ThePhrase.id - Baru-baru ini, film horor 'Pabrik Gula' sukses menarik perhatian pecinta film. Tak hanya alur cerita dan suasana horor yang menjadi sorotannya, namun juga latar tempat yang dijadikan sebagai latar dalam film yaitu pabrik gula.
Setelah enam hari tayang di bioskop, film 'Pabrik Gula' memperoleh dua juta penonton. Film karya Awi Suryadi ini menarik perhatian masyarakat karena merupakan adaptasi dari utas viral Simpleman yang dikatakan berdasarkan kisah nyata.
Pabrik gula yang dijadikan sebagai lokasi syuting film tersebut yaitu Pabrik Gula Gondang Baru di Klaten, Jawa Tengah. Pabrik ini tidak hanya menyimpan sejarah masa lalu, tetapi juga menjadi saksi kejayaan industri gula di Indonesia.
Sejarah Pabrik Gula Gondang
Pabrik Gula Gondang Baru, yang dahulu bernama Suikerfabriek Gondang Winangoen, didirikan pada tahun 1860 oleh perusahaan Belanda NV Klatensche Cultuur Maatschappij. Operasionalnya dikelola oleh NV Mirandolle Vaute & Co yang berbasis di Semarang.
Awalnya, pabrik ini menggunakan turbin air untuk menggerakkan mesin-mesin pengolahan tebu, sebelum kemudian beralih ke mesin uap yang lebih kuat. Salah satu mesin uap tertuanya yang masih ada hingga kini adalah buatan Prancis tahun 1884.
Pada masa kejayaannya, sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, industri gula menjadi tulang punggung ekonomi kolonial Hindia Belanda. Jawa, termasuk wilayah Klaten tempat PG Gondang berada, menjadi pusat produksi gula dunia.
Infrastruktur besar dibangun untuk mendukung pengangkutan dan distribusi gula, mulai dari jaringan rel kereta api hingga pelabuhan ekspor. Gula menjadi komoditas ekspor unggulan dan sumber devisa utama pemerintah kolonial.
Para pemilik dan pengelola pabrik gula meraup keuntungan besar, sementara tenaga kerja lokal banyak diserap, meskipun sering kali dalam kondisi kerja yang berat.
Selama masa pendudukan Jepang pada tahun 1942 hingga 1945, Jepang mengambil alih dan mengelola pabrik gula. Setelah Indonesia merdeka, kepemilikan berpindah ke tangan pemerintah Republik Indonesia. Sejak tahun 1957, nama pabrik berubah menjadi Pabrik Gula Gondang Baru dan dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN), hingga akhirnya menjadi bagian dari PTPN IX pada tahun 1996.
Namun, memasuki dekade 1990-an, kejayaan industri gula mulai meredup. Pabrik-pabrik gula tua seperti Gondang mengalami penurunan produksi karena mesin-mesin yang sudah usang, terbatasnya lahan tebu, serta persaingan dari gula impor. Akibatnya, banyak pabrik tutup atau berhenti beroperasi. Dari lebih dari 100 pabrik gula di Jawa pada masa kolonial, kini hanya sekitar 35 yang masih aktif.
Pada tahun 2010, PG Gondang Baru ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya nasional dan produksi di pabrik ini resmi dihentikan pada tahun 2017.
Kini, selain sebagai simbol sejarah industri gula Indonesia, kawasan pabrik juga berfungsi sebagai museum dan destinasi wisata edukatif. Di dalamnya terdapat koleksi mesin-mesin bersejarah, termasuk lokomotif uap “Simbah” buatan tahun 1818, serta fasilitas wisata seperti kereta mini, kolam renang, dan outbound. [Syifaa]