The Phrase.id – Prestasi hebat diraih oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati. Wanita tangguh pemimpin Pertamina ini masuk dalam daftar 100 perempuan paling berpengaruh di dunia atau Most Powerful Women International 2021 versi Majalah Fortune.
Bagaimana perjalanan Nicke hingga mampu bersanding dengan berbagai pemimpin perusahaan dunia dan meraih peringkat ke 17 dalam daftar bergengsi ini? Yuk simak profilnya di bawah ini.
Latar Belakang
Nicke Widyawati merupakan wanita kelahiran Tasikmalaya, 25 Desember 1967. Menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Tasikmalaya, salah satu sekolah favorit dan bergengsi di Priangan Timur.
Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan sarjana dan lulus Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung (S1) tahun 1991. Ia lalu melanjutkan studinya di Hukum Bisnis Universitas Padjadjaran (S2) pada tahun 2009.
Nicke Widyawati memiliki jenjang karir yang tinggi di berbagai perusahaan. Nicke pernah dipercaya menjabat sebagai Direktur Pengadaan Strategis 1 PT PLN (Persero).
Nicke juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Mega Eltra, perusahaan kontraktor listrik di lingkungan holding PT Pupuk Sriwijaya dan juga pernah menjadi Direktur Bisnis dan Vice President Corporate Strategy Unit (CSU) di PT Rekayasa Industri (Rekind).
Dalam website resmi Pertamina juga disebutkan bahwa Nicke Widyawati sudah menjadi eksekutif di berbagai perusahaan sejak tahun 2009.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina (Foto: instagram/nicke_widyawati)
Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati sempat menjabat sebagai Direktur SDM Pertamina pada 2017 dan Plt Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina pada tahun 2018.
Puncak karier Nicke Widyawati diraih ketika ia menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina ke-15. Pengangkatannya berdasarkan SK Menteri BUMN nomor SK-97/MBU/04/2018, tanggal 20 April 2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan PT Pertamina.
Tak tanggung-tanggung, Nicke menjadi Direktur Utama Pertamina sejak tahun 2018 hingga saat ini. Menteri BUMN, Erik Thohir mengungkap bahwa Nicke dipertahankan dalam jabatannya ini karena dinilai masih bekerja dengan baik dan memenuhi target-target yang ditugaskan.
"Bu Nicke, saya rasa masih jadi pilihan terbaik saat ini, beberapa tugas yang diberikan masih berjalan. Jangan juga messagessnya Pak Erick suka dan tidak suka," ujar Erick Thohir.
Hal ini juga dibuktikan dengan berbagai prestasi yang diraih Pertamina selama masa kepemimpinan Nicke Widyawati. Berbagai prestasi membanggakan seperti, mendapat 25 penghargaan di ajang PR Indonesia Awards 2020, masuk daftar Fortune Global 500 pada 2021 dan menjadikan Pertamina satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk di penghargaan tersebut pada tahun 2021.
Masuk Daftar Most Powerful Women International 2021
Tak hanya sekali, ternyata di tahun 2020 Nicke juga masuk dalam daftar Most Powerful Women International dan berada di peringkat 16. Di tahun ini, Nicke berhasil mendapat penghargaan yang sama dengan peringkat ke-17.
Dalam daftar Most Powerful Women International, ada sederet nama CEO Global yang menempati kategori perempuan paling berpengaruh ini, seperti Emma Walmsley, CEO GlaxoSmithKline (1), Jessica Tan, CEO Ping An Group (2), Ana Botin, CEO Banco Santander (3) dan Shemara R Wikramanayake CEO Macquarie Group Ltd (4).
Berada di bawah Nicke, di antaranya, Hanneke Faber, President Global Foods & Refreshment Unilever (23), Hilde Merete Aasheim, CEO Norsk Hydro (24), Alexandra Keith, CEO P&G(37), dan Helen Wong, CEO OCBC NISP (41).
Nicke Widyawati masuk dalam daftar Most Powerful Women International 2021 (Foto: instagram/nicke_widyawati)
Prestasi Nicke Widyawati diakui oleh Majalah Fortune Internasional sebagai pimpinan tertinggi perusahaan energi di Indonesia yang mampu membuktikan kemampuannya melewati tantangan triple shock yakni jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar dan tekanan nilai tukar yang dialami Pertamina selama pandemi tahun 2020.
Fortune menilai, dengan ketiga faktor tersebut telah menurunkan pendapatan dan laba Pertamina, namun pada paruh pertama 2021, di bawah kepemimpinan Nicke, Pertamina menunjukkan kondisi lebih baik dengan mencapai target produksi Migas.
Majalah internasional ini juga mengakui kinerja Nicke dalam mendukung transisi energi Indonesia dengan membangun portofolio Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk memberikan energi bersih bagi negara di masa depan.
“Pengakuan ini merupakan bukti nyata besarnya kepercayaan internasional terhadap Pertamina yang terus bergerak mengantisipasi transisi energi,”ujar Nicke.
Menurut Nicke, selama kepemimpinannya di Pertamina, ia telah mencanangkan dan fokus menjalankan transisi energi dan langkah dekarbonisasi pada operasional perusahaan dari hulu hingga hilir.
Hal ini dapat dilihat dari penilaian atas implementasi aspek Environment, Social & Governance (ESG) Pertamina yang mengalami peningkatan signifikan dari skor 41,6 atau termasuk kategori Several Risk (Februari 2021) menjadi 28,1 (Medium Risk) pada September 2021. Peningkatan skor ini menempatkan Pertamina berada di peringkat 15 perusahaan di industri dan peringkat 8 Sub-Industri Migas dunia.
Nicke mengungkap bahwa posisi Pertamina sebagai perusahaan kategori Medium Risk dalam implementasi ESG dapat disandingkan dengan perushaan global seperti, Repsol, ENI, PTT Public Co, dan TotalEnergies.
Selain itu, Pertamina juga memiliki langkah-langkah terencana dalam aksi penyelamatan iklim dan transisi energi menuju net zero, yakni dekarbonisasi operasional, bentuk portofolio untuk investasi pertumbuhan hijau, serta percepatan inovasi dan pertumbuhan hijau.
“Bersama seluruh manajemen dan pekerja Pertamina, saya akan memastikan seluruh inisiatif strategis untuk mewujudkan green transition terus berlanjut dan mampu mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca antara 29 – 41 persen pada tahun 2030,” tandas Nicke. [fa]