trending

Inilah Sosok Para Pahlawan di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya

Penulis Firda Ayu
Nov 10, 2021
Inilah Sosok Para Pahlawan di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya
ThePhrase.id – 10 November diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan. Dibalik semarak perayaan Hari Pahlawan, terdapat semangat perjuangan para pahlawan yang berjuang dalam Pertempuran 10 November 1945 atau Pertempuran Arek Suroboyo. Siapa sajakah mereka?

Berikut profil singkat 5 pahlawan Surabaya yang telah berjuang dan melakukan aksi heroik melawan penjajahan.

KH Hasyim Asy'ari


KH Hasyim Ashari
KH Hasyim Ashari (Foto: masngeblog)


KH Mohammad Hasyim Asy'ari lahir di Jombang, 10 April 1875 dan merupakan pendiri Nahdatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia dan terkenal dengan sebutan Hadratus Syeikh atau maha guru. Pada masa penjajahan, KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa-fatwa yang berhasil membuat Belanda kelimpungan. Seperti fatwa haram naik haji menggunakan kapal milik Belanda dan fatwa jihad melawan penjajah.

Fatwa KH Hasyim Asy'ari ini berhasil memicu semangat juang arek-arek Surabaya pada 10 November 1945. Selain menentang Belanda, KH Hasyim Asy'ari juga pernah ditahan oleh Jepang karena menolak untuk melakukan penghormatan ke arah Tokyo setiap pagi. KH Hasyim Asy'ari wafat  pada 25 Juli 1947 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 17 Oktober 1964.

 

Gubernur Suryo


Gubernur Suryo
Gubernur Suryo (Foto: validnews)


Ario Suryo adalah Gubernur Jawa Timur yang menjabat saat Pertempuran 10 November berlangsung. Ia lahir di Magetan pada 9 Juli 1898 dan merupakan tokoh yang melakukan perjanjian gencatan senjata dengan Brigadir Inggris, A.W.S Mallaby.

Sayangnya perjanjian ini tidak ditepati oleh pihak Inggris yang menyebabkan suasana memanas dan menewaskan Brigadir Mallaby. Hal ini membuat Inggris murka dan mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata paling lambat 9 November 1945.

Ultimatum ini ditolak keras oleh Gubernur Suryo yang dengan tegas berpidato melalui radio RRI bahwa Arek-Arek Suroboyo akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan. Gubernur Suryo dibunuh PKI pada 10  September 1948 di Ngawi dan mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun 1964.

 

Sutomo


Bung Tomo
Bung Tomo (Foto: validnews)


Sosok yang dikenal dengan sebutan Bung tomo ini lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920. Pada Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Bung Tomo berperan penting dalam menggerakkan semangat juang pemuda Surabaya melalui orasi penuh emosinya yang disiarkan di berbagai radio. Orasi dengan semboyan khas ‘”Merdeka atau Mati” ini selalu dikenang dan diputar pada peringatan Hari Pahlawan. Setelah kemerdekaan Indonesia, Bung Tomo tetap aktif di bidang politik dan jurnalisme untuk menyuarakan kritiknya terhadap pemerintahan hingga membuatnya sempat ditahan pada masa pemerintahan Orde Baru. Wafat pada 7 Oktober 1981, Bung Tomo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2008.

 

Mayjen Sungkono


Mayjen Sungkono
Mayjen Sungkono (Foto: kumparan)


Mayor Jendral Sungkono ini namanya tidak banyak disebut dalam Pertempuran Surabaya. Namun, ia merupakan Panglima Angkatan Perang Surabaya dalam pertempuran tersebut. Dengan persenjataan yang minim hasil rampasan dari tentara Jepang, Mayjen Sungkono memimpin pemuda Surabaya melawan tentara sekutu. Dikutip melalui Surabaya 1945: Sakral Tanahku, Sungkono berpidato singkat, “Saudara-saudara, saya ingin mempertahankan Kota Surabaya...Surabaya tidak bisa kita lepaskan dari bahaya ini”. Sayangnya dengan jasa memimpin Pertempuran Surabaya ini, Mayjen Sungkono belum mendapat gelar Pahlawan Nasional.

 

H. R. Muhammad


H. R. Muhammad
H. R. Muhammad (Foto: IKPNI)


H.R. Muhammad Mangundiprojo lahir di Sragen, 5 Januari 1905. Dalam Pertempuran Surabaya, ia diangkat sebagai pemimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawa Timur dan bertindak sebagai penghubung komunikasi dengan pihak sekutu.

H.R. Muhammad juga turut berpatroli bersama Brigadir Mallaby untuk melihat progres gencatan senjata antara Indonesia dengan tentara sekutu. Rombongan ini berhenti di Jembatan Merah dan masuk ke dalam Gedung internation untuk bernegosiasi.  Namun, suasana justru memanas dan menyebabkan H.R. Muhammad menjadi sandera tentara sekutu.

Tewasnya Brigadir Mallaby kemudian menjadi pemicu pertempuran 10 November. Pertempuran besar ini berlangsung selama 22 hari dan menewaskan 6.315 TKR. Dengan luka pecahan mortir di pelipisnya, H.R. Muhammad terus memimpin pertempuran melawan tentara Sekutu. Beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 7 November 2014.

Wah semangat perjuangan mereka sangat menginspirasi ya. [fa]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic