lifestyleHealth

OCD hingga NPD, Istilah Psikologis Viral di Media Sosial yang Sering Disalahartikan!

Penulis Ashila Syifaa
Jul 06, 2025
Ilustrasi menggunakan media sosial (Foto: Freepik.com)
Ilustrasi menggunakan media sosial (Foto: Freepik.com)

ThePhrase.id - Fenomena penggunaan istilah psikologis di media sosial semakin meluas dan seringkali menimbulkan kesalahpahaman atau disalahartikan. Banyak istilah yang viral dan digunakan secara bebas untuk menggambarkan perilaku atau perasaan sehari-hari, padahal makna sebenarnya jauh lebih kompleks dan memiliki konteks klinis yang spesifik. 

Kesalahan pemahaman ini dapat memicu stigma negatif dan mengaburkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk memahami istilah psikologis dengan tepat agar tidak salah kaprah dan dapat mendukung kesehatan mental secara lebih baik.

1. OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

OCD adalah gangguan mental yang ditandai oleh munculnya pikiran obsesif atau pikiran yang tidak diinginkan dan mengganggu secara berulang, yang memicu perilaku kompulsif atau tindakan berulang untuk meredakan kecemasan akibat obsesi tersebut.

Contohnya, seseorang dengan OCD bisa merasa sangat cemas jika tidak mencuci tangan berulang kali atau memeriksa pintu berkali-kali untuk memastikan sudah terkunci.

Namun di media sosial, istilah OCD sering dipakai untuk menggambarkan kebiasaan suka kerapian atau perfeksionis. Padahal, penderita OCD kerap merasa terjebak dalam siklus pikiran dan perilaku yang tidak bisa dikendalikan, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup. Penanganan OCD memerlukan terapi khusus, seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), dan kadang juga obat-obatan.

2. NPD (Narcissistic Personality Disorder)

NPD atau gangguan kepribadian narsistik adalah kondisi kepribadian yang ditandai dengan pola pikir, perasaan, dan perilaku dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi, kebutuhan besar untuk dikagumi, serta empati yang rendah terhadap orang lain. Orang dengan NPD kerap merasa dirinya lebih penting daripada orang lain, membanggakan pencapaian secara berlebihan, dan sering memanfaatkan orang lain demi keuntungan pribadi.

Di media sosial, istilah narsistik atau NPD sering dipakai untuk menyebut orang yang sekadar percaya diri atau suka memamerkan diri.

Padahal, NPD adalah diagnosis klinis yang kompleks dan hanya dapat ditegakkan oleh profesional kesehatan mental. Kondisi ini dapat berdampak buruk pada hubungan sosial dan psikologis penderitanya, dan penanganannya pun cukup menantang karena penderita biasanya tidak menyadari atau menolak mengakui adanya masalah.

3. Inner Child

Inner child adalah konsep psikologis yang menggambarkan aspek kekanak-kanakan dalam kepribadian dan keadaan emosional seseorang. Istilah ini merujuk pada bagian diri yang membawa pengalaman, emosi, dan kebutuhan masa kecil, baik yang positif seperti kreativitas dan keceriaan, maupun yang negatif seperti luka batin dan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Inner child dapat muncul ketika seseorang menghadapi situasi stres atau trauma, misalnya merasa sangat terluka oleh penolakan kecil atau bereaksi berlebihan terhadap kritik.

Banyak orang salah mengartikan inner child hanya sebagai sisi kekanak-kanakan atau kebutuhan kekanakan yang muncul sesekali. Padahal, inner child adalah bagian dari diri yang bisa sangat memengaruhi pola pikir, emosi, dan perilaku dewasa.

Jika bagian ini membawa luka masa kecil yang belum terselesaikan, seseorang bisa mengalami kesulitan dalam hubungan, pekerjaan, atau pengambilan keputusan. Proses penyembuhan inner child biasanya melibatkan terapi dan refleksi mendalam untuk mengenali, menerima, dan merawat bagian diri yang terluka tersebut.

4. Depresi

Depresi adalah gangguan suasana hati (mood disorder) yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam, kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasa disukai, dan perasaan tidak berharga yang berlangsung setidaknya dua minggu. Depresi bukan sekadar perasaan sedih biasa, melainkan kondisi medis serius yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari, hubungan sosial, bahkan memicu keinginan untuk mengakhiri hidup jika tidak ditangani.

Di media sosial, istilah depresi sering digunakan untuk menggambarkan perasaan sedih sesaat atau kekecewaan ringan. Padahal, gejala depresi meliputi gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kelelahan, kesulitan konsentrasi, hingga pikiran untuk bunuh diri. Depresi bisa menyerang siapa saja dan penanganannya melibatkan kombinasi terapi psikologis, perubahan gaya hidup, dan pengobatan medis jika diperlukan.

5. Anxiety (Kecemasan)

Kecemasan atau anxiety sering digunakan untuk menggambarkan perasaan gugup atau khawatir sebelum menghadapi situasi tertentu. Namun, dalam psikologi, anxiety adalah gangguan mental yang ditandai dengan rasa cemas berlebihan, berlangsung lama, dan sulit dikendalikan, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Istilah anxiety sering dipakai untuk menyebut rasa gugup biasa, padahal gangguan kecemasan membutuhkan diagnosis dan penanganan medis. Gejala anxiety bisa berupa serangan panik, kesulitan tidur, hingga gangguan fisik seperti jantung berdebar atau sesak napas. Penanganan anxiety biasanya melibatkan terapi psikologis dan, jika perlu, pengobatan medis.

Penting untuk memahami makna sebenarnya dari istilah-istilah psikologis ini agar tidak terjadi penyalahgunaan maupun stigma terhadap orang yang benar-benar membutuhkan bantuan profesional. Edukasi yang tepat akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung kesehatan mental bersama. [Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic