leader

Nara Masista Rakhmatia, Diplomat Muda yang Pernah Gegerkan Ruang Sidang PBB

Penulis Aswan AS
Aug 16, 2021
Nara Masista Rakhmatia, Diplomat Muda yang Pernah Gegerkan Ruang Sidang PBB
ThePhrase.id - Barangkali ada yang masih ingat dengan kasus tudingan  6  negara pasifik terhadap Indonesia tentang HAM di Papua Barat beberapa waktu lalu. Indonesia menjawab tudingan itu dalam sidang umum PBB di New York dengan menghadirkan para diplomat muda yang berbicara lantang tentang kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Nara Masista Rakhmatia. (Foto: Facebook)


Salah satu diplomat muda itu adalah Nara Masita Rakhmatia.  Diplomat perempuan kelahiran Jakarta 16 Desember 1982 itu kepada ThePhrase.id menceritakan tentang kesehariannya sebagai diplomat dan  suka dukanya menjalani profesi sebagai perwakilan Indonesia di luar negeri.

Nara, demikian dia dipanggil, mengaku menjadi diplomat memang cita-citanya sejak kecil. Maka selepas SMA dia langsung mendaftar di Hubungan Internasional, Universitas Indonesia.  Kariernya dimulai ketika diterima sebagai ASN di Kementerian Luar Negeri tahun 2008.  Setelah mengikuti Pendidikan Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu)  selama 7 bulan, Nara magang di perwakilan Indonesia di luar negeri.

“Saya saat itu selama 3 bulan antara akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009 mendapat penugasan magang di Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York (PTRI New York). Dan yang paling berkesan   selama magang adalah saya mendapat kesempatan masuk ke ruangan dan mengikuti pertemuan informal anggota Dewan Keamanan (DK) PBB, yang hanya boleh diikuti oleh diplomat atau wakil dari negara anggota DK, atau undangan khusus,” kata Nara mengenang.

Nara Masista Rakhmatia. (Foto: Facebook)


Penugasan pertamanya  2014-2017 di PTRI (Perutusan Tetap RI)  New York  untuk menangani isu-isu di Komite 2 SMU PBB yang terkait berbagai isu ekonomi dan pembangunan.  Saat ini  Nara tinggal di Jenewa melaksanakan penugasan kedua di Perutusan Tetap RI untuk PBB, WTO, dan organisasi internasional lainnya  menangani isu-isu terkait ketenagakerjaan dan parlemen.

“Sebagai diplomat kita mewakili kepentingan nasional Indonesia dalam berbagai forum internasional, baik bilateral, regional, multilateral. Ada 5 fungsi misi diplomatik  yaitu representing, protecting, negotiating, ascertaining, reporting, serta promoting,” katanya menjelaskan tugas seorang diplomat.

Peraih gelar master  Peace and Conflict Studies di University of St. Andrews, Scotland, UK ini mengaku profesi sebagai diplomat memiliki tantangan tersendiri. Berbagai penugasan di beberapa negara memberi banyak pengalaman dan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai negara.

Berikut beberapa bagian wawancara Aswan AS dari ThePhrase.id dengan Nara Masista Rakhmatia;

Apa yang menarik dari profesi diplomat ini?

Banyak sekali hal menarik dari profesi ini.  Kita bisa belajar dan menangani substansi dan perkembangan berbagai isu di dunia. Saya  bisa berkenalan, bekerja bersama hingga berteman dengan diplomat asing dari berbagai negara yang akan menjadi jejaring kita di seluruh dunia. Dalam berbagai kesempatan, saya bisa mengikuti pertemuan dan bertemu langsung dengan berbagai tokoh dunia yang sering  kita lihat di layar kaca atau media sosial.  Seorang diplomat juga perlu siap bepergian dinas ke negara dan wilayah yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang awam untuk didatangi, hingga menetap di negara lain setiap beberapa tahun sekali.  Menjadi diplomat telah membuat saya merasa cukup kaya secara non-material dengan pengalaman hidup.

Pengalaman yang paling berkesan selama menjalani pekerjaan/profesi?

Ada banyak pengalaman berkesan yang saya alami dalam menjalani profesi sebagai diplomat. Beberapa di antaranya:  Pertama, sebagai diplomat muda diberikan kesempatan mewakili Indonesia dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi seperti Sidang Majelis Umum (SMU) PBB tahun 2016. Kedua, saat saya diberi tugas mendesak untuk mengubah hasil keputusan kelompok negosiasi negara berkembang, The Group of 77 (G77).

Nara Masista Rakhmatia. (Foto: Facebook)


Saat itu saya diberi arahan untuk mencegah keputusan G77 untuk mengubah beberapa paragraf dalam sebuah dokumen dan sebaliknya mendorong G77 untuk menyepakati dokumen tersebut secara utuh. Akhirnya berkat kegigihan dan dukungan dari beberapa negara G77 lain yang ternyata sepemahaman dengan Indonesia, G77 berhasil menyepakati dokumen tersebut secara utuh.

Ketiga, Saat masih menjadi diplomat pertama di awal karier, saya diberi kesempatan menyusun rancangan butir wicara Menteri Luar Negeri RI untuk Pertemuan Tingkat Menteri Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).

Keempat, saat saya sebagai calon diplomat magang mendapat kesempatan memasuki ruangan dan mengikuti pertemuan informal anggota DK PBB. Pokonya banyaklah yang berkesan.  Kalau harus ditulis semua mungkin perlu tambahan setidaknya 2 halaman lagi, he he he.

Bagaimana kegiatan sehari-hari (rutinitas) menjalani profesi ini?

Rutinitas pekerjaan bisa tergantung di unit atau perwakilan mana kita ditugaskan.  Ketika di dalam negeri, rutinitas kami tidak jauh berbeda dengan ASN umumnya. Masuk jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Pengalaman saya pribadi, di Kementerian Luar Negeri sering kali harus pulang melampaui jam 5 sore karena beban kerja yang ada, dan terkadang harus bekerja di akhir pekan, khususnya jika ada tenggat waktu (deadline) tertentu yang dikejar atau saat kami tengah mempersiapkan penyelenggaraan atau keikutsertaan dalam pertemuan internasional atau proses negosiasi.

Nara Masista Rakhmatia. (Foto: Facebook)


Ketika di dalam negeri, sesuai dengan penugasan saya di perwakilan multilateral yang menangani pembahasan berbagai isu di organisasi internasional, maka dalam keseharian kerja saya diisi dengan mempersiapkan berbagai dokumen pertemuan, serta mengikuti berbagai pertemuan dimaksud.

Jadwal kami sering kali tergantung jadwal penyelenggaraan pertemuan. Tidak jarang hari libur di Indonesia tetap menjadi hari kerja di perwakilan.  Selain itu sebagai ASN kami juga tetap harus menangani berbagai urusan administrasi dan non-substansi perwakilan dan kepegawaian.  Selama pandemi kerja kami banyak melakukan berbagai pertemuan virtual, bahkan dalam konferensi internasional yang diikuti oleh ribuan delegasi.

Apa yang ingin anda capai melalui profesi ini? 

Harapan saya bisa menjadi bagian dari kerja bersama untuk dapat memahat Indonesia, dan bahkan dunia, yang lebih baik, dalam artian lebih aman, lebih setara, lebih sejahtera ke depan, untuk anak-anak dan cucu-cucu kita.  Saya juga ingin menunjukkan ke perempuan muda Indonesia khususnya, melalui karier sebagai diplomat  memungkinkan bagi perempuan mengejar karier demi membawa kebaikan bagi orang banyak dengan ditopang oleh sistem dan dukungan keluarga.  Jadi, melalui pendekatan yang tepat, keluarga juga dapat menjadi faktor “pendorong” dan bukan justru sebaliknya “penghambat” kesuksesan perempuan.

Harapan ke depan, akan lebih banyak diplomat perempuan di Indonesia dan dunia, baik secara kuantitas dalam jumlah ataupun secara kualitas yang menempati posisi penting serta unit-unit dan pos-pos yang menjadi prioritas diplomasi negara ataupun menangani isu-isu prioritas diplomasi global.

Apa aktifitas Anda di hari libur?

Bersama seorang teman, saat ini saya mengelola dan mengembangkan sebuah platform solidaritas perempuan yang bernama OptShe, khususnya melalui media sosial seperti instragram @opt.she, twitter @optsheofficial, page facebook opt.she dan youtube channel OPTSHE OFFICIAL.

OptShe ini ingin menekankan pola pikir bahwa perempuan punya dan berhak membuat pilihan apapun yang terbaik untuk dirinya sendiri. Jadi OptShe ingin menjadi bagian dari sistem dukung perempuan dalam membuat berbagai pilihan dalam hidupnya.

Peribahasa favorit saya saat ini, “Di belakang (atau samping) perempuan hebat, bisa jadi ada perempuan dan laki-laki hebat lain yang mendukung.” Saya banyak memanfaatkan waktu luang untuk merawat OptShe. Selain itu, selagi menjalankan penugasan di Swiss, saya banyak juga memanfaatkan waktu bersama keluarga untuk menikmati keindahan alam Swiss.  (Di Swiss Nara tinggal bersama Sang Suami, seorang Arsitek dan putrinya berusia 3 tahun)

Tempat favourite yang dikunjungi bersama keluarga?

Wisata alam outdoor di Swiss yang banyak pilihan dan mudah dijangkau, khususnya area pegunungan dan sepanjang danau-danau yang ada di Swiss.

Apa motto hidup anda?

Saya tidak punya motto khusus dalam hidup, tetapi memang ada beberapa prinsip yang menjadi pegangan hidup, antara lain:

  • Tuntut ilmu pengetahuan setinggi mungkin dan untuk selalu belajar seumur hidup.

  • Kesempatan tidak datang 2 kali dalam hidup. Jadi shoot for the stars and do your best. Let God do the rest.

  • Nilai saya sebagai seorang manusia adalah sebesar apa saya bisa memberi manfaat bagi sesama.

  • Kesetaraan antara perempuan dan laki-laki untuk berperan dalam berbagai aspek kehidupan. Ini salah satu prinsip yang mendorong saya membentuk OptShe.


Ada waktu khusus untuk liburan/pulang ke Indonesia?

Belum ada rencana dalam waktu dekat, juga mengingat kondisi pandemi saat ini.

Apa saran Anda untuk anak-anak Indonesia yang ingin memiliki  profesi seperti Anda?

Perlu persiapkan diri dengan baik  dari sisi pengetahuan, kemampuan, hingga kesiapan fisik dan mental dan juga persiapkan orang-orang di sekitar khususnya keluarga, supaya dapat menjadi sistem dukung dalam meraih cita-cita sebagai diplomat.

Apa saja yang harus dipersiapkan? 

Beberapa hal yang harus dipersiapkan dengan baik jika ingin menjadi diplomat adalah  pendidikan yang sesuai, pengetahuan luas mengenai Indonesia, negara-negara tetangga, dan dunia secara umum, pengetahuan mengenai isu-isu internasional yang sedang mengemuka, kemampuan bahasa asing untuk dapat berkomunikasi dengan aktor internasional, kemampuan membaca serta menulis, public speaking dan berorganisasi, kemampuan adaptasi terhadap lingkungan baru, kesehatan fisik dan mental serta sistem dukung, baik keluarga, kerabat, pertemanan. (Aswan AS)

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic