
ThePhrase.id - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan menyatakan partainya mendukung gagasan untuk membentuk koalisi permanen partai politik, yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.
Pria yang akrab disapa Zulhas itu menyebut bahwa koalisi permanen perlu dibentuk agar seluruh partai yang tergabung dalam koalisi dapat bekerja lebih kompak, demi mewujudkan cita-cita Presiden.
“Mendukung (gagasan) Pak Bahlil Lahadalia, ya, bahwa kita harus sukses mewujudkan cita-cita Bapak Presiden. Perlu dukungan yang permanen, ya, jadi koalisi permanen penting agar solid, kompak, kuat,” ujar Zulhas kepada awak media di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (6/12).
Menurutnya, stabilitas pemerintahan yang diinginkan Presiden Prabowo membutuhkan dukungan yang permanen, agar tetap kokoh dalam menghadapi segala dinamika ke depan.
“Jadi, saya mendukung. Jangan sampai, tadi kata Pak Bahlil, ‘sana senang, sini senang’, jadi (koalisi) permanen,” tukasnya.
Dalam kesempatan berbeda, Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi, menilai pernyataan mengenai pembentukan koalisi permanen sebagai langkah positif dalam memperkuat sistem presidensial di Indonesia yang berjalan dalam format multi-partai.
“Jika koalisi permanen menjadi keputusan politik seluruh partai, maka harus masuk di pasal di Undang-Undang (UU) tentang Pemilihan Umum (Pemilu),” kata Viva.
Ia menjelaskan bahwa PAN akan menunggu agenda resmi pembahasan revisi UU Pemilu yang meliputi tiga regulasi, yakni; UU tentang Pemilihan Presiden, UU Penyelenggara Pemilu, serta UU Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD di seluruh tingkatan.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia mengusulkan untuk dipermanenkannya koalisi yang berisikan partai-partai pendukung pemerintah, demi menjaga stabilitas politik di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo.
“Jadi, kalau katakanlah ada empat atau lima atau berapa partai, sudah bersama-sama itu aja koalisinya,” ucap Bahlil kepada awak media selepas acara puncak HUT ke-61 Partai Golkar di Jakarta, Jumat (5/12).
Bahlil menekankan bahwa pihak mana pun tidak bisa mengartikan politik sebagai sesuatu yang selalu menguntungkan. Menurutnya, pemikiran tersebut harus segera ditinggalkan.
“Jadi, jangan koalisi itu pada saat senang partai datang, pada saat menderita partai pergi. Tadi kata Sekjen saya, jangan politik on-off on-off, jangan politik in-out in-out. Enggak bisa dengan ‘di sana senang di sini senang, di mana-mana hatiku senang’,” tandasnya. (Rangga)