ThePhrase.id - Hampir semua orangtua ingin anaknya tumbuh mandiri, berani mengambil keputusan, dan percaya pada dirinya sendiri. Namun, melepaskan kendali dan memberi ruang bagi anak untuk belajar menjadi tantangan tersendiri. Salah satu pendekatan yang bisa dicoba adalah panda parenting.
Istilah panda parenting diperkenalkan oleh Esther Wojcicki dalam bukunya How to Raise Successful People: Simple Lessons for Radical Results. Gaya pengasuhan ini menekankan pentingnya kepercayaan dan kemandirian anak, tanpa mengorbankan kehangatan hubungan orangtua-anak.
Menurut Wojcicki, menjadi orangtua “panda” bukan berarti pasif. Orangtua tetap memberi batasan, hanya saja tidak mendikte setiap langkah anak.
Konsep panda parenting dirangkum dalam akronim TRICK:
Melansir parents.com, Psikolog Dr. Lilit Ayrapetyan menekankan bahwa panda parenting bukan hanya membangun kemandirian, tapi juga ketahanan emosional. Anak yang dibesarkan dengan pola ini terbiasa menghadapi kesalahan dan tantangan. Mereka tumbuh lebih percaya pada instingnya, berani mengemukakan pendapat, serta terlatih menyelesaikan masalah.
Menariknya, konsep ini sejalan dengan pendekatan conscious parenting, yang menekankan komunikasi terbuka, kreativitas, dan kepercayaan emosional sebagai fondasi hubungan orangtua-anak.
Meski punya banyak kelebihan, panda parenting tetap menuntut keseimbangan. Dr. Patel mengingatkan bahwa orangtua perlu membedakan antara memberi ruang dengan membiarkan anak melanggar batas penting, terutama yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan.
Tanpa aturan yang jelas, anak bisa merasa bingung. Maka dari itu, orangtua perlu menetapkan batasan yang konsisten, seperti pola makan sehat atau perilaku yang tidak diperbolehkan di rumah. Anak dengan kebutuhan emosional lebih besar juga mungkin merasa kewalahan jika orangtua terlalu “mundur” dari peran aktif.
Pada akhirnya, panda parenting bukan berarti bebas tanpa aturan. Kuncinya ada pada keseimbangan. Memberi kepercayaan, menjaga batasan, dan tetap hadir saat anak benar-benar membutuhkan. Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya tumbuh mandiri, tetapi juga tangguh secara emosional dan siap menghadapi dunia. [nadira]