trending

Panas Terik Hingga 40 Derajat Celsius, China Umumkan Darurat Nasional

Penulis Nadira Sekar
Aug 24, 2022
ThePhrase.id - Pemerintah China menyatakan darurat kekeringan pertamanya pada tahun ini yang dipicu gelombang panas.  Suhu panas di China dilaporkan mencapai 40 hingga 45 derajat Celsius.

Foto: Ilustrasi Kekeringan (freepik.com photo by jcomp)


Kekeringan dan suhu panas telah mengeringkan Sungai Yangtze serta memicu gangguan jaringan listrik. Pemerintah China telah mengeluarkan peringatan nasional pada Kamis (18/8) setelah provinsi tengah dan selatan China mengalami panas ekstrem selama berminggu-minggu, atau lebih dari 40 derajat celcius, dengan Distrik Beibei mencatatkan rekor suhu 45 derajat Celcius.

Gelombang panas yang terjadi di China dilaporkan telah mengganggu pertumbuhan tanaman, mengancam hewan ternak, serta mendorong beberapa industri  tutup demi menghemat listrik untuk rumah.

Bahkan, di Provinsi Sichuan yang berpenduduk 94 juta orang, pemerintah memerintahkan semua pabrik minggu ini untuk ditutup selama enam hari dalam upaya untuk mengurangi kekurangan listrik di wilayah tersebut yang didorong dengan penggunaan AC yang meningkat tajam.

Tak hanya itu, berdasarkan data Kementerian Sumber Daya Air China, curah hujan di daerah aliran Sungai Yangtze juga menurun sekitar 45 persen dibandingkan rata-rata dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 2,2 juta hektar di sekitar Yangtze telah terdampak dari kekeringan tersebut. Sementara 66 sungai lainnya di 34 kabupaten di wilayah barat daya Chongqing juga dilaporkan mengering.

Mengantisipasi hal ini, Pemerintah China dikabarkan akan meluncurkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak kekeringan, termasuk penyemaian awan untuk memicu curah hujan, pemberian bantuan bencana senilai USD 44 juta untuk komunitas yang paling terdampak, serta penutupan beberapa sektor intensif energi.

Wilayah Chongqing yang telah mencapai suhu 45 derajat Celcius mengumumkan bahwa jam buka di lebih dari 500 pusat perbelanjaan dan tempat komersial lainnya akan dipersingkat mulai Senin (22/8) untuk mengurangi permintaan listrik.

Melansir kompas.com, Dan Wang, kepala ekonom Hang Seng Bank China, mengatakan bahwa panas dapat berdampak signifikan pada ekonomi China. Wang mengatakan industri baja, kimia dan pupuk negara itu sudah mengalami perlambatan produksi.

"Ini akan mempengaruhi industri-industri besar yang padat energi dan akan memiliki efek tak terduga di seluruh ekonomi dan bahkan ke rantai pasokan global," kata Wang. [nadira]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic