regionalBatik

Nyaris Punah! Kenali Batik Gedog Khas Tuban yang Perlu Dijaga Kelestariannya

Penulis Ashila Syifaa
Jul 21, 2025
Perajin Batik Gedog. (Foto: MC Prov Jatim/Wahyu/Henry)
Perajin Batik Gedog. (Foto: MC Prov Jatim/Wahyu/Henry)

ThePhrase.id - Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya akan sejarah dan seni, yang terus dilestarikan seiring perkembangan zaman. Salah satu jenis batik yang nyaris punah namun tetap dijaga kelestariannya adalah Batik Gedog khas Tuban. 

Batik ini tidak hanya bertahan di tengah modernisasi, tetapi juga diperkenalkan hingga ke tingkat internasional sebagai simbol identitas budaya Tuban. Kini, Batik Gedog semakin diminati terutama pada momen spesial seperti hari Kartini atau pada perayaan Hari Batik Nasional.

Tumbuhnya popularitas Batik Gedog tak lepas dari sejarah panjang yang mengakar kuat di Tuban, Jawa Timur. Batik ini dipercaya mulai masuk ke Tuban pada masa pemerintahan Majapahit, melalui kedatangan Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. 

Pengaruh budaya Tionghoa terlihat jelas pada motif burung hong, yang menjadi salah satu ciri khas batik ini. Setelah diperkenalkan, batik Gedog kemudian diadopsi oleh Ki Jontro, pengikut Ronggolawe, dan terus berkembang hingga menjadi bagian penting dari identitas lokal masyarakat Tuban.

Nama "gedog" sendiri berasal dari suara “gedog-gedog”, yakni bunyi yang dihasilkan alat tenun tradisional saat proses menenun kain. Awalnya, kain tenun bermotif garis-garis sesuai arah benang, namun setelah terpengaruh batik Lokcan dari Cheng Ho, tenunan tersebut mulai dibatik dengan motif-motif yang lebih dekoratif.

Yang membedakan Batik Gedog dari batik daerah lain adalah penggunaan kain tenun gedog, yang terbuat dari kapas lokal dan ditenun secara manual oleh para pengrajin. Tekstur kainnya cenderung tebal, agak kasar, namun sangat kuat dan tahan lama. 

Proses pembuatan kain, mulai dari pemintalan benang hingga menjadi lembaran kain siap batik, dapat memakan waktu satu hingga dua bulan, karena semua tahapannya dilakukan secara tradisional dan manual.

Pewarnaan Batik Gedog juga sangat alami, memakai bahan-bahan seperti indigo, kunyit, daun jati, mengkudu, dan akar mangga yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Proses pembatikan menggunakan teknik tulis dan cap, dengan malam sebagai pelindung pola saat pewarnaan.

Motif Batik Gedog sangat dipengaruhi oleh perpaduan budaya Jawa, Tionghoa, dan Islam yang pernah berkembang di wilayah Tuban. Motif-motif populer misalnya burung hong, flora dan fauna khas pesisir, hingga motif geometris sederhana namun sarat filosofi. Tumbuhan melambangkan keberlanjutan hidup, fauna menjadi simbol dunia atas, sementara setiap pola punya makna mendalam sesuai kelas sosial atau usia pemakai di masa lampau.

Terdapat beberapa corak motif khas, seperti likasan kotong, rengganis, gringsing, kijing miring, kasatrian, kembang waluh, kembang kluwih, hingga motif kotak dan garis sederhana. Dari sisi pewarnaan, Batik Gedog memiliki ragam seperti putihan (dasar putih dengan biru tua/hitam), bangrod (merah), pipitan (perpaduan merah dan biru tua), dan irengan (biru tua/hitam dengan corak putih).

Selain sebagai pakaian sehari-hari, Batik Gedog memiliki fungsi sosial budaya, misalnya sebagai hantaran dalam adat pernikahan. Kaum lelaki yang akan menikah akan membawa lembaran kain batik Gedog sebagai simbol kemakmuran dan penghargaan terhadap calon mempelai perempuan. [Syifaa]

Tags Terkait

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic