pemerintahan Naftali Bennett.

Kementerian Luar Negeri Iran juga mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak berekspektasi bakal ada perubahan kebijakan luar negeri dan keamanan di Israel. Menurut mereka, Israel akan tetap bersikap antagonis terhadap Iran.

"Musuh Iran (Netanyahu) telah hilang dan kami tetap di sini. Saya pikir kebijakan Israel tidak akan berubah meski dengan pemerintahan baru," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, Senin, 14 Juni 2021.

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic