trending

PBB: Kebakaran Hutan akan Semakin Parah Hingga 2050

Penulis Nadira Sekar
Mar 02, 2022
PBB: Kebakaran Hutan akan Semakin Parah Hingga 2050
ThePhrase.id - Peristiwa kebakaran hutan telah meningkat di seluruh dunia, menjadi pengingat tentang bagaimana krisis iklim telah mengubah kehidupan dan menimbulkan kerugian yang sangat besar per tahunnya.

Fire in the steppe, the grass is burning destroying everything in its path. (freepik.com)


Para peneliti mengungkap bahwa kebakaran hutan besar yang terjadi di berbagai wilayah belakangan ini seperti California, Australia, dan Siberia diprediksi akan semakin sering terjadi.

Sebuah laporan yang dirilis oleh Program Lingkungan PBB menunjukkan sudah waktunya manusia untuk belajar hidup dengan api dan beradaptasi dengan peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan yang pasti akan membahayakan lebih banyak nyawa dan ekonomi.
Meningkat Hingga 30 Persen

Perubahan iklim yang terus terjadi serta perubahan penggunaan lahan, baik untuk perumahan, bisnis maupun perkebunan telah mendorong peningkatan global dalam kebakaran hutan ekstrem. PBB mengungkap bahwa peningkatan diprediksi naik 14 persen pada tahun 2030 dan naik hingga 30 persen pada tahun 2050.

Temuan tersebut mengatakan bahwa harus ada perubahan dalam kebijakan publik untuk kebakaran hutan. Pemimpin dunia diminta untuk berfokus pada upaya pencegahan kebakaran yang lebih efektif dibandingkan menempatkan uang pada pekerjaan layanan darurat.

Nantinya kebakaran hutan akan terjadi di setiap benua, kecuali Antartika, yang dapat menghancurkan lingkungan, satwa liar, kesehatan manusia serta infrastruktur yang telah dibangun.

“Dari Australia hingga Kanada, Amerika Serikat hingga China, di seluruh Eropa dan Amazon, kebakaran hutan mendatangkan malapetaka pada lingkungan, satwa liar, kesehatan manusia, dan infrastruktur,” ujar pengantar laporan yang diterbitkan oleh PBB bersama dengan GRID-Arendal, nirlaba pusat komunikasi lingkungan.
Tak lakukan pencegahan

Melansir Guardian, saat ini kebanyakan negara hanya menyiapkan 1 persen dana untuk perencanaan dan pencegahan. Sedangkan tanggapan langsung terhadap kebakaran hutan dapat menerima lebih dari 50 persen dana.

PBB meminta para pemimpin dunia untuk menyeimbangkan kembali penyaluran dana tersebut. Setengah dari anggaran bisa diberikan pada perencanaan, pencegahan dan kesiapsiagaan sedangkan sepertiga pada respon dan 20 persen untuk pemulihan.

Prof Sally Archibald, ahli ekologi di Universitas Witwatersrand di Johannesburg, yang terlibat dalam laporan tersebut, mengatakan hal ini merupakan kesimpulan yang sangat penting.

"Saya harap dapat mengalihkan uang dan sumber daya ke arah yang benar, serta mengubah kebijakan," ujarnya.
Perubahan pola kebakaran hutan

Api telah menjadi tujuan ekologis yang vital di Bumi dan penting bagi banyak ekosistem. Mereka mengembalikan nutrisi tanah, membantu tanaman berkecambah dan menghilangkan materi yang membusuk. Tanpa kebakaran, dedaunan yang ditumbuhi terlalu banyak seperti rumput dan semak belukar dapat menjadi primadona untuk serangan yang lebih buruk, terutama selama kekeringan ekstrim dan gelombang panas.

Membakar sebagian lahan dengan sengaja secara historis mencegah kebakaran yang lebih besar dan lebih merusak. Masyarakat adat telah menerapkan metode pencegahan ini, yang dikenal sebagai "luka bakar terkontrol", yang telah digunakan selama ribuan tahun.

Tetapi ketika manusia menghangatkan planet ini, mengembangkan lebih banyak lahan dan menciptakan kebijakan pemadaman kebakaran sambil mengabaikan pengelolaan hutan, kebakaran hutan menjadi lebih mematikan dan merusak daripada sebelumnya.

Faktor-faktor ini, menurut laporan UNEP, secara drastis mengubah pola kebakaran.

Kebakaran hutan sekarang lebih lama dan menjadi lebih panas. Sementara itu, api juga menyala dan menyebar di tempat-tempat yang tidak terduga, termasuk lahan basah, lahan gambut yang mengering, dan mencairkan  lapisan es di Kutub Utara. [nadira]

Tags Terkait

-
 
Related News
Popular News
 

News Topic