ThePhrase.id - Sebagai upaya untuk menekan kasus aktif Covid-19 di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI telah mengamankan 400 ribu anti virus Molnupiravir di Indonesia yang telah disiapkan oleh PT Amarox.
Foto: Pil Molnupiravir (dok. Merck)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap bahwa Indonesia kini sedang tahap masuk ke gelombang ketiga akibat varian Omicron. Sehingga diperlukan ketersediaan Covid-19 untuk membantu penanganan pandemi di Indonesia.
''Beberapa varian obat yang pasti kita butuhkan adalah obat-obat anti virus seperti favipiravir dan juga molnupiravir. Kalau kita bisa dengan segera mendapat akses ke obat-obat tersebut akan sangat membantu untuk penanganan COVID-19 ini,'' ujar Menkes Budi Gunadi Sadikit usai peresmian PT. Amarox Pharma Global di kawasan Delta Silicon 3, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Jumat (14/1).
Tentang Molnupiravir
Molnupiravir merupakan obat anti virus oral yang dapat digunakan pasien Covid-19 dengan gejala ringan. Obat ini merupakan obat yang dikembangkan oleh Merck dan Ridgeback Biotherapeutics. Obat ini dikatakan dapat mengurangi resiko rawat inap dan kematian 30-50 persen.
Dalam penggunaannya, pasien mengkonsumsi 4x200 mg per hari selama lima hari. Obat ini hanya boleh digunakan oleh pasien di atas 18 tahun dan diberikan pada pasien beberapa hari setelah terpapar Covid-19.
Molnupiravir akan diberikan kepada pasien Covid-19 dengan saturasi di atas 94 persen untuk mencegah 50 persen pasien masuk rumah sakit.
"Obat ini diberikan ke orang yang saturasinya masih 95 persen, tujuannya mencegah 50 persen dia masuk rumah sakit," ujar Budi pada konferensi pers yang digelar secara virtual di Youtube Kemenko Perekonomian.
Molnupiravir bekerja dengan mengganggu reproduksi virus. Begitu virus masuk ke dalam sel-sel tubuh, molekul molnupiravir diserap oleh sel yang terinfeksi virus, di mana akan diubah menjadi versi cacat dari blok bangunan RNA. Jadi, ketika virus mencoba untuk bereplikasi, partikel virus yang dihasilkan memiliki materi genetik yang rusak dan tidak dapat lagi bereproduksi. Ini berarti viral load harus tetap rendah, yang mengurangi risiko penyakit serius.
Akan Dijual di Apotek
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengungkap bahwa obat molnupiravir kemungkinan besar akan dijual di apotek sehingga masyarakat bisa mendapatkannya dengan mudah.
Hal ini menyusul terbitnya Emergency Use Authorization (EUA) pada Kamis (13/01) oleh BPOM.
Ia menjelaskan bahwa sebelumnya obat yang mendapat izin penggunaan darurat biasanya akan ketat pengawasannya. Namun, karena molnupiravir merupakan obat ringan, obat ini mungkin didistribusikan di apotek
“Biasanya dulu obat-obat yang diberikan izin dalam masa kedaruratan itu sangat ketat pengawasannya. Ini obatnya ringan dan berupa tablet sehingga tidak harus hanya diberikan di rumah sakit. Ada kemungkinan nanti akan didistribusikan dengan mudah di apotek,” ujar Penny.
Penny mengungkap bahwa efek samping dari obat tersebut dikatakan masih ringan seperti mual, sakit kepala, mengantuk, nyeri perut, dan nyeri pada orofaring. Selain itu, hasil uji non klinik dan uji klinik telah menunjukkan bahwa molnupiravir tidak menyebabkan gangguan fungsi hati.
Penyediaan obat molnupiravir juga sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Nantinya pembelian akan menyesuaikan dengan kebutuhan pasien.
"Memang sesuai dengan jenis obatnya, ada obat yang bisa untuk obat umum, ada yang harus dibeli mendapatkan resep dokter, mana yang hanya bisa diberikan melalui rumah sakit," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Indonesia akan Produksi Molnupiravir
Foto: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin Meninjau Produksi Molnupiravir (twitter.com/BudiGSadikin)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengungkap bahwa Indonesia akan mulai produksi Molnupiravir dalam negeri pada April-Mei 2022 mendatang. Molnupiravir buatan lokal akan dibuat melalui transfer teknologi yang kini masih dalam tahap persiapan.
Indonesia, lanjutnya, merasa sangat penting bukan hanya ketersediaan obat Covid-19 tapi juga pembuatan obatnya dilakukan di dalam negeri. Berdasarkan pengalaman sebelumnya saat terjadi lonjakan kasus di beberapa negara, Indonesia mengalami kesulitan dari logistik pengiriman obat-obatan ke Indonesia.
''Ini jadi penting sekali kalau kita bisa memproduksi obat dalam negeri dan manufacturingnya juga dibangun di sini,'' ucap Budi.
Selain obat Molnupiravir, nantinya Indonesia juga akan memproduksi Paxlovid yang merupakan obat Covid-19 usungan Pfizer. [nadira]